Sesungguhnya tidak satu manusia pun di alam ini yang terbebas dari
dosa walaupun kecil. Namun demikian Allah swt dengan rahmatnya kepada
hamba-hamba-Nya selalu memberikan kepada mereka yang berbuat dosa
kesempatan untuk bertaubat dari segala dosa dan kesalahan. Allah selalu
membukakan pintu taubat-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang mau bertaubat
selama ruhnya belum berada di kerongkongan atau matahari terbit dari
barat.
Taubat dari dosa menurut Al Ghozali adalah kembali kepada Sang Maha
Penutup aib dan Yang Maha Mengetahui yang ghaib (Allah swt). Ia
merupakan awal perjalan orang-orang yang berjalan, modal orang-orng
sukses, langkah awal para pencinta kebaikan, kunci istiqomah orang-orang
yang cenderung kepada-Nya, awal pemilihan dari orang-orang yang
mendekatkan dirinya, seperti bapak kita Adam as dan seluruh para
Nabi.(Ihya Ulumuddin juz IV hal 3)
Tentunya taubat seorang yang berdosa hendaklah dilakukan secara
serius dan sungguh-sungguh bukan bertaubat kemudian dengan mudahnya dia
mengulangi lagi perbuatan maksiatnya. Inilah yang disebut dengan Taubat
Nashuha artinya taubat yang sebenar-benarnya, murni dan tulus,
sebagaimana firman Allah swt,”Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah
kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).
Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin
yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di
sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb Kami,
sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. At Tahrim : 8)
Dosa yang dilakukan seorang manusia baik yang terkait dengan Allah
swt, seperti : tidak menjalankan perintah-perintah-Nya ataupun dosa yang
terkait dengan manusia lainnya, seperti : mencuri harta bendanya dan
lainnya, menuntutnya untuk melakukan taubat agar Allah swt memberikan
ampunan kepadanya dan manusia yang dizhalimi tersebut memberikan
pemaafan kepadanya.
Cara-cara melakukan taubat nashuha :
1. Meninggalkan kemaksiataan yang dilakukannya.
2. Menyesali perbuatannya.
3. Bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi selama-lamanya.
4. Jika terkait dengan hak-hak orang lain maka hendaklah ia mengembalikannya kepada yang memilikinya.
Wallahu A’lam
Salurkan Zakat Infak dan Shadaqah Anda ke Rekening : Bank Mandiri No. Rek.1260004993787 An.Chuswatun Hassanah qq Yayasan Darul Aytam. BNI No Rek. 273401364 an Drs.Setiawan qq.Yayasan Darul Aytam. BCA 7650412197 An. Drs.Setiawan qq. Yayasan Darul Aytam. Bagi Wakif di Malaysia sila transfer ke account 160018582289 maybank account atas nama Suzana Mohd Ali.
Vrydag 31 Mei 2013
Donderdag 30 Mei 2013
TUNTUNAN ISLAM DALAM MENGHORMATI DAN MENGHARGAI PEMELUK AGAMA LAIN
Memberi hadiah kepada saudara non muslim agar membuat ia tertarik pada Islam.
Dari Ibnu ‘Umar –radhiyallahu ‘anhuma-, beliau berkata, “’Umar pernah
melihat pakaian yang dibeli seseorang lalu ia pun berkata pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Belilah pakaian seperti ini, kenakanlah ia pada hari Jum’at dan ketika ada tamu yang mendatangimu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
berkata, “Sesungguhnya yang mengenakan pakaian semacam ini tidak akan
mendapatkan bagian sedikit pun di akhirat.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam didatangkan
beberapa pakaian dan beliau pun memberikan sebagiannya pada ‘Umar.
‘Umar pun berkata, “Mengapa aku diperbolehkan memakainya sedangkan
engkau tadi mengatakan bahwa mengenakan pakaian seperti ini tidak akan
dapat bagian di akhirat?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Aku tidak mau mengenakan pakaian ini agar engkau bisa
mengenakannya. Jika engkau tidak mau, maka engkau jual saja atau tetap
mengenakannya.” Kemudian ‘Umar menyerahkan pakaian tersebut kepada
saudaranya di Makkah sebelum saudaranya tersebut masuk Islam ( HR.
Bukhari no. 2619)
Menjalin hubungan dan berbuat baik dengan orang tua dan kerabat non muslim.
Dari Asma’ binti Abu Bakr –radhiyallahu ‘anhuma-, ia berkata, “Ibuku
mendatangiku, padahal ia seorang musyrik di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian aku ingin meminta nasehat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Aku berkata, “Sesungguhnya ibuku mendatangiku, padahal ia sangat benci
Islam. Apakah aku boleh tetap menyambung hubungan kerabat dengan
ibuku?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya boleh. Silakan engkau tetap menjalin hubungan dengannya.” (HR. Bukhari no. 2620)
Allah melarang memutuskan silaturahmi dengan orang tua atau kerabat
yang non muslim dan Allah tetap menuntunkan agar hak mereka sebagai
kerabat dipenuhi walaupun mereka kafir. Jadi, kekafiran tidaklah
memutuskan hak mereka sebagai kerabat. Allah Ta’ala berfirman,
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15)
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ
“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturahmi.” (QS. An Nisa: 1)
Jubair bin Muth’im berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعُ رَحِمٍ
“Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan tali silaturahmi (dengan kerabat).”(HR. Muslim no. 2556)
Oleh karenanya, silaturahmi dengan kerabat tetaplah wajib, walaupun
kerabat tersebut kafir. Jadi, orang yang mempunyai kewajiban memberi
nafkah tetap memberi nafkah pada orang yang ditanggung walaupun itu non
muslim. Karena memberi nafkah adalah bagian dari bentuk menjalin
silaturahmi. Sedangkan dalam masalah waris tidak diperkenankan sama
sekali. Karena seorang muslim tidaklah mewariskan hartanya pada orang
kafir. Begitu pula sebaliknya. Karena warisan dibangun di atas sikap
ingin menolong (nushroh) dan loyal (wala’).(Al Wala’ wal Baro’, hal. 303, Asy Syamilah)
Ketiga: Berbuat baik kepada tetangga walaupun non muslim.
Al Bukhari membawakan sebuah bab dalam Adabul Mufrod dengan ”Bab Tetangga Yahudi”dan beliau membawakan riwayat berikut.
Mujahid berkata, “Saya pernah berada di sisi Abdullah ibnu ‘Amru
sedangkan pembantunya sedang memotong kambing. Dia lalu berkata,
ياَ غُلاَمُ! إِذَا فَرَغْتَ فَابْدَأْ بِجَارِنَا الْيَهُوْدِي
”Wahai pembantu! Jika anda telah selesai (menyembelihnya), maka
bagilah dengan memulai dari tetangga Yahudi kita terlebih dahulu.” Lalu ada salah seorang yang berkata,
آليَهُوْدِي أَصْلَحَكَ اللهُ؟!
