Woensdag 31 Julie 2013

Mukmin Sejati Itu Dermawan



Berkata Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس ، وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل ، وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيُدارسه القرآن ، فالرسول الله صلى الله عليه وسلم أجودُ بالخير من الريح المرس...
Salah satu pintu yang dibuka oleh Allah untuk meraih keuntungan besar dari bulan Ramadhan adalah melalui sedekah. Islam sering menganjurkan umatnya untukbanyak bersedekah. Dan bulan Ramadhan, amalan ini menjadi lebih dianjurkan lagi. Dan demikianlah sepatutnya akhlak seorang mukmin, yaitu dermawan. Allah dan Rasul-Nya memerintahkan bahkan memberi contoh kepada umat Islam untuk menjadi orang yang dermawan serta pemurah. Ketahuilah bahwa kedermawanan adalah salah satu sifat Allah Ta’ala, sebagaimana hadits:

إن الله تعالى جواد يحب الجود ويحب معالي الأخلاق ويكره سفسافها

“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Memberi, Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia, Ia membenci akhlak yang buruk.” (HR. Al Baihaqi, di shahihkan Al Albani dalam Shahihul Jami’, 1744)

Dari hadits ini demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pelit dan bakhil adalah akhlak yang buruk dan bukanlah akhlak seorang mukmin sejati. Begitu juga, sifat suka meminta-minta, bukanlah ciri seorang mukmin. Bahkan sebaliknya seorang mukmin itu banyak memberi. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

اليد العليا خير من اليد السفلى واليد العليا هي المنفقة واليد السفلى هي السائلة

“Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Tangan di atas adalah orang yang memberi dan tangan yang dibawah adalah orang yang meminta.” (HR. Bukhari no.1429, Muslim no.1033)


Selain itu, sifat dermawan jika di dukung dengan tafaqquh fiddin, mengilmui agama dengan baik, sehingga terkumpul dua sifat yaitu alim dan juud (dermawan), akan dicapai kedudukan hamba Allah yang paling tinggi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إنَّما الدنيا لأربعة نفر: عبد رزقه الله مالاً وعلماً فهو يتقي فيه ربه ويصل فيه رحمه، ويعلم لله فيه حقاً فهذا بأفضل المنازل

“Dunia itu untuk 4 jenis hamba: Yang pertama, hamba yang diberikan rizqi oleh Allah serta kepahaman terhadap ilmu agama. Ia bertaqwa kepada Allah dalam menggunakan hartanya dan ia gunakan untuk menyambung silaturahim. Dan ia menyadari terdapat hak Allah pada hartanya. Maka inilah kedudukan hamba yang paling baik.” (HR. Tirmidzi, no.2325, ia berkata: “Hasan shahih”)

Keutamaan Bersedekah

Allah Subhanahu Wa Ta’ala benar-benar memuliakan orang-orang yang bersedekah. Ia menjanjikan banyak keutamaan dan balasan yang menakjubkan bagi orang-orang yang gemar bersedekah. Terdapat ratusan dalil yang menceritakan keberuntungan, keutamaan, kemuliaan orang-orang yang bersedekah. Ibnu Hajar Al Haitami mengumpulkan ratusan hadits mengenai keutamaan sedekah dalam sebuah kitab yang berjudul Al Inaafah Fimaa Ja’a Fis Shadaqah Wad Dhiyaafah, meskipun hampir sebagiannya perlu dicek keshahihannya. Banyak keutamaan ini seakan-akan seluruh kebaikan terkumpul dalam satu amalan ini, yaitu sedekah. Maka, sungguh mengherankan bagi orang-orang yang mengetahui dalil-dalil tersebut dan ia tidak terpanggil hatinya serta tidak tergerak tangannya untuk banyak bersedekah.

Diantara keutamaan bersedekah antara lain:

1. Sedekah dapat menghapus dosa.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
والصدقة تطفىء الخطيئة كما تطفىء الماء النار
“Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi, 614)
Diampuninya dosa dengan sebab sedekah di sini tentu saja harus disertai taubat atas dosa yang dilakukan. Tidak sebagaimana yang dilakukan sebagian orang yang sengaja bermaksiat, seperti korupsi, memakan riba, mencuri, berbuat curang, mengambil harta anak yatim, dan sebelum melakukan hal-hal ini ia sudah merencanakan untuk bersedekah setelahnya agar ‘impas’ tidak ada dosa. Yang demikian ini tidak dibenarkan karena termasuk dalam merasa aman dari makar Allah, yang merupakan dosa besar. Allah Ta’ala berfirman:

أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ

“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf: 99)

2. Orang yang bersedekah akan mendapatkan naungan di hari akhir.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang 7 jenis manusia yang mendapat naungan di suatu, hari yang ketika itu tidak ada naungan lain selain dari Allah, yaitu hari akhir. Salah satu jenis manusia yang mendapatkannya adalah:

رجل تصدق بصدقة فأخفاها، حتى لا تعلم شماله ما تنفق يمينه

“Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, ia menyembunyikan amalnya itu sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari no. 1421)

3. Sedekah memberi keberkahan pada harta.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ما نقصت صدقة من مال وما زاد الله عبدا بعفو إلا عزا

“Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.” (HR. Muslim, no. 2588)

Apa yang dimaksud hartanya tidak akan berkurang? Dalam Syarh Shahih Muslim, An Nawawi menjelaskan: “Para ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud disini mencakup 2 hal: Pertama, yaitu hartanya diberkahi dan dihindarkan dari bahaya. Maka pengurangan harta menjadi ‘impas’ tertutupi oleh berkah yang abstrak. Ini bisa dirasakan oleh indera dan kebiasaan. Kedua, jika secara dzatnya harta tersebut berkurang, maka pengurangan tersebut ‘impas’ tertutupi pahala yang didapat, dan pahala ini dilipatgandakan sampai berlipat-lipat banyaknya.”

4. Allah melipatgandakan pahala orang yang bersedekah.


Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)
5. Terdapat pintu surga yang hanya dapat dimasuki oleh orang yang bersedekah.
من أنفق زوجين في سبيل الله، نودي في الجنة يا عبد الله، هذا خير: فمن كان من أهل الصلاة دُعي من باب الصلاة، ومن كان من أهل الجهاد دُعي من باب الجهاد، ومن كان من أهل الصدقة دُعي من باب الصدقة

“Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.” (HR. Bukhari no.3666, Muslim no. 1027)

6. Sedekah akan menjadi bukti keimanan seseorang.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
والصدقة برهان
“Sedekah adalah bukti.” (HR. Muslim no.223)

An Nawawi menjelaskan: “Yaitu bukti kebenaran imannya. Oleh karena itu shadaqah dinamakan demikian karena merupakan bukti dari Shidqu Imanihi (kebenaran imannya)”

7. Sedekah dapat membebaskan dari siksa kubur.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إن الصدقة لتطفىء عن أهلها حر القبور

“Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur.” (HR. Thabrani, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib, 873)

8. Sedekah dapat mencegah pedagang melakukan maksiat dalam jual-beli

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


يا معشر التجار ! إن الشيطان والإثم يحضران البيع . فشوبوا بيعكم بالصدقة

“Wahai para pedagang, sesungguhnya setan dan dosa keduanya hadir dalam jual-beli. Maka hiasilah jual-beli kalian dengan sedekah.” (HR. Tirmidzi no. 1208, ia berkata: “Hasan shahih”)

9. Orang yang bersedekah merasakan dada yang lapang dan hati yang bahagia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan permisalan yang bagus tentang orang yang dermawan dengan orang yang pelit:

مثل البخيل والمنفق ، كمثل رجلين ، عليهما جبتان من حديد ، من ثديهما إلى تراقيهما ، فأما المنفق : فلا ينفق إلا سبغت ، أو وفرت على جلده ، حتى تخفي بنانه ، وتعفو أثره . وأما البخيل : فلا يريد أن ينفق شيئا إلا لزقت كل حلقة مكانها ، فهو يوسعها ولا تتسع

“Perumpamaan orang yang pelit dengan orang yang bersedekah seperti dua orang yang memiliki baju besi, yang bila dipakai menutupi dada hingga selangkangannya. Orang yang bersedekah, dikarenakan sedekahnya ia merasa bajunya lapang dan longgar di kulitnya. Sampai-sampai ujung jarinya tidak terlihat dan baju besinya tidak meninggalkan bekas pada kulitnya. Sedangkan orang yang pelit, dikarenakan pelitnya ia merasakan setiap lingkar baju besinya merekat erat di kulitnya. Ia berusaha melonggarkannya namun tidak bisa.” (HR. Bukhari no. 1443)

Dan hal ini tentu pernah kita buktikan sendiri bukan? Ada rasa senang, bangga, dada yang lapang setelah kita memberikan sedekah kepada orang lain yang membutuhkan.
Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang mengabarkan tentang manfaat sedekah dan keutamaan orang yang bersedekah. Tidakkah hati kita terpanggil?

SEDERMAWAN RASULULLAH DI BULAN RAMADHAN

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah, keluarga dan para sahabatnya.


Selain dikenal sebagai syahru shiyam, syahru qiyam, dan syahru Qur'an, Ramadhan juga masyhur dengan syahru muwasah (bulan bersimpati dan menolong) kepada fakir miskin dengan berbagi dan bersedekah. Dan bersedekah ini, termasuk salah satu dari amal utama di bulan  yang sangat mulia ini.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah manusia paling dermawan. Dan beliau lebih demawan ketika di bulan Ramadhan. Beliau menjadi lebih pemurah dengan kebaikan daripada angin yang berhembus dengan lembut. Beliau bersabda, "Shadaqah yang paling utama adalah shadaqah pada bulan Ramadhan." (HR. Al-Tirmidzi dari Anas)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah manusia paling dermawan. Dan beliau lebih  dermawan di bulan Ramadhan

sesungguhnya shadaqah di bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dan kelebihan. Dan ini haruslah menjadi motifator/pendorong seorang muslim menjadi lebih dermawan pula di bulan yang mulia. Maka pada tulisan ini kami akan tuturkan beberapa sebab yang lebih bisa mendorong kaum mukminin yang sedang berpuasa Ramadhan untuk lebih dermawan di dalamnya. Antara lain: 
1. Kemuliaan zaman (waktu) dan dilipat gandakannya amal-amal shalih di dalamnya. Dalam Sunan al-Tirmidzi, dari Anas bin Malik secara marfu', "Shadaqah yang paling utama adalah pada bulan Ramadhan."
2. Membantu shaimin, qaimin, dan dzakirin untuk menjalankan ketaatan mereka. Inilah yang menjadi sebab ia mendapatkan pahala seperti pahala mereka. Dalam hadits Zaid bin Khalid, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda:   
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
"Siapa yang memberi berbuka orang puasa, baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi dari pahalanya sedikitpun." (HR. Ahmad, al-Tirmidzi, Nasai, dan dishahihkan al-Albani)
3. Bahwasanya bulan Ramadhan adalah bulan di mana Allah berderma(melimpahkan kebaikan) kepada para hamba-Nya dengan mecurahkan rahmat, maghfirah, dan pembebasan dari neraka, terlebih di Lailatul Qadar. Allah Ta'ala akan menyayangi para hamba-Nya yang senang mengasihi yang lain. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
إِنَّمَا يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ
"Sesungguhnya Allah akan merahmati para hamba-Nya yang ruhama' (suka mengasihi yang lainnya)." (HR. Al-Buhkari) Maka siapa yang berderma kepada hamba Allah, maka Allah akan berderma kepadanya dengan pemberian dan karunia. Dan balasan itu sesuai dengan jenis amal.
4. Puasa dan shadaqah, keduanya menjadi sebab yang bisa menghantarkan ke surga. Seperti yang terdapat dalam hadits Ali Radhiyallahu 'Anhu, dari NabiShallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda, "Sesungguhnya di surga terdapat ruangan yang dalamnya bisa dilihat dari luarnya dan luarnya bisa dilihat dari dalamnya." Lalu para sahabat bertanya: "Untuk siapa itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab,
لِمَنْ أَطَابَ الْكَلَامَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ
"Bagi siapa yang baik tutur katanya, memberi makan, kontinyu melaksanakan shiyam, dan shalat malam karena Allah di saat manusia tertidur." (HR. Al-Tirmidzi)
Amal-amal ini terkumpul pada bulan Ramadhan, di mana seorang mukmin mengumpulkan shiyam, qiyam, shadaqah, dan berkata yang baik di dalamnya. Pada saat yang sama, orang yang puasa menahan diri dari tindakan lahwun (sia-sia) dan tercela.
Shiyam, shadaqah, dan shalat bisa menghantarkan pelakunya kepada Allah'Azza wa Jalla. Sebagian ulama salaf berkata, "Shalat menghantarkan pelakunya kepada pertengahan jalan, puasa menghantarkannya sampai ke pintu raja, sementara shadaqah meraih tangannya untuk dimasukkannya menemui sang raja."
Dalam Shahih Muslim, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, dari NabiShallallahu 'Alaihi Wasallam bertanya kepada para sahabatnya, "Siapa di antara kalian di pagi ini yang berpuasa?" Abu Bakar menjawab, "Saya."
Beliau bertanya lagi, "Siapa di antara kalian yang sudah mengantarkan jenazah hari ini?" Abu Bakar menjawab, "Saya."
Beliau bertanya lagi, "Siapa yang sudah memberi makan orang miskin hari ini?" Abu Bakar menjawab, "Saya." Beliau bertanya lagi, "Siapa yang sudah mengeluarkan shadaqah?" Abu Bakar menjawab, "Saya."
Lalu beliau bertanya lagi, "Siapa  di antara kalian yang sudah menjenguk orang sakit?" Abu Bakar menjawab, "Saya." Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Tidaklah amal-amal tersebut terkumpul pada diri seseorang kecuali ia akan masuk surga."
5. Berkumpulnya puasa dan shadaqah lebih kuat untuk dihapuskannya kesalahan, dipelihara dari jahannam, dan dijauhkan darinya. Lebih lagi, kalau digabung dengan qiyamullail. Terdapat sebuah hadits, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Puasa menjadi tameng." (HR. al-Nasai)
Dalam riwayat lain, "Tameng salah seorang kalian dari neraka sebagaimana tameng yang melindunginya dari serangan musuh." (HR. al-Nasai)
Dalam hadits Mu'adz, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
والصَّدقَةُ تُطْفِئُ الخَطيئَةَ كَما يُطفئُ الماءُ النارَ ، وصَلاةُ الرَّجُلِ مِنْ جَوفِ اللَّيلِ
"Sedekah menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalat seseorang di tengah malam." (HR. Al-Tirmidzi)
Abu Darda' Radhiyallahu 'Anhu berkata,
صلوا في ظلمة الليل ركعتين لظلمة القبور، صوموا يوماً شديداً حرُّه لحر يوم النشور، تصدَّقوا بصدقة لشرِّ يوم عسير
"Shalatlah dua rakaat di kegelapan malam untuk gelapnya kubur, berpuasalah di hari yang sangat panas untuk (menebus) panasnya hari perhimpunan, dan bershadahlah dengan shadaqah (menebus) untuk hari yang sulit."
6. Dalam pelaksanaan puasa pastilah ada cacat dan kurang, sedangkan puasa bisa menghapuskan dosa-dosa bila puasanya memenuhi syaratnya, yaitu terjaga dari yang seharusnya dipeliharanya. Hal ini seperti yang terdapat dalam hadits yang dikeluarkan Ibnu Hibban dalam Shahihnya.
Umumnya manusia, puasanya tidak memenuhi syarat-syarat yang harus dipeliharanya. Oleh karena itu, seseorang dilarang mengatakan: "Aku telah berpuasa atau qiyam Ramadhan secara sempurna." Maka shadaqah menutup kekurangan dan cacat padanya. Karenanya, pada akhir Ramadhan diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah sebagai permbersih bagi orang yang berpuasa dari perkara lahwun dan perbuatan tercela.
7. Orang yang berpuasa meninggalkan makan dan minumnya karena Allah. Jika ia menolong para shaimin untuk bertakwa dengan menyediakan makan dan minum untuk mereka maka kedudukannya seperti orang meninggalkan sikap egoisnya karena Allah dengan memikirkan dan membantu yang lain. Karena itu disyariatkan mengajak orang lain untuk berbuka bersamanya yang pada saat itu makanan menjadi sesuatu yang paling disukainya. Jika ia bisa berbagi dengan yang lain, semoga ia menjadi bagian dari orang yang memberi makanan yang disukainya kepada yang lain. Hal itu sebagai wujud syukur kepada Allah atas nikmat dibolehkannya makan dan minum untuknya setelah sebelumnya dilarang. Dan nikmat makan dan minum akan terasa luar biasa setelah sebelumnya tidak dibolehkan.
Sebagian ulama salaf saat ditanya tentang hikmah disyariatkan berpuasa menjawab, "Supaya orang kaya merasakan rasanya lapar sehingga tidak lupa terhadap orang-orang kelaparan." Dan ini termasuk hikmah dan faidah pelaksanaan ibadah shaum. 
Disebutkan dalam hadits Salman, bahwa bulan Ramadhan adalah bulanmuwasah (bersimpati/menolong orang lain). Maka siapa yang tidak mampu mengutamakan orang lain atas dirinya maka tidak termasuk orang yang suka menolong. Maka kita lihat banyak ulama salaf yang lebih mengutamakan orang lain saat berbuka, bahkan melayaninya. Adalah Ibnu Umar saat berpuasa, ia tidak berbuka kecuali bersama orang-orang miskin. Jika keluarganya melarangnya, maka ia tidak makan pada malam itu. Dan jika datang seorang pengemis padahal ia bersiap akan makan, maka ia ambil sebagian dari makanan itu lalu ia bawa pergi untuk diberikan kepada pengemis tadi, dan saat ia kembali sisa makanan tadi sudah habis dimakan keluarganya, maka pada saat itu ia berpuasa dan tidak makan apa-apa.
8. Sebab lainnya, kenapa kaum muslimin bersikap dermawan pada bulan Ramadhan ini adalah seperti yang diutarakan oleh Imam Syafi'i, al-Qadhi 'Iyadh, Abu Ya'la, dan lainnya rahimahumullah, "Sesuatu yang paling disuka oleh seseorang dalam menambah kedermawanan di bulan Ramadhan adalah karena mencontoh kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam." Juga karena pada bulan tersebut manusia terdesak dengan kebutuhan pokoknya sementara kesibukan kerja mereka tersita dengan ibadah shaum dan shalat tarawih. Sehingga jika orang kaya berbagi kepada saudara muslimnya yang kurang mampu, ia telah meringankan beban orang lain dan mempermudah urusannya. Dan Allah senantiasa menolong hamba, selama dia gemar menolong sesamanya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ . . . وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
"Siapa yang menghilangkan kesulitan seorang mukmin dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan menghilangkan kesulitan-kesulitannya hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat. . .  dan Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selama ia mau menolong saudaranya." (HR. Muslim)
Hadits tersebut menunjukkan keutamaan memenuhi kebutuhan kaum muslimin, memberi kemanfaatan bagi mereka dengan ilmu, harta, bantuan, nasihat, arahan kepada yang lebih bermanfaat baginya, dan yang lainnya. Wallahu Ta'ala A'lam.

Dinsdag 30 Julie 2013

HIKMAH KEUTAMAAN MEMBAYAR ZAKAT

Ada beberapa hal yang berkenaan dengan waktu membayar zakat fitrah. Waktu utama dalam melaksanakan serta membayar zakat fitrah ini yaitu pada saat mulai terbenamnya matahari pada saat malam Iedul Fitri sampai dengan sebelum ditunaikannya shalat Ied. Utamanya juga pada waktu antara shalat fajar pada hari Ied sampai sebelum shalat Ied. Dan bila kita akan membayar sebelum itu pun dalam artian beberapa hari sebelum hari raya juga diperbolehkan serta tidak dilarang.

Hikmah Keutamaan Zakat Fitrah, Taman Berbagi

Kewajiban membayar zakat fitrah telah diungkapkan kewajibannya menurut hadist dari Ibnu Umar radliyallah 'anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mewajibkan zakat fitrah sebesar satu sha' kurma atau satu sha' gandum atas orang merdeka dan budak, laki-laki dan perempuan, besar maupun kecil dari kaum muslimin. Dan beliau memerintahkan agar dikeluarkan sebelum orang-orang keluar menunaikan shalat ('Iedul Fitri)." (HR. Bukhari dan Muslim). Tadi adalah hadist kewajiban membayar zakat fitrah bagi kita umat Islam.

Tentunya bila Allah Ta'ala memberikan syariat ada hikmah serta keutamaan dari syariat tersebut. Termasuk juga dalam hal hikmah zakat ini. Ada beberapa hikmah keutamaan zakat fitrah bagi kita yang menjalankannya. Salah satu hikmah zakat fitrah adalah bahwasannya zakat fitrah adalah untuk mensucikan diri. Allah Ta'ala berfirman :"“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri." (QS. Al-A’la : 14) dan semoga dengan zakat fitrah yang kita tunanikan nanti dan sekarang akan benar-benar mensucikan kita aamiin.

Ada juga beberapa keutamaan zakat fitrah ini. Berikut ini adalah beberapa keutamaan Zakat fitrah yaitu diantaranya yaitu :
  1. Menyempurnakan keislaman seorang hamba. Zakat merupakan bagian dari rukun Islam yang lima. Apabila seseorang melakukannya, maka keislamannya akan menjadi sempurna. Hal ini tidak diragukan lagi merupakan suatu tujuan atau hikmah yang amat agung dan setiap muslim pasti selalu berusaha agar keislamannya menjadi sempurna.
  2. Menunjukkan benarnya iman seseorang. Sesungguhnya harta adalah sesuatu yang sangat dicintai oleh jiwa. Sesuatu yang dicintai itu tidaklah dikeluarkan kecuali dengan mengharap balasan yang semisal atau bahkan lebih dari yang dikeluarkan. Oleh karena itu, zakat disebut juga shodaqoh (yang berasal dari kata shidiq yang berarti benar atau jujur) karena zakat akan menunjukkan benarnya iman muzakki (orang yang mengeluarkan zakat) yang mengharapkan ridha Allah dengan zakatnya tersebut.
  3. Membuat keimanan seseorang menjadi sempurna. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45). Wahai saudaraku, sebagaimana engkau mencintai jika ada saudaramu meringankan kesusahanmu, begitu juga seharusnya engkau suka untuk meringankan kesusahan saudaramu. Maka pemberian seperti ini merupakan tanda kesempurnaan iman Anda.
  4. Sebab masuk surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya di surga terdapat kamar yang luarnya dapat terlihat dari dalamnya dan dalamnya dapat terlihat dari luarnya.” Kemudian ada seorang badui berdiri lantas bertanya, “Kepada siapa (kamar tersebut) wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Bagi orang yang berkata baik, memberi makan (di antaranya lewat zakat, pen), rajin berpuasa, shalat karena Allah di malam hari di saat manusia sedang terlelap tidur.” (HR. Tirmidzi no. 1984. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Setiap kita tentu saja ingin masuk surga.
  5. Menjadikan masyarakat Islam seperti keluarga besar (satu kesatuan). Karena dengan zakat, berarti yang kaya menolong yang miskin dan orang yang berkecukupan akan menolong orang yang kesulitan. Akhirnya setiap orang merasa seperti satu saudara. Allah Ta’ala berfirman, “Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.” (QS. Al Qoshosh: 77).
Sumber : Taman Hati

Sondag 28 Julie 2013

MENJAGA LISAN MENJAGA HATI

Sebagai tempat iman, hati memang harus dijaga secara ekstra. Sebab, jika ia busuk dan kotor, jelas iman semakin menghindarinya
MULUT merupakan anggota tubuh yang terletak di bagian wajah. Posisinya yang strategis membuatnya cukup jadi perhatian. Tak jarang kita temui orang yang gemar “ menghias “ mulutnya dengan berbagai macam cara, baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Semua itu dilakukan bertujuan agar dia lebih percaya diri untuk tampil di hadapan publik.

Tetapi, yang lebih penting dari itu adalah keberadaan mulut sebagai penentu baik dan buruk seseorang, sekaligus konsekuensinya, yaitu bahagia atau sengsara. Banyak pepatah Arab soal pernyataan ini, seperti : celakanya seseorang itu bukan karena terpelesetnya kaki, melainkan karena terpelesetnya mulut, selamatnya seseorang itu karena penjagaan terhadap lisannya, dan lain-lain. Ini karena mulut merupakan media yang sangat efektif bagi seseorang untuk mengungkapkan kata hatinya.

Melihat pada peran penting mulut itu, hingga ada yang menyatakan segala perkataan yang keluar darinya merupakan representasi dari kepribadian seseorang. Hal ini memang cukup pelik. mengingat belum dapat dipastikan, misalnya orang tutur katanya terdengar baik dan lembut belum pasti ia memiliki karakter seperti itu, karena bisa jadi hal itu dilakukan karena ada maksud-maksud terselubung.
Untuk itu, mulut sangat erat dengan hati. Dan di sini, orang tidak bisa main-main lagi karena siapapun tidak akan bisa membohongi diri sendiri. Hati yang tulus akan melahirkan perkataan yang menentramkan bagi orang yang mendengarnya.
Ada satu kisah tentang seorang yang mampu menjaga mulutnya untuk tetap berada pada jalur kebaikan dan kebenaran, yang kemudian namanya diabadikan Allah dalam Al-qur’an sebagai salah satu teladan bagi umat manusia, yaitu LUKMAN HAKIM. Dia seorang budak hitam ( wahsyi ), yang memiliki bibir tebal dan dua kaki melekuk. Dapat dibayangkan, secara fisik jelas bukan tergolong orang yang tampan. Tetapi, dari bibirnya yang tampak kurang sedap dipandang mata itu, justru tercermin kelebihannya dibandingkan orang lain, yaitu dia selalu tidak mengeluarkan suatupun dari mulutnya selain hal-hal yang mulia, penuh makna dan hikmah, serta berguna.

Suatu hari, diperintahkan tuannya menyembelih beberapa ekor kambing karena ada suatu tujuan tertentu. Setelah kambing-kambing itu disembelih, ia disuruh mengambilkan dua bagian yang terbaik dari daging kambing tersebut. Beberapa saat kemudian, dia menghadap tuannya dengan membawa potongan HATI dan LIDAH.

Setelah tuannya memastikan kedua potong daging itu telah berada di tangannya, dia kembali menyuruh Lukman mengambilkan dua potong daging lagi, tetapi kali ini dari bagian yang terburuk. Tak lama kemudian, dia kembali menghadap tuannya dengan membawa potongan HATI dan LIDAH.

Sudah tentu ulah Lukman ini terasa ganjil di mata tuannya, yaitu daging yang terbaik dan yang terburuk sama bentuknya. Ia lantas minta Lukman menjelaskan keganjilan perbuatannya itu.

Lukman kemudian menguraikan, “ Bila kedua bagian ini sudah baik, tidak ada lagi yang lebih baik dari keduanya. Sebaliknya, bila kedua bagian ini buruk, tidak ada lagi yang lebih buruk dibandingkan dengan keduanya.”

Kisah ini telah memberikan satu gambaran yang sangat jelas bahwa kedua bagian fisik manusia yang memiliki peran penting dalam mencitrakan baik atau buruk adalah HATI dan MULUT. Keduanya memang tidak dapat dipisahkan, karena masing-masing bergantung pada yang lain. Untuk itu, keduanya harus dijaga secara bersamaan, Sebab, jika yang satu menyimpang, maka yang lain akan mengikutinya.

Nabi sering mengingatkan untuk serius dalam menjaga MULUT. Pada satu kesempatan, ia menyatakan berkaitan dengan sikap yang semestinya dilakukan seorang mukmin. Menurut beliau, seorang yang telah menyatakan diri beriman kepada Allah dan hari kiamat hendaknya hanya berbicara yang baik-baik, dan kalau ia tidak sanggup untuk itu, sebaiknya diam saja.

Pada kesempatan yang lain, Nabi juga menegaskan akibat bagi orang yang tidak mampu menjaga mulutnya adalah menjadi penghuni Neraka. Penegasan Nabi ini membuktikan adanya kaitan yang erat antara perkataan dan keimanan. Perkataan yang baik jelas mencerminkan iman yang tebal. Sebaliknya, dengan iman yang kuat, seseorang tak akan membiarkan mulutnya untuk berkata-kata kotor.
Karena iman akan menyelamatkan seseorang, maka mulut juga akan menyelamatkannya. Begitu juga sebaliknya. Dengan demikian, menjaga mulut berarti juga menjaga keimanan. Dan karena iman itu merupakan suatu keyakinan dalam hati, maka hati juga harus diperhatikan.
Nabi mengingatkan bahwa dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging yang bila ia baik, maka seluruh kediriannya akan baik, dan bila ia rusak, maka seluruh kediriannya akan rusak, yaitu hati.
Sebagai tempat iman, hati memang harus dijaga secara ekstra. Sebab, jika ia busuk dan kotor, jelas iman semakin menghindarinya. Ketika iman sudah semakin jauh, mulut akan semakin tak terkendali. Pada saat itulah, kehancuran orang mulai menghampirinya. Semoga bermanfaat

Saterdag 27 Julie 2013

ABOUT MAJELIS DARUL AYTAM

"When the son of Adam (human being) dies, his deeds are stopped except for three things, namely, his good deeds, his knowledge, and his pious child who prays for him.
Hadist of Imam Al Bukhari

Majelis Darul Aytam  is a welfare organization and also Islamic teaching school which is responsible to receive infaq (donation) from the generous people selected by Allah to be shared with those who are in needs ie. the poor orphans. Majelis Darul Aytam Organization is an Islamic education and poor orphanage center in south Jakarta, Indonesia. It is an organization in indonesia that has approvals from Departement of Laws and Human Rights Republic of Indonesia.

This organization is established specifically to educate and support the fate of the poor orphans to prepare them in facing the real world challenges in the future through the teaching of Islam. It aims to produce young imams through al-Quran oriented education and understanding hadith profoundly. Besides taking care of their welfare, Majelis Darul Aytam also completes their self fulfillment with the knowledge not only to support their future life but also in the Hereafter.

Since the early stage, Majelis Darul Aytam has worked so hard to educate and solve the problems faced by the children from this Home. At the moment, Majelis darul Aytam has about 40 children ever since it was opened. From time to time this organization receives children who are poor and abandoned. The permanent hostel has been successfully completed on 21st December 2010.

From time to time, the Home gradually builds the facilities for the use of the orphanage. For this reason, Majelis Darul Aytam  has developed several programs and projects to help the economy and welfare of the Home. Majelis Darul Aytam management has worked so hard providing the facilities, Islamic teaching, education and help to solve the problem faced by the unattended orphans.
Thefore it is our gratitude if you generous self could join us to give contribution for the purpose of development and maintenance of the Majelis Darul Aytam  poor orphans. This is including the daily expenses such as school fees, school allowance, hostel maintenance and also the staff.

We really appreciate all the contribution and support from you, and wishing you unendless thousands of thanks. May Allah bless you abundantly.

Our Location :

Jalan Tb Simatupang Kav 1, Cilandak Timur, Pasar Minggu
Jakarta Selatan
+62 215053 7123

Bank : Bank Mandiri, Account Name : Chuswatun Hassanah Account Number : 1260004993787 
Name on Cheque : Cq. Yayasan Majelis Darul Aytam.
Bank : Bank Negara Indonesia 1946 BNI 46 Account Name : Bpk. Setiawan, Account Number : 273401364, Name on Cheque : Cq. Yayasan Majelis Darul Aytam.
Bank : Bank Central Asia, Account Name : Setiawan Account Number :   7650412197
Name on Cheque : Cq. Yayasan Majelis Darul Aytam.

Donation For Malaysian, Brunei and Singaporean 
Bank : Maybank Berhad, Account Name : Suzanna Mohd Ali Account Number :  160018582289
Name on Cheque : Cq. Yayasan Majelis Darul Aytam.


FINANCING

Financing and maintenance cost is obtained from various parties and programs which is also developed by Majelis Darul Aytam, such as:

1)  Wakaf Share - cumulative wakaf in cash term 
2)  Donations from the community 

ORGANIZATION OBJECTIVE

- to establish and manage poor orphanage welfare house according to Islamic perspective
- produce Al-Quran oriented students and understanding hadith profoundly 
- fulfill the fardu kifayah obligation
- embed the understanding of Islamic aqidah in students heart 
- be the catalyst to develop more Al-Quran and Hadith associates in Indonesian citizen

MOTTO AND VISION

MAKE ISLAMIC GENERATION ACCELERATES HUMAN DEVELOPMENT AND GLOBALIZATON 

MAJELIS DARUL AYTAM ACTIVITIES












Vrydag 26 Julie 2013

LIMPAHAN PAHALA ORANG YANG MEMBERI MAKAN ORANG YANG BERBUKA PUASA

Bulan Ramadhan benar-benar kesempatan terbaik untuk beramal. Bulan Ramadhan adalah kesempatan menuai pahala melimpah. Banyak amalan yang bisa dilakukan ketika itu agar menuai ganjaran yang luar biasa. Dengan memberi sesuap nasi, secangkir teh, secuil kurma atau snack yang menggiurkan, itu pun bisa menjadi ladang pahala. Maka sudah sepantasnya kesempatan tersebut tidak terlewatkan.
Inilah janji pahala yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan,
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.”
HR Imam Attaarmidzi

Al Munawi rahimahullah menjelaskan bahwa memberi makan buka puasa di sini boleh jadi dengan makan malam, atau dengan kurma. Jika tidak bisa dengan itu, maka bisa pula dengan seteguk air.[2]
Ath Thobari rahimahullah menerangkan, “Barangsiapa yang menolong seorang mukmin dalam beramal kebaikan, maka orang yang menolong tersebut akan mendapatkan pahala semisal pelaku kebaikan tadi. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi kabar bahwa orang yang mempersiapkan segala perlengkapan perang bagi orang yang ingin berperang, maka ia akan mendapatkan pahala berperang. Begitu pula orang yang memberi makan buka puasa atau memberi kekuatan melalui konsumsi makanan bagi orang yang berpuasa, maka ia pun akan mendapatkan pahala berpuasa.”[3]
Sungguh luar biasa pahala yang diiming-imingi.
Di antara keutamaan lainnya bagi orang yang memberi makan berbuka adalah do’a dari orang yang menyantap makanan berbuka. Jika orