Vrydag 09 Augustus 2013

KETIKA WANITA MENGHINAKAN DIRINYA SENDIRI


Bukan kali pertama sketsa politik dan kuasa melibatkan wanita. Pesona wanita sungguh berdaya magnet luar biasa. Ada orang yang sanggup melampaui godaan harta dan takhta, tetapi lumpuh menghadapi bujuk rayu wanita. Boleh jadi banyak pria mampu meretas berbagai masalah, tetapi tidak berkutik di bawah ketiak wanita.
Kecintaan kepada wanita memang merupakan fitrah manusia. 

Dijadikan indah untuk manusia kecintaan pada segala yang diinginkan, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah tempat kembali yang baik” (Al-Imran: 14).

Sejarah juga mencatat, wanita kerap digunakan sebagai umpan. Inilah yang dilakukan kaum kafir Makkah ketika hendak menghalangi dakwah Nabi Muhammad. Namun, manusia mulia itu tegas menolak seraya berkata, “Demi Allah, andaikan matahari diletakkan di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, niscaya aku tidak akan berhenti dari dakwah sampai Allah memenangkan agama ini di atas selainnya.”

Kendati begitu, tidak mudah berlepas diri dari pesona kaum Hawa. Itulah yang pernah dirasakan manusia sekaliber Nabi Yusuf. Semata karena pertolongan Allah, Nabi Yusuf dapat selamat dari rayuan Zulaikha, istri Raja Mesir itu. 

Sungguh wanita itu telah menginginkan Yusuf, dan Yusuf juga menginginkan wanita itu, andaikata dia tidak melihat tanda dari Tuhannya. Demikianlah, Kami palingkan Yusuf dari kemungkaran dan kekejian. Sungguh Yusuf termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih” (Yusuf: 24).

Bahkan, muasal teguran Allah kepada Nabi Dawud adalah karena menikahi Sabigh binti Syaigh, wanita pinangan Uria bin Hannan (Shad: 21-26). Tepatlah kenapa Nabi Muhammad mewanti-wanti kita agar senantiasa bersikap ekstra waspada terhadap wanita. “Sungguh dunia itu manis dan menghijau. Dan sungguh Allah menjadikanmu sebagai khalifah di dalamnya. Maka Allah akan melihat apa yang kamu kerjakan. Maka takutlah kepada dunia dan wanita. Karena sungguh fitnah pertama yang menimpa Bani Israil adalah dalam hal wanita” (HR Muslim).

Dalam hadis lain juga dinyatakan secara tegas, “Tidak aku tinggalkan pada manusia godaan yang lebih dahsyat bahayanya bagi kaum pria kecuali godaan kaum wanita” (HR Tirmidzi). Fakta membuktikan, tidak sedikit orang besar terjatuh dalam kehinaan akibat tidak berdaya menghadapi wanita. Hasrat memiliki harta dan takhta belum dirasakan sempurna tanpa aroma wanita. Berhasil menggenggam ketiganya akan memunculkan kepuasan tiada tara.

Lihatlah para penggenggam harta dan takhta. Mereka yang mulanya tampak arif dan setia pada keluarga, tiba-tiba terjerembab dalam perkara wanita. Karier yang moncer habis tiada sisa untuk ‘membeli’ wanita yang secara fisik menggoda dan mempesona. Ini semakin mengukuhkan anggapan bahwa wanita memang berkelindan dengan harta dan kuasa.

Ironis. Tidak seharusnya wanita menjadi komoditas dan dieksploitasi. Islam telah mendudukkan wanita dalam posisi yang sangat mulia. Martabatnya sebagai ibu bangsa. Pada pundak wanita, terletak masa depan tunas-tunas bangsa. Kisah perselingkuhan, gratifikasi, dan semacamnya yang melibatkan wanita jelas mencederai martabat ibu bangsa sekaligus bertentangan dengan Islam.

Tidak kalah penting, perlu adanya kesadaran dalam diri wanita. Kehendak menjadi ‘alat umpan’ kerap bermotif ingin meraup dunia tanpa bekerja. Saatnya wanita jangan menghinakan dirinya. Wanita adalah bunga dan perhiasan yang menjadi tempat berlabuh kebahagiaan keluarga. Itulah wanita shalihah. Yaitu wanita yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak berada di tempat 
(An-Nisa: 34).



Maandag 05 Augustus 2013

KISAH 8 DIRHAM SANG NABI


Pagi itu Rasulullah SAW nampak sibuk memperhatikan bajunya dengan cermat, baju yang tinggal satu-satunya itu ternyata sudah usang. Dengan rizki uang delapan dirham, beliau segera menuju pasar untuk membeli baju.
Di tengah perjalanan, beliau bertemu dengan seorang wanita yang sedang menangis. Ternyata ia kehilangan uangnya. Dengan kemurahan hati, beliau memberikan 2 dirham untuknya. Tidak hanya itu, beliau juga berhenti sejenak untuk menenangkan wanita itu.
Setelah itu, Rasulullah SAW lalu melangkah ke pasar. Beliau langsung mencari barang yang diperlukannya. Dibelinya sepasang baju dengan harga 4 dirham lalu bergegas pulang. Di tengah perjalanan, beliau bertemu dengan seorang tua yang telanjang. Dengan iba, orang itu memohon sepotong baju yang baru dibelinya. Karena tidak tahan melihatnya, beliau langsung memberikan baju itu. Maka kembalilah beliau ke pasar untuk membeli baju lagi dengan uang tersisa 2 dirham, tentu saja kualitasnya lebih kasar dan jelek dari sebelumnya.
Ketika hendak pulang lagi, Rasulullah SAW kembali bertemu dengan wanita yang menangis tadi. Wanita itu nampak bingung dan gelisah. Ia takut pulang karena khawatir dimarahi majikannya akibat sudah terlambat. Dengan kemuliaan hati beliau, Rasul langsung menyatakan kesanggupan untuk mengantarkannya.
”Assalamu’alaikum warahmatullah”, sapa Rasulullah SAW ketika sampai rumah majikan wanita itu. Mereka yang di dalam semuanya terdiam, padahal mendengarnya. Ketika tak terdengar jawaban, Rasulullah SAW memberi salam lagi dengan keras. Tetap tak terdengar jawaban. Rasul pun mengulang untuk yang ketiga kalinya dengan suara lantang, barulah mereka menjawab dengan serentak.
Rupanya hati mereka diliputi kebahagiaan dengan kedatangan Nabi. Mereka menganggap salam Rasulullah SAW sebagai berkah dan ingin terus mendengarnya. Rasulullah SAW lalu berkata,”Pembantumu ini terlambat dan tidak berani pulang sendirian. Sekiranya dia harus menerima hukuman, akulah yang akan menerimanya”. Mendengar ucapan itu, mereka kagum akan akan budi pekerti beliau. Mereka akhirnya menjawab, “Kami telah memaafkannya, dan bahkan membebaskannya.”
Budak itu bahagia tak terkira, tak terhingga rasa terima kasihnya kepada Rasul. Lalu ia bersyukur atas karunia Allah SWT atas kebebasannya. Rasulullah SAW pulang dengan hati gembira karena satu perbudakan telah terbebaskan dengan mengharap ridha Allah SWT. Beliau pun berujar,”Belum pernah kutemui berkah 8 dirham sebagaimana hari ini. Delapan dirham yang mampu menenteramkan seseorang dari ketakutan, memberi 2 orang yang membutuhkan serta memerdekakan seorang budak”.
Demikian kisah Rasulullah dengan 8 dirhamnya yang menjadi berkah. Meski hidup sederhana, beliau sangat murah hati dan banyak bersedekah. Suatu sikap mulia dan semoga kita bisa berusaha meneladaninya.

Sondag 04 Augustus 2013

BAHAGIA DI PENGHUJUNG RAMADHAN

Dalam Hadits Qudsi Riwayat Bukhari, Muslim, dan Ahmad  Allah SWT menyatakan antara lain “.Orang yang berpuasa akan mendapat dua kegembiraan. Apabila berbuka ia  merasa gembira (idza afthara fariha). Dan apabila bertemu dengan Allah, ia gembira pula karena puasanya (wa idza laqiya rabbahu fariha bishoumihi)”.  

Ketika seseorang berbuka, maka yang ada adalah kenikmatan yang dirasakan saat itu karena ia telah melepaskan dahaga atau enaknya hidangan yang dimakannya. Haus dan beratnya hal hal yang harus dijaga seharian selama berpuasa seolah tak berarti dan telah hilang semua. Begitu juga setelah ditunaikan ibadah selama sebulan penuh,  dengan tibanya hari raya iedul fitri, maka segala ‘penderitaan’ selama sebulan seolah tak pernah ada. Demikianlah sesungguhnya yang dirasakan adalah saat itu, saat yang terakhir.

Dalam Hadits Qudsi shahih yang lain cukup menarik tergambarkan bahwa Allah mengingatkan kita untuk mewaspadai saat saat akhir seperti di atas. Anas Bin Malik menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda
Sebagian orang orang penyembah kenikmatan dunia, yang akan menjadi penghuni neraka, dipanggil pada hari Kiamat. Ia dibenamkan satu kali benaman ke dalam neraka. Lalu ditanya kepadanya ‘Hai manusia, apakah engkau merasakan ada kebaikan barang sedikitpun ? Apakah masih terasa  nikmat  yang engkau rasakan dulu itu ? Dia menjawab ‘Tidak ada wahai Tuhanku  ! Aku sama sekali tidak merasakan ada kebaikan  yang pernah kurasakan  dan terasa tidak ada kenikmatan  yang pernah aku rasakan’.  Lalu dipanggilah orang yang paling sengsara di dunia namun calon ahli surga. Dia dibenamkan ke dalam surga satu kali. Kemudian dia ditanya ‘Wahai manusia ! Apakah engkau merasakan kesengsaraan ? Pernahkah engkau merasakan kesusahan luar biasa ? Dia menjawab ‘Tidak pernah wahai Tuhan! Sama sekali aku tidak pernah merasa sengsara dan tidak merasakan kesusahan” 
(HR Muslim, Ahmad, dan Ibnu Hiban).

Dari Hadits ini jelaslah bahwa senang dan susah itu dirasakan pada akhirnya. Ini tentu menjadi alasan bahwa  kita sebagai makhluk ciptaan Allah patut untuk berkeyakinan pada apa apa yang dijanjikan Allah tentang hidup di kemudian hari. Tidak terbuai oleh fatamorgana kehidupan sekarang dan tidak pula berputus asa dengan apa yang menimpa saat ini.

Teringat kita bagaimana pelajaran dari perjalanan Nabi Musa dengan Nabi khidr. Betapatidak mengertinya Nabi Musa dengan peristiwa yang bermuara makna pada akhirnya. Baik ketika perahu dibocorkan, ketika anak dibunuh, maupun ketika rumah buruk dibangun. Semua direspons negatif, penuh pertanyaan dan dikritisi. Bagi Musa pejuang kebenaran dankeadilan sungguh tidak bisa diterima perbuatan “sang Guru” yang membocorkan perahu milik nelayan miskin dan membunuh anak yang tak berdosa.

Ini adalah suatu bentuk kezaliman. Namun setelah Nabi Khidr menjelaskan akhirnya mengerti juga Nabi Musa  akan nilai tinggi pelajaran kehidupan itu. Membocorkan perahu adalah tindakan penyelamatan agar perahu “jelek” tersebut tak terampas oleh penguasa otoriter. Membunuh anak adalah perbuatan untuk menyelamatkan sang anak agar tak kafir saat dewasa dan tak mengkafirkan orang tuanya. Begitu juga rumah “reyod” di lokasi yang jauh dari sana sini dibangun untuk kebaikan anak yatim yang kelak akan menemukan harta di rumah itu. Seluruhnya adalah untuk dirasakan bahagia di akhir.

Shaum Ramadhan kita akan berakhir.  Optimalisasi ibadah saat ini adalah pilihan cerdas. Bulan yang penuh berkah dan bertaburan bonus dari  Allah ini sebentar lagi akan meninggalkan kita. Alangkah sayang jika kalimat perpisahannya adalah kesia-siaan, bukan khazanah makna. Begitu indah perintah ibadah dari Allah ini. Kesehatan, ketabahan, saling menyayangi, hidup berbagi, serta kemudahan rezeki sangat terasa mendatangi. Baru kita mengerti mengapa para sahabat menjadikan Ramadhan sebagai terminal.

Enam bulan sebelum tiba, mereka menanti-nanti datangnya Ramadhan. Enam bulan setelah lewat mereka masih terikat dengan Ramadhan, khawatir amal shaum tak diterima dan berharap hasil Ramadhan menjadi modal untuk menjangkau kasih sayang dan ampunan Allah SWT sampai Ramadhan berikutnya.      

Bahagia di akhir merupakan tantangan sekaligus harapan. Mereka yang memandang ada kebahagiaan di akhir, akan memancarkan cahaya optimistik di wajahnya. Melangkah dengan pasti menebar kebajikan ke kanan dan ke kiri. Sebenarnya kita tidak perlu bersusah payah menarik-narik tangan Ilahi, karena Allah lah yang akan menarik badan dan jiwa sang hamba ke haribaan-Nya yang abadi.

Saterdag 03 Augustus 2013

HIKMAH PUASA RAMADHAN



Puasa pada bulan Ramadan memiliki hikmah yang cukup penting bagi setiap orang yang beriman. Oleh sebab itu kita diperintahkan untuk menghidupkan malam bulan Ramadan dengan berbagai amal salih agar supaya kita mendapat rida dan ampunan. Adapun beberapa hikmah yang dapat dipetik dari puasa bulan Ramadan antara lain sebagai berikut:

1. Sebagai tanda syukur atas nikmat yang diberikan Allah, puasa Ramadan mendidik manusia untuk senantiasa mensukuri nikmat pemberian Allah Arrahman. Dengan berpuasa melatih jiwa kita untuk senantiasa ingat pada kenikmatan yang telah diberikan kepada kita. Sehingga dapat menimbulkan sikap sabar dan tawakal.

2. Menjadi Tarbiyah untuk berbelas kasihan kepada fakir miskin sebagaimana tuntunan Rasulullah Muhammad Shalallahu Alayhi Wassalam. Puasa mendidik kita untuk merasakan penderitaan orang-orang fakir dan miskin. Bagaimana keadaan orang yang berpuasa, baik kaya maupun miskin, mereka merasakan lapar dan dahaga. Hal itu mengingatkan kepada kita tentang bagaimana rasanya menahan lapar dan dahaga, sehingga kita dapat merasakannya.

3. Menjadi Tarbiyah bagi umat untuk taat kepada peraturan (mendidik disiplin). Puasa mendidik kita untuk bersikap disiplin. Kita tidak akan makan dan minum sebelum waktu berbuka tiba, meskipun tidak ada orang yang melihatnya.

4. Menjadi Tarbiyah untuk hidup dengan tertib dan teratur. Puasa mendidik kita untuk selalu hidup teratur, teratur dalam makan, minum, maupun tidur. Dengan pola hidup yang teratur, maka semua aktivitas kehidupan terjadwal dengan baik.

5. Menjaga kesehatan. Puasa menjaga kesehatan jasmani maupun rohani kita. Menurut hasil penelitian telah banyak penyakit yang dapat disembuhkan dengan cara berpuasa. Rasulullah saw bersabda: “Berpuasalah, niscaya kamu akan sehat”.

MUKZIJAT AGUNG AL QUR'AN AL KARIEM


Banyak terjadi perdebatan mengenai dunia Islam dan bagaimana dengan ilmu pengetahuannya. Sejak zaman dulu dimana Islam pernah menjadi barometer dunia dalam banyak segi kehidupan, terlebih dengan ilmu pengetahuan dan teknologinya.
Namun sejak dulu pula hingga saat sekarang sangatlah disayangkan bahwa tidak sedikit diantara manusia baik non Islam maupun dari kalangan umat Islam sendiri yang telah menyangkal akan kebenaran ajaran Islam dan kehebatan Al-Qur`an sebagai panduan dalam hidup dan kehidupan. Mereka terus berupaya membenarkan apa yang hanya sekedar pemikirannya sendiri dengan tidak menjadikan Islam dan Al-Qur`an sebagai acuan dan pedoman bagi kehidupannya. Bahkan pemikiran Barat sekarang ini berada di tengah-tengah peperangan antara agama dan ilmu pengetahuan. Hampir tidak mungkin pemikir Barat sekarang ini menerima kenyataan bahwa kemungkinan ada pertemuan secara mendasar antara agama dan ilmu pengetahuan. Injil, yang menjadi kepercayaan orang Nasrani, menyatakan pohon di mana Nabi Adam As dilarang memakannya adalah pengetahuan. Oleh karena itu, setelah dia memakan buahnya, dia memperoleh pengetahuan tertentu yang mana tidak dia peroleh sebelumnya. Dengan alasan inilah orang Eropa membantah bahwa selama dua abad mereka tidak menerima pengetahuan ilmiah yang datang dari orang Islam.
Allah berfirman di dalam Al-Qur`an :
“Akan Kami perlihatkan secepatnya kepada mereka kelak, bukti-bukti kebenaran Kami di segenap penjuru dunia ini dan pada diri mereka sendiri, sampai terang kepada mereka, bahwa Al-Qur`an ini suatu kebenaran. Belumkah cukup bahwa Allah  menyaksikan segala sesuatu”
(QS. Fushshilat [41] : 53)

Al-Qur’an memberikan banyak manfaat pada setiap manusia yang membacanya. Hanya dengan membacanya saja kita akan memperoleh banyak keberkahan apalagi bila kita memperlajari, menghafalkan dan mengamalkannya . Seperti yang tercantum dan terurai dalam Al Qur’an, berikut uraiannya
1. Al Qur’an menentramkan hati.
Sangat terasa sekali sebuah ketentraman yang manusia rasakan apabila ia mau membaca Al Qur’an meski  hanya satu atau dua ayat saja. Seperti firman Allah:
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.” (QS. Ar Ra’d/13: 28)
2.  Dapat menyembuhkan penyakit
“Hendaklah kamu menggunakan kedua obat-obat: madu dan Alqur’an”
(HR. Ibnu Majah dan Ibnu Mas’ud)
3. Pembaca al-Qur’an memperolehi kemuliaan dan diberi rahmat kepada ibu bapaknya.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang maksudnya :
“Sesiapa yang membaca al-Qur’an dan beramal dengan isi kandungannya, dianugerahkan kedua ibubapanya mahkota di hari qiamat. Cahayanya (mahkota) lebih baik daripada cahaya matahari di rumah-rumah dunia. Kalaulah yang demikian itu matahari berada di rumah kamu (dipenuhi dengan sinarannya), maka apa sangkaan kamu terhadap yang beramal dengan ini (al-Qur’an).”(Hadis riwayat Abu Daud)
4. Pembaca al-Qur’an memperolehi kedudukan yang tinggi dalam syurga.
Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang maksudnya :
Dikatakan kepada pembaca al-Qur’an: “Bacalah(al-Qur’an), naiklah (pada darjat-darjat syurga) dan bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membacanya dengan tartil di dunia. Sesungguhnya kedudukan derajatmu sehingga kadar akhir ayat yang engkau baca.” (Hadis riwayat Ahmad)
5. Membaca satu huruf Al Qur’an akan memperoleh sepuluh kebaikan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan dengan huruf itu, dan satu kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Aku tidaklah mengatakan Alif Laam Miim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR. Tirmid
6. Orang yang membaca Al Qur’an secara terang-terangan seperti bersedekah secara terang-terangan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Orang yang membaca Al Qur’an terang-terangan seperti orang yang bersedekah terang-terangan, dan orang yang membaca Al Qur’an secara tersembunyi seperti orang yang bersedekah secara sembunyi.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i, lihat Shahihul Jaami’: 3105)
Maka dari itu marilah kita sebagai seorang muslim senantiasa mengagungkan dan memuliakan Al Qur’an di setiap hembus nafas kita agar memperoleh rahmat Allah SWT.
Wallahu’alam bishawab.