“(Anda memberikan sesuatu) kepada Yahudi? Semoga Allah memperbaiki kondisi anda.”
”Abdullah bin ’Amru lalu berkata,
إِنِّي سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يُوْصِي بِالْجَارِ، حَتَّى خَشَيْنَا أَوْ رُؤِيْنَا أَنَّهُ
سَيُوّرِّثُهُ
Woensdag 29 Mei 2013
AJAKAN BERAMAL
Pasti benar bahwa Allah Arrahman akan membalas amal sedekah dengan
berlipat ganda (lihat QS. Al-Baqarah : 261). Demikian juga yang
dijelaskan oleh Baginda Rasulullah dalam hadistnya. Lalu salahkah kita
mengharap itu? Tentu tidak. Namun, jika bersedekah sebatas itu, biasanya
1) sedekah dikeluarkan hanya sebatas mendapatkan “balasan” yang kita
inginkan, 2) tak selalu Allah membalas dengan balasan duniawi ala
‘matematis sedekah’ (Lihat Al-Haitsami Majma ‘az-Zawa, V/282) dan 3)
mungkin kita akan kecewa jika sedekah kita tidak berbalik
seperti‘matematika sedekah.
Jadi mesti bagaimana?
Marilah kita simak keteladanan Rasulullah dan para sahabat dalam bersedekah dan berinfak fi sabilillah berikut ini,
Suatu ketika Baginda Rasululllah Muhammad Shallallahu Alayhi Wassalam mendapat hadiah harta dari kaum Fadak yang dibawa oleh empat ekor unta. Sebagian harta tadi beliau gunakan untuk membayar hutang yang sudah jatuh tempo. Bilal yang beliau tugasi untuk membayarkannya, sementara Beliau menunggu di masjid. Setelah seluruh utang itu dibayar, Bilal menemui Beliau, lalu Baginda bertanya, “Masih adakah harta yang tersisa?”, jawab Bilal, “Ya, masih ada sedikit”. Beliau lalu memerintahkan, “Bagikanlah harta itu sampai habis hingga aku bisa merasa tenang. Aku tidak akan pulang ke rumah hingga harta itu dibagikan semua. Lalu beberapa kali Rasulullah menanyakan hal yang sama, maka jawab Bilal, “Sudah tidak ada lagi yang tersisa ya Rasulullah. Allah telah memberkati Anda dengan ketentraman jiwa. Semua harta itu telah habis dibagikan” (Al-Kandahlawi, Fadha’il al-Amal, 576).
******Mari bergabung dalam Shadaqah Majelis Darul Aytam, HANYA DENGAN : Rp. 25.000,- Peranak Yatim dan Dhua'fa.. www.Majelisdarulaytam.blogspot.com.****
Jadi mesti bagaimana?
Marilah kita simak keteladanan Rasulullah dan para sahabat dalam bersedekah dan berinfak fi sabilillah berikut ini,
Suatu ketika Baginda Rasululllah Muhammad Shallallahu Alayhi Wassalam mendapat hadiah harta dari kaum Fadak yang dibawa oleh empat ekor unta. Sebagian harta tadi beliau gunakan untuk membayar hutang yang sudah jatuh tempo. Bilal yang beliau tugasi untuk membayarkannya, sementara Beliau menunggu di masjid. Setelah seluruh utang itu dibayar, Bilal menemui Beliau, lalu Baginda bertanya, “Masih adakah harta yang tersisa?”, jawab Bilal, “Ya, masih ada sedikit”. Beliau lalu memerintahkan, “Bagikanlah harta itu sampai habis hingga aku bisa merasa tenang. Aku tidak akan pulang ke rumah hingga harta itu dibagikan semua. Lalu beberapa kali Rasulullah menanyakan hal yang sama, maka jawab Bilal, “Sudah tidak ada lagi yang tersisa ya Rasulullah. Allah telah memberkati Anda dengan ketentraman jiwa. Semua harta itu telah habis dibagikan” (Al-Kandahlawi, Fadha’il al-Amal, 576).
******Mari bergabung dalam Shadaqah Majelis Darul Aytam, HANYA DENGAN : Rp. 25.000,- Peranak Yatim dan Dhua'fa.. www.Majelisdarulaytam.blogspot.com.****
SEDEKAH BERSIHKAN JIWA DAN HARTA
Sedekah pada dasarnya mengeluarkan
rezeki di jalan yang dituntunkan Allah SWT. Dimana rezeki tersebut
dikeluarkan untuk membantu orang-orang yang lebih membutuhkan. Dalam
setiap penghasilan yang kita peroleh ada hal orang lain di dalamnya.
Oleh karena itu sudah sepantasnya jika kita kemudian mengeluarkan
sebagian penghasilan yang kita miliki untuk sedekah.
Apalagi sedekah juga dapat
digunakan untuk mensucikan harta yang dimiliki sebagaimana firman Allah
SWT dalam QS. At-Taubah :103, “Ambillah zakat dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendo’akan untuk mereka. Sesungguhnya dia kamu itu (menjadi) ketentraman
jiwa bagi mereka. Dan Allah (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka, dan
Allah Mendengar lagi maha Mengetahui.”
Tentang sedekah yang bisa digunakan untuk mensucikan harta? Tidak ada salahnya untuk selalu bersedekah.
Tentang sedekah yang dapat mengganti rezeki yang dikeluarkan
Tentang sedekah yang
dapat mengganti rezeki yang yang dikeluarkan sebagai sedekah atau
tenaga yang dikeluarkan untuk sedekah itu semata-mata karena kuasa-Nya.
Meskipun memang dalam QS.
Saba’:39 dijelaskan, “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa
saja yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan
bagi (siapa yang dikehendaki-Nya). Dan barang apa saja yang kamu
nafkahkan maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang
sebaik-baiknya.”
Hanya saja kita tidak sepantasnya
mengharapkan ganti atas apa yang kita keluarkan. Baik harta, tenaga atau
apapun yang bisa kita sedekahkan termasuk segelas air putih. Tentang sedekah yang
bisa mengganti atau melipatgandakan rezeki kita, itu adalah
kehendak-Nya semata, karena kita hanya perlu bersedekah tanpa ada
keraguan sedikitpun.
Tentang sedekah yang amalannya tidak akan terputus
Tentang sedekah yang amalannya tidak akan terputus saat meninggal dunia juga telah dijanjikan.
Rasulullah Saw bersabda,
“Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali tiga
perkara yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh
yang mendoakan kedua orang tuanya.”(HR. At-Tirmidzi).
Seperti yang diketahui umat muslim
bahwasanya setiap harta yang kita miliki pasti tidak akan dibawa saat
ajal datang menjemput. Harta kita akan ditinggalkan untuk ahhli waris.
Sementara harta yang akan dibawa adalah harta yang telah kita sedekahkan
semasa massih hidup. Ketika meninggal sudah tidak ada yang bisa kita
lakukan untuk beribadah. Maka sudah selayaknya saat masih bisa menghirup
udara untuk selalu meningkatkan kualitas ibadah kita. Selain itu juga
tetap ikhlas secara rutin melakukan sedekah karena itu adalah harta yang
bisa kita bawa hingga akhirat. Tentang sedekah yang amalannya tidak akan terputus saat ajal menjemput? Jangan tunda lagi untuk melakukan sedekah.
BALASAN SEDEKAH
Pasti benar bahwa Allah SWT akan membalas amal sedekah dengan berlipat ganda (lihat QS. Al-Baqarah : 261). Demikian juga yang dijelaskan oleh Baginda Rasulullah dalam hadistnya. Lalu salahkah kita mengharap itu? Tentu tidak. Namun, jika bersedekah sebatas itu, biasanya 1) sedekah dikeluarkan hanya sebatas mendapatkan “balasan” yang kita inginkan, 2) tak selalu Allah membalas dengan balasan duniawi ala ‘matematis sedekah’ (Lihat Al-Haitsami Majma ‘az-Zawa, V/282) dan 3) mungkin kita akan kecewa jika sedekah kita tidak berbalik seperti‘matematika sedekah’ tadi.
Jadi mesti bagaimana? Marilah kita simak keteladanan Rasulullah dan para sahabat dalam bersedekah dan berinfak fi sabilillah berikut ini,
Suatu ketika Baginda Rasul SAW mendapat hadiah harta dari kaum Fadak yang dibawa oleh empat ekor unta. Sebagian harta tadi beliau gunakan untuk membayar hutang yang sudah jatuh tempo. Bilal yang beliau tugasi untuk membayarkannya, sementara Beliau menunggu di masjid. Setelah seluruh utang itu dibayar, Bilal menemui Beliau, lalu Baginda bertanya, “Masih adakah harta yang tersisa?”, jawab Bilal, “Ya, masih ada sedikit”. Beliau lalu memerintahkan, “Bagikanlah harta itu sampai habis hingga aku bisa merasa tenang. Aku tidak akan pulang ke rumah hingga harta itu dibagikan semua. Lalu beberapa kali Rasulullah menanyakan hal yang sama, maka jawab Bilal, “Sudah tidak ada lagi yang tersisa ya Rasulullah. Allah telah memberkati Anda dengan ketentraman jiwa. Semua harta itu telah habis dibagikan” (Al-Kandahlawi, Fadha’il al-Amal, 576).
Lihat pula sedekah para sahabat. Abu Bakar pernah membawa seluruh hartanya sebanyak 6.000 dirham untuk keperluan perjuangan Islam. Ustman bin Affan dalam perang Tabuk pernah menyumbang 100 ekor unta dengan perlengkapannya (HR. Ahmad) hingga tiga kali (lihat juga : Abu Nu’aim, Al-Hilyah I/59). Pernah juga memberikan 10 ribu dinar untuk membatu pasukan Al-Usrah (setara 14,2 milyar), 700 uqyah emas (HR Abu Ya’la), 950 ekor unta dan 50 ekor kuda untuk perang Tabuk (HR. Ibnu Asakir).
Demikianlah fenomena sedekah Rasul dan para sahabat. Mereka bersedekah seperti orang yang “TAK TAKUT MISKIN”. Sebaliknya, mereka “JOR-JORAN” bersedekah justru karena takut banyaknya harta menjadi beban di akhirat. Mereka tak sempat lagi memikirkan “BALASAN” yang bakal Allah berikan, apalagi sekedar balasan duniawi berdasar “matematika sedekah”. Jika satu dirham saja bisa mendatangkan kecintaan Allah pada kita, lalu untuk apa kita menahannya?
Wa ma tawfiqi illa billah wa ’alayhi tawakkaltu wa ilayhi unib.
Sebuah pengingat untuk diri sendiri, semoga sedekah yang kuberikan adalah sedekah yang terbaik, dan tidak ada lagi yang kuharapkan selain kecintaan Allah semata
SUCIKAN HARTAMU DENGAN SHADAQAH
Sedekah pada dasarnya mengeluarkan
rezeki di jalan yang dituntunkan Allah SWT. Dimana rezeki tersebut
dikeluarkan untuk membantu orang-orang yang lebih membutuhkan. Dalam
setiap penghasilan yang kita peroleh ada hal orang lain di dalamnya.
Oleh karena itu sudah sepantasnya jika kita kemudian mengeluarkan
sebagian penghasilan yang kita miliki untuk sedekah.
Apalagi sedekah juga dapat
digunakan untuk mensucikan harta yang dimiliki sebagaimana firman Allah
SWT dalam QS. At-Taubah :103, “Ambillah zakat dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendo’akan untuk mereka. Sesungguhnya dia kamu itu (menjadi) ketentraman
jiwa bagi mereka. Dan Allah (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka, dan
Allah Mendengar lagi maha Mengetahui.”
Tentang sedekah yang bisa digunakan untuk mensucikan harta? Tidak ada salahnya untuk selalu bersedekah.
Tentang sedekah yang dapat mengganti rezeki yang dikeluarkan
Tentang sedekah yang
dapat mengganti rezeki yang yang dikeluarkan sebagai sedekah atau
tenaga yang dikeluarkan untuk sedekah itu semata-mata karena kuasa-Nya.
Meskipun memang dalam QS.
Saba’:39 dijelaskan, “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa
saja yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan
bagi (siapa yang dikehendaki-Nya). Dan barang apa saja yang kamu
nafkahkan maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang
sebaik-baiknya.”
Hanya saja kita tidak sepantasnya
mengharapkan ganti atas apa yang kita keluarkan. Baik harta, tenaga atau
apapun yang bisa kita sedekahkan termasuk segelas air putih. Tentang sedekah yang
bisa mengganti atau melipatgandakan rezeki kita, itu adalah
kehendak-Nya semata, karena kita hanya perlu bersedekah tanpa ada
keraguan sedikitpun.
Tentang sedekah yang amalannya tidak akan terputus
Tentang sedekah yang amalannya tidak akan terputus saat meninggal dunia juga telah dijanjikan.
Rasulullah Saw bersabda,
“Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali tiga
perkara yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh
yang mendoakan kedua orang tuanya.”(HR. At-Tirmidzi).
Seperti yang diketahui umat muslim
bahwasanya setiap harta yang kita miliki pasti tidak akan dibawa saat
ajal datang menjemput. Harta kita akan ditinggalkan untuk ahhli waris.
Sementara harta yang akan dibawa adalah harta yang telah kita sedekahkan
semasa massih hidup. Ketika meninggal sudah tidak ada yang bisa kita
lakukan untuk beribadah. Maka sudah selayaknya saat masih bisa menghirup
udara untuk selalu meningkatkan kualitas ibadah kita. Selain itu juga
tetap ikhlas secara rutin melakukan sedekah karena itu adalah harta yang
bisa kita bawa hingga akhirat. Tentang sedekah yang amalannya tidak akan terputus saat ajal menjemput? Jangan tunda lagi untuk melakukan sedekah.
Undangan Majelis Darul Aytam
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِي.
Undangan Majelis Darul Aytam
Mari berbagi kebahagiaan bersama Anak Yatim dan Dhuafa Majelis Darul Aytam dalam santunan dan Taklim yang Insya Allah akan dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : kamis / 30 Mei 2013 Miladiyah
20 Rajab 1434 hijriyah
Jam : 08.00 WIB -selesai
Acara : Tausyiah
Ustadz H.M Khairudin Abdurrahman S.Ag
Tempat : Alhambra Room, LT2 Menara 165, Jalan Tb. Simatupang , Cilandak Jakarta Selatan.
Demikian Undangan ini kami sampaikan, atas segala perhatian
Dukungan dan bantuan Ayah, Bunda, Ikhwan dan Akhwat Fillah Yang diberikan kepada Majelis Darul Aytam diucapkan terima kasih yang Mendalam.
Semoga Allah Azza Wa Jalla membalasnya dengan balasan yang berlipat ganda di dunia dan Jannah-Nya kelak di akhirat. Aamiin Ya Rabbal Alamiin…
Wassalamualaykum Warahmatullah Wabarakatuh
--------------------------
Mari Bantu Yayasan Darul Aytam dengan menyalurkan Zakat Infak dan Shadaqah Anda ke Rekening.Bank Mandiri No. Rek.1260004993787 An.Chuswatun Hassanah qq Yayasan Darul Aytam.
BNI No Rek. 273401364 an Drs.Setiawan qq.Yayasan Darul Aytam.
BCA 7650412197 An. Drs.Setiawan qq. Yayasan Darul Aytam.
Bagi Wakif di Malaysia sila transfer ke account
160018582289 maybank account atas nama Suzana Mohd Ali.
BERSYUKUR ATAS SEGALA NIKMAT ALLAH
Apabila direnungkan secara mendalam, ternyata memang banyak nikmat Allah yang telah kita terima dan gunakan dalam hidup ini. Demikian banyaknya sehingga kita tidak mampu menghitungnya. Allah berfirman, ''Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'' (QS 16: 18).
Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat dengan menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan kehendak pemberinya. Sedangkan kufur adalah menyembunyikan dan melupakan nikmat. Allah Subhanahu WaTa'alla ''Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'.'' (QS 14: 7).
Pada dasarnya, semua bentuk syukur ditujukan kepada Allah. Namun, bukan berarti kita tidak boleh bersyukur kepada mereka yang menjadi perantara nikmat Allah. Ini bisa dipahami dari perintah Alah untuk bersyukur kepada orang tua yang telah berjasa menjadi perantara kehadiran kita di dunia. Firman Allah Allah Subhanahu WaTa'alla ''Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu-bapakmu, hanya kepada-Kulah kamu kembali.'' (QS 31: 14).
Perintah bersyukur kepada orang tua sebagai isyarat bersyukur kepada mereka yang berjasa dan menjadi perantara nikmat Alloh. Orang yang tidak mampu bersyukur kepada sesama sebagai tanda ia tidak mampu pula bersyukur kepada . Allah Subhanahu WaTa'alla Nabi bersabda, ''Siapa yang tidak mensyukuri manusia, maka ia tidak mensyukuri Alloh.'' (HR Tirmidzi).
Manfaat syukur akan menguntungkan pelakunya. Allah tidak akan memperoleh keuntungan dengan syukur hamba-Nya dan tidak akan rugi atau berkurang keagungan-Nya apabila hamba-Nya kufur. Allah berfirman, ''Dan siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.'' (QS 27: 40).
Ada beberapa cara mensyukuri nikmat Allah Arrahman. Pertama, syukur dengan hati. Ini dilakukan dengan mengakui sepenuh hati apa pun nikmat yang diperoleh bukan hanya karena kepintaran, keahlian, dan kerja keras kita, tetapi karena anugerah dan pemberian Allah Yang Maha Kuasa. Keyakinan ini membuat seseorang tidak merasa keberatan betapa pun kecil dan sedikit nikmat Allah Subhanahu WaTa'alla yang diperolehnya.
Kedua, syukur dengan lisan. Yaitu, mengakui dengan ucapan bahwa semua nikmat berasal dari Alloh swt. Pengakuan ini diikuti dengan memuji Alloh melalui ucapan alhamdulillah. Ucapan ini merupakan pengakuan bahwa yang paling berhak menerima pujian adalah Allah.
Ketiga, syukur dengan perbuatan. Hal ini dengan menggunakan nikmat Allah Subhanahu WaTa'alla jalan dan perbuatan yang diridhoi-Nya, yaitu dengan menjalankan syariat , menta'ati aturan Allah Subhanahu WaTa'alla lam segala aspek kehidupan
Sikap syukur perlu menjadi kepribadian setiap Muslim. Sikap ini mengingatkan untuk berterima kasih kepada pemberi nikmat (Alloh) dan perantara nikmat yang diperolehnya (manusia). Dengan syukur, ia akan rela dan puas atas nikmat Allah yang diperolehnya dengan tetap meningkatkan usaha guna mendapat nikmat yang lebih baik.
Selain itu, bersyukur atas nikmat yang diberikan Alloh merupakan salah satu kewajiban seorang muslim. Seorang hamba yang tidak pernah bersyukur kepada ,Allah Subhanahu WaTa'alla alias kufur nikmat, adalah orang-orang sombong yang pantas mendapat adzab Allah Arrahman.
Allah telah memerintahkan hamba-hambaNya untuk mengingat dan bersyukur atas nikmat-nikmatNya: “Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu mengingkari nikmatKu.” (QS al-Baqarah:152)
Ahli Tafsir, Ali Ash Shobuni menjelaskan bahwa yang dimaksud “Ingat kepada Alloh” itu adalah dengan Ibadah dan Ta’at, maka Allah akan ingat kepada kita, artinya memberikan pahala dan ampunan. Selanjutnya kita wajib bersyukur atas nikmat Allah dan jangan mengingkarinya dengan berbuat dosa dan maksiat.
Telah diriwayatkan bahwa Nabi Musa as pernah bertanya kepada Tuhannya: ”Ya Robb, bagaimana saya bersyukur kepada Engkau? Robbnya menjawab: ”Ingatlah Aku, dan janganlah kamu lupakan Aku. Jika kamu mengingat Aku sungguh kamu telah bersyukur kepadaKu. Namun, jika kamu melupakan Aku, kamu telah mengingkari nikmatKu”.
Di zaman sekarang ini, betapa banyak orang merefleksikan rasa bersyukur, namun dengan cara-cara yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syukur itu sendiri. Untuk itu, para ulama telah menggariskan tata cara bersyukur yang benar, yakni dengan cara beribadah dan memupuk ketaatan kepada Allah swt dan meninggalkan maksiat.
Allah Arrahman telah menyatakan dengan sangat jelas bahwa orang-orang yang mau bersyukur atas nikmat yang diberikanNya sangatlah sedikit. Kebanyakan manusia ingkar terhadap nikmat yang diberikan Allah kepada mereka. “Sesungguhnya Alloh benar-benar mempunyai karunia yang dilimpahkan atas umat manusia, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukurinya.” [QS Yunus: 60]
“Katakanlah: “Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut yang kamu berdoa kepadaNya dengan berendah diri dengan suara yang lembut (dengan mengatakan): ”Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari bencana ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur.” Katakanlah: ”Alloh menyelamatkan kamu daripada bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kamu kembali mempersekutukanNya.” (QS Al-An’aam: 63-64).
Ketika manusia ditimpa berbagai macam kesusahan mereka segara berdoa dan berjanji untuk bersyukur pada Allah jika bencana itu dihindarkanNya. Akan tetapi, ketika Allah menghindarkan mereka dari bencana itu, mereka lupa bersyukur bahkan kembali mempersekutukan Allah Subhanahu WaTa'alla Betapa banyak orang menangis, meratap, memelas dan merengek-rengek meminta kepada Allah Subhanahu WaTa'alla agar dihindarkan dari kesusahan hidup; masalah pribadi, soal pekerjaan, musibah, dsb. Akan tetapi, ketika mAllah Subhanahu WaTa'alla menghindarkan mereka dari kesusahan mereka kembali lalai, bermaksiat, bahkan menerapkan aturan-aturan selain aturan Allah. Bukankah hal ini termasuk telah menyekutukan Allah Azza Wa Jalla... Wallahu a'lam
Dinsdag 28 Mei 2013
KISAH NASI AYAM
PERBEDAAN MAKANAN ORANG KAYA DAN ORANG MISKIN
--------------------------------
Apa perbedaan antara orang yang paling kaya di dunia dengan orang yang paling miskin di dunia (terkait dengan jatah rezeki makanannya) ?
--------------------------------
Apa perbedaan antara orang yang paling kaya di dunia dengan orang yang paling miskin di dunia (terkait dengan jatah rezeki makanannya) ?
Orang yang paling miskin di dunia mungkin makan roti atau nasi saja tanpa adanya lauk daging.
Sementara orang yang paling kaya makan roti atau nasi lengkap dengan lauk dagingnya.
Tetapi terkadang orang miskin yang tidak makan daging itu bisa
menikmati setiap suapan makanan yang ia masukkan ke dalam perutnya.
Kemudian setelah makan ia berdoa : Alhamdulillahii ladzi ah’amanaa wa
saqaanaa wa ja’alanaa minal muslimin (Segala puji bagi Allah, yang
memberikan makan kami , dan telah memberi minum kami, dan telah
menjadikan kami termasuk golongan orang orang Islam.
Sementara orang yang paling kaya yang punyai hobby makan Nasi Ayam Malaysia, Nasin Kandar ataupun Nasi Dagang serta thom yam, belum tentu bisa menikmati
lezatnya semua makanan yang disajikan. Oleh dokter dia dilarang makan
yang berlemak seperti Nasi Ayam Malaysia, daging panggang, mentega, manis manisan dan berbagai
makanan jenis yang lain, oleh karena dia terserang banyak penyakit.
Allah mencegahnya dan membatasi dari berbagai macam kenikmatan.
Jadi menikmati lezatnya rezeki Allah itu bukan dilihat dari jenis
dan banyaknya makanannya, tapi lihatlah seberapa nilai derajat
keberkahan dari Allah dalam rezeki itu, walau dengan batasan kadar yang
berbeda.
DOSA YANG JARANG DIPERHITUNGKAN
Maukah kutunjukkan kepadamu hal yang menguasai keseluruhannya? “
Yakni semua pekerti yang mencakup kesemuanya itu? , Muadz menjawab :
Tentu mau , wahai Rasulullah,’ Rasul pun memegang lisannya dan bersabda :
“ Cegahlah ini olehmu!”
Bahaya laten yang bisa saja dihadapi oleh seorang hamba dalam
kehidupan dunia bersumber dari lisannya, untuk itulah, para ulama
mengatakan bahwa sembilan dari sepuluh dosa adalah berasal dari dosa
dosa lisan. Rasul pun setiap kali mengingatkan seorang hamba yang
melakukan dosa, agar berhati hati dengan lisannya, karena sesungguhnya
lisan itu yang paling cepat melakukan dosa dan kekeliruan.
Lisan berbicara tanpa perhitungan dan kata kata yang keluar dari anda
tanpa disadari, seperti bergunjing, membuka aib, mengadu domba,
menghina serta mengeluarkan kata kata kotor dan kata kata batil yang
dapat menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka selama 70 tahun.
Imam Syafii telah mengatakan :
“Jagalah lisanmu, jangan biarkan ia menyebutkan kekurangan orang
lain, karena dirimu pun penuh dengan kekurangan, dan orang lain
mempunyai banyak mata. Dan peliharalah kedua matamu, jika memperlihatkan
keaiban orang lain kepadamu, jagalah ia dan katakan kepadanya : “Hai
mata, orang lain mempunyai banyak mata
BERKEJARAN DENGAN WAKTU
Kehidupan terus berjalan, waktu terus berputar, waktu terus berjalan
dan bumi terus berputar, generasi hilang dan tumbuh, saling berganti,
tokoh -tokoh sejarah tinggal catatan. Usia manusia tak cukup mengarungi
semua waktu, usia manusia sangat terbatas, harapan hidup rata-rata
manusia sekitar 70 tahun. Ada yang sampai, 80, 90 atau 100 tahun lebih,
tapi jumlahnya sedikit.
Hanya Allah yang Maha Mengetahui batas umur manusia, umur
benar-benar rahasia Allah. Ada bukti nyata yang sangat jelas, di
panggung sejarah kehidupan manusia benar-benar sukar di duga , Siapa
yang menyangka seorang mantan Presiden di salah satu negara di Timur
Tengah, yang saat kejayaannya dielu-elukan, namun pada akhir hayat,
tokoh ini mati di tiang gantungan, terlepas benar atau salah,
kematiannya manjadi sorotan dunia. Kejadian ini pas di saat Hari raya
Idul Adha 1427 H/30 Desember 2006.
Entah apa yang hendak ditunjukan olehNya pada umat manusia? Yang
jelas kematian ada dalam genggamanNya, mati di tiang gantungan, ketabrak
mobil, ditelan gelombang tsunamai, dijepit gempa bumi, ditimbun tanah
longsor, dipanggang hidup-hidup saat kebakaran, meledak di pesawat
udara, atau tenggelam di lautan lepas, dan sebagainya itu cuma penyebab
kematian, tapi kematian itu satu, lepasnya roh dari jasad manusia!
Jasad manusia ada yang hilang ditelan gelombang laut,
hangus terbakar tanpa bekas, meledak di pesawat ulang alik, atau mati
hancur berantakan karena bom bunuh diri di mobil atau tergilas tank,
tapi roh tetap kembali kepadaNya. Apa pun jenis penyebab kematian, roh
tetap kembali kepadaNya. Maka, sebelum kematian itu menjelang
berbuatlah sesuatu, kerjakanlah sesuatu,tinggalkan bekas yang
bermanfaat buat generasi mendatang.
Seratus tahun, seribu tahun, sejuta tahun atau bahkan
dalam hitungan tahun yang begitu panjang, selama bumi masih terus
berputar, selama itu pula kehidupan masih berlangsung, namun bila telah
hancur berantakan segala isi alam semesta ini, itu berarti kiamat telah
tiba! Itu kimat Kubro, tapi jangan lupa ada kiamat yang bisa langsung
mengenai setiap manusia dan datangnya tak diduga, apa itu? Kematian, ya…
kematian adalah salah satu jenis kiamat, tapi ini kiamat kecil, kiamat
sugro.
Yang belum lama ini telah diperlihatkan oleh Allah SWT,
tentang hambaNya dikenal dan terkenal karena begitu populernya di
Indonesia, yang dengan caraNya sendiri diambil begitu saja, di malam
Jum’at dengan tabrakan tunggal. Semua orang terkaget-terkaget dan
terhenyak sesaat dan tak menyangka. Ya siapa menyangka dan bisa menduga
datangnya sang maut itu?
Tak ada yang bisa mengetahui rahasia Allah ini, walau
ilmu kedokteran sudah begitu canggih. Betapapun hebatnya teknologi
kedokteran yang dimiliki manusia, pada saat maut itu datang, tak ada
seorangpun yang dapat mencegahnya, walaupun seluruh manusia bersatu
untuk melawannya atau bersatu untuk menghindarinya, tak bisa!
Allah telah bersumpah dengan waktu: “ Demi waktu,
demi masa, bahwa manusia akan merugi, kecuali bagi orang yang beriman
dan beramal sholeh, saling nasehat-menasehati dalam kesabaran dan
kebenaran” ( Al Asr: 1-3). Manusia di planet bumi diberikan waktu
yang sama, 24 jam sehari semalam. Namun dalam waktu yang 24 jam tersebut
ada yang mencapai puncak kejayaan seluas-luasnya, namun dalam waktu
yang bersamaan, betapa banyak manusia yang nyaris tak punya apa-apa dan
tidak bisa apa-apa dan tak mampu berbuat apapun, padahal waktu yang
diberikan Allah SWT, sama, 24 jam!
Waktu yang 24 jam, ada yang merasa terlalu sedikit,
namun ada pula yang tak mampu menghabiskan waktu tersebut dengan
kegiatan yang produktif, waktu hilang percuma, tak memberikan manfaat
apapun padanya. Lebih celaka lagi, waktu yang banyak itu hanya diisi
dengan bergunjing kesana kemari, menghasut seseorang dengan orang lain,
sambil tetap tersenyum, seakan tanpa dosa.
Padahal waktu yang diberikan Tuhan 24 jam itu, bisa
digunakan dengan berbagai macam kegiatan yang produktif, tahan lama dan
mungkin juga mengabadi. Seperti tulisan para tokoh, yang mewariskan pada
dunia dengan ilmu yang ditulisnya atau diababadikannya berupa karya
atau keterampilan yang bermanfaat bagi manusia lainnya, baik pada
masanya atau masa sesudahnya.
Kita mestinya malu dengan tokoh dunia puluhan abad yang
lalu, seperti Ibu Arabi, Imam Al Gazali, Ibnu Sina dan lain sebagainya,
yang dengan ketekunannya dan kesabarannya, mereka dapat dan
mampu menulis ribuan halaman buku, dengan puluhan jilid buku
atau dengan puluhan judul buku yang ditulis tangan. Sekali lagi
ditulis tangan! Jangan lupa, saat itu belum ada percetakan, belum
ada mesih tik, computer, laptop dan lain sebagainya.
Dan buku-buku mereka mengabadi dan memberikan inspirasi
bagi generasi sesudahnya, mereka telah tiada, tapi hasil pemikiran
mereka yang ditulis, di catat, maka ilmu mereka tak hilang dan terus
menerus bermanfaat bagi generasi selanjutnya, yang bisa saja
mencapai ribuan tahun sesudahnya. Jasad mereka sudah tiada, tapi dengan kata-kata yang ditulisnya, nama mereka mengabadi.
Bagi orang yang kreatif, waktu benar-benar dimanfaatkan
sebaik-baiknya, misalnya dengan membaca, mengarang, membuat ketrampilan,
mengaji, mengkaji, menyusun buku dan berbuat sesuatu apapun demi
kemaslahatan semua umat manusia. Itulah yang kata Nabi, manusia yang
paling baik!
Nabi pernah bersabda : “ Manusia yang paling baik adalah manusia yang paling berguna atau yang paling bermanfaat bagi sesamanya”
Manusia seperti itu bisa berbuat baik dengan tenaganya, pikirannya,
hartanya, bahkan jiwa dan raganya diberikan untuk kepentingan manusia,
kepentingan orang banyak dan tentunya berniat karena Allah semata.
Manusia seperti ini cerdas dalam memanfaatkan waktu,
dia tak mau kehilangan waktu semenitpun untuk perbuatan sia-sia, dalam
diamnyapun, manusia seperti ini memanfaatkan waktunya dengan berdzikir
dan merenungkan ciptaanNya, jadi dalam kedaan diampun dia masih
produktif, yaitu berdzikir, karena berdzikir bisa dilakukan sambil
berdiri, duduk dan berbaring. Bahkan ketika berjalanpun orang bisa
berdzikir, karena berdzikir itu adalah mengingatNya, dan berdzikir
paling utama adalah saat ada “nyanyian setan’ untuk berbuat dosa, lantas
ingat Allah SWT, sehingga tak jadi melakukan dosa tersebut.
Waktu terus bergulir, berputar tak ada hentinya dan dengan perputaran
waktu usia manusia terus bertambah karena dilihat dari titik nol, saat
dilahirkan, sekaligus berkurang dari jatah yang sudah ditentukan
olehNya. Umur kelihatannya bertambah, namun hakekatnya berkurang, sedang
menuju ke kematian atau menuju ke kuburan yaitu akhir perjalanan umat
manusia. Suka atau tak suka, siap atau tidak siap, kematian itu akan datang dengan sendirinya, tanpa diundang!
Masihkah kau akan berkata ” tak punya waktu ” ? Waktu itu netral, kaulah yang mengatur sang waktu itu, untuk berbuat sesuatu. Kerjakanlah sesuatu yang dapat kau tinggalkan bagi generasi selanjutnya, isilah waktumu dengan hal-hal yang bermanfaat. Katakanlah :” wahai sang waktu …. akan ku isi waktumu dengan apapun yang bermanfaat!” Jangan katakan : ” aku tak punya waktu ” omong kosong! Mengapa? Kalau berkata: “tak punya waktu” itu sama saja mati. Karena hanya orang yang sudah matilah yang tak punya waktu lagi untuk berbuat apapun, baginya sudah tamat!
Masihkah kau akan berkata ” tak punya waktu ” ? Waktu itu netral, kaulah yang mengatur sang waktu itu, untuk berbuat sesuatu. Kerjakanlah sesuatu yang dapat kau tinggalkan bagi generasi selanjutnya, isilah waktumu dengan hal-hal yang bermanfaat. Katakanlah :” wahai sang waktu …. akan ku isi waktumu dengan apapun yang bermanfaat!” Jangan katakan : ” aku tak punya waktu ” omong kosong! Mengapa? Kalau berkata: “tak punya waktu” itu sama saja mati. Karena hanya orang yang sudah matilah yang tak punya waktu lagi untuk berbuat apapun, baginya sudah tamat!
Jangan menyesal, ketika waktu telah lewat. Waktu bergerak terus ke
depan, sang waktu tak kenal kata mundur, sang waktu hanya bergerak ke
depan, maju, maju dan maju terus, bila kau diam, maka waktu akan menggilasmu, waktu akan “membunuh”mu dengan pedangnya yang sangat tajam, pedang yang tak ada seorangpun dapat menangkisnya!
Siapa yang bisa membunuh sang waktu? Siapa yang bisa
melawan sang waktu ? Siapa yang bisa “mengerem” sang waktu agar tak
berputar? Tak seorang pun bisa! Maka pergunakanlah waktumu dengan apapun
yang bermanfaat, syukur-syukur bermanfaat bagi kehidupan di Dunia
maupun di Akherat ! Mari kita berlomba mengejar sang waktu, berlomba-lomba dalam kebaikan dan kebajikan, fastabiqul khairat,
dengan karya kita sendiri, dengan tulisan kita sendiri, dengan menulis
buku sendiri atau menciptakan apapun karya sendiri! Ayo, mari kita
kejar sang waktu, kita kejar waktu-waktu kita dengan karya-karya kita
sendiri.
Ayo tulis sesuatu atau berbuat sesuat, ayo tinggalkan
sesuatu yang bermanfaatbuat generasi selanjutnya! Jangan biarkan hidup
kita berlalu tanpa bekas apapun. Kita diciptakan Allah, jelas punya misi, bukan asal hidup, bukan asal ada. Ayo
kerjakan sesuatu sekecil apapun bentuknya, ayo tulis sesuatu ,
betapapun sederhananya. Otak, tangan, dan semua anggota tubuh masih
bisa digunakan! Ayo, gunakan usia kita yang masih ada itu, mari
berkejaran dengan waktu yang masih tersedia buat kita, selagi bonus
umur tetap diberikanNya.
BERSIAP MENYAMBUT KEDATANGAN RAMADHAN 2
Ustadz Abu Mushlih Ari Wahyudi
Bulan Ramadhan tak lama lagi tiba di hadapan kita. Bulan yang dinantikan oleh umat muslim di segala penjuru dunia. Bulan yang penuh dengan warna ibadah dan ketaatan; puasa, tilawah al-Qur’an, sholat malam, majelis ilmu, nasehat, sedekah, dan kepedulian kepada orang-orang yang membutuhkan. Inilah salah satu bukti keindahan dan kesempurnaan ajaran Islam.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Pada hari ini Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian, Aku telah cukupkan bagi kalian nikmat-Ku, dan Aku telah ridha Islam sebagai agama bagi kalian.”(QS. al-Maa’idah: 3)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Islam dibangun di atas lima perkara: syahadat bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, menunaikan haji ke baitullah, dan puasa Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu’anhuma)
Bulan Ramadhan adalah bagian dari perjalanan waktu yang Allah ciptakan bagi hamba-hamba-Nya. Agar mereka memanfaatkannya untuk taat kepada-Nya dan menjauhi langkah-langkah setan yang terus berupaya untuk mengelabui dan menjerumuskan mereka ke dalam neraka. Allah ta’alaberfirman (yang artinya), “Demi waktu. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam menetapi kesabaran.” (QS. al-’Ashr: 1-3)
Puasa Ramadhan adalah bagian dari keimanan. Imam Bukhari rahimahullah membuat bab di dalam Shahihnya dengan judul ‘Bab. Puasa Ramadhan karena mengharapkan pahala adalah bagian dari keimanan’ dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)
Lezatnya Ketaatan
Seorang hamba yang menyadari bahwa Allah adalah sesembahan-Nya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rasul-Nya tentu akan merasakan lezatnya ketaatan dalam beribadah dan tunduk kepada syari’at-Nya. Dia tidak akan merasa berat atau sempit tatkala harus menunaikan perintah Rabb alam semesta.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan merasakan lezatnya iman, orang yang ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim dari al-’Abbas bin Abdul Muthallib radhiyallahu’anhu)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah pantas bagi seorang lelaki yang beriman atau perempuan yang beriman, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu perkara kemudian mereka masih memiliki pilihan yang lain dalam urusan mereka. Barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang amat nyata.” (QS. al-Ahzab: 36)
Mengiringi Amal Salih Dengan Keikhlasan
Puasa Ramadhan adalah amal salih yang sangat utama. Bahkan ia termasuk rukun islam. Sementara amal salih tidak akan bernilai di sisi Allah jika tidak diiringi dengan keikhlasan. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (QS. al-Kahfi: 110)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setiap amalan itu dinilai dengan niat. Dan bagi setiap orang apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin dia peroleh atau wanita yang ingin dia nikahi maka hijrahnya kepada apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu’anhu)
Melandasi Amalan Puasa Dengan Takwa
Takwa adalah menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Thalq bin Habibrahimahullah berkata, “Takwa adalah kamu melakukan ketaatan kepada Allah di atas cahaya dari Allah dengan mengharap pahala dari Allah. Dan kamu meninggalkan kemaksiatan kepada Allah di atas cahaya dari Allah karena takut terhadap hukuman Allah.”
Puasa bukan sekedar menahan lapar dan dahaga. Lebih daripada itu, puasa adalah ketundukan seorang hamba terhadap Rabb yang telah menciptakan dan mengaruniakan segala macam nikmat kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia. Sembahlah Rabb kalian, yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 21)
Ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah, berupa ucapan dan perbuatan, yang tampak maupun yang tersembunyi. Ibadah memiliki tiga pondasi amalan hati, yaitu cinta, harap, dan takut. Seorang hamba yang beribadah kepada Allah harus menyertakan ketiga hal ini dalam setiap ibadah yang dilakukannya. Beribadah kepada Allah dengan cinta saja adalah kekeliruan kaum Sufi. Beribadah kepada Allah dengan harap saja adalah kekeliruan kaum Murji’ah. Dan beribadah kepada Allah dengan takut saja adalah kekeliruan kaum Khawarij. Oleh sebab itu ketiga hal ini harus ada di dalam hati seorang hamba tatkala beribadah kepada-Nya.
Ibadah seperti inilah yang akan diterima oleh Allah. Allah ta’ala berfirman tentang ibadah kurban (yang artinya), “Tidak akan sampai kepada Allah daging-dagingnya ataupun darahnya, akan tetapi yang akan sampai kepada-Nya adalah ketakwaan dari kalian.” (QS. al-Hajj: 37).
Menjalankan Puasa Dengan Sunnah Nabi-Nya
Ibadah kepada Allah tidak akan diterima jika tidak sesuai dengan syari’at-Nya. Dan tidaklah Allah mensyari’atkan kecuali melalui perantara Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah ta’alaberfirman (yang artinya), “Katakanlah: Jika kalian benar-benar mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (QS. Ali ‘Imran: 31)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mengada-adakan dalam urusan (agama) kami ini sesuatu yang bukan termasuk bagian darinya maka ia pasti tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha). Dalam riwayat Muslim juga disebutkan,“Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami maka ia pasti tertolak.”
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang taat kepada Rasul sesungguhnya dia telah taat kepada Allah.” (QS. an-Nisaa’: 80). Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Tidaklah dia (Muhammad) berbicara dari hawa nafsunya. Tidaklah yang dia ucapkan melainkan wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (QS. an-Najm: 3-4)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apa saja yang dibawa oleh Rasul maka ambillah, dan apa saja yang dilarang olehnya maka tinggalkanlah.” (QS. al-Hasyr: 7). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang menentang rasul itu setelah jelas baginya petunjuk dan dia mengikuti selain jalan orang-orang yang beriman, maka Kami akan membiarkan dia terombang-ambing dalam kesesatannya, dan kelak Kami akan memasukkannya ke dalam Jahannam. Dan Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. an-Nisaa’: 115)
Imam Syafi’i rahimahullah berkata, “Kaum muslimin telah sepakat, bahwasanya barangsiapa yang telah jelas baginya suatu tuntunan (hadits) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka tidak halal baginya meninggalkannya dengan alasan mengikuti pendapat seseorang.” Imam Ahmadrahimahullah juga menegaskan, “Barangsiapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya dia berada di tepi jurang kehancuran.”
Mengharapkan Pahala dan Ampunan dari-Nya
Pahala dari Allah dan ampunan-Nya adalah sesuatu yang amat dibutuhkan oleh seorang hamba. Sementara pahala dan ampunan itu Allah peruntukkan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan menjalankan ketaatan kepada-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya lelaki dan perempuan yang muslim, lelaki dan perempuan yang mukmin, lelaki dan perempuan yang taat, lelaki dan perempuan yang jujur, lelaki dan perempuan yang sabar, lelaki dan perempuan yang khusyu’, lelaki dan perempuan yang bersedekah, lelaki dan perempuan yang berpuasa, lelaki dan perempuan yang menjaga kemaluannya, lelaki dan perempuan yang banyak berdzikir kepada Allah. Allah sediakan bagi mereka ampunan dan pahala yang sangat besar.” (QS. al-Ahzab: 35)
Puasa merupakan salah satu bentuk ibadah yang menghapuskan dosa-dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sholat lima waktu. Jum’at yang satu dengan jum’at berikutnya. Ramadhan yang satu dengan Ramadhan berikutnya. Itu semua adalah penghapus dosa-dosa, selama dosa-dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)
Untuk itu, semestinya seorang hamba yang menyadari bahwa dosa yang telah dilakukannya adalah musibah dan bencana bagi kehidupannya untuk segera bertaubat dan kembali kepada Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan bertaubatlah kepada Allah kalian semua, wahai orang-orang yang beriman. Mudah-mudahan kalian menjadi orang yang beruntung.” (QS. an-Nur: 31). Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Dan hendaklah kalian memohon ampunan kepada kepada Rabb kalian lalu bertaubatlah kepada-Nya.” (QS. Hud: 3)
Bulan Ramadhan tak lama lagi datang. Alangkah malang diri kita jika bulan yang penuh berkah ini berlalu begitu saja tanpa curahan ampunan dan pahala dari-Nya. Semoga Allah mempertemukan kita dengan bulan yang mulia ini, melarutkan kita dalam kelezatan beribadah dan bermunajat kepada-Nya, menangisi dosa dan kesalahan kita. Ya Allah Ya Rabbi, pertemukanlah kami dengannya…
Teken in op:
Plasings (Atom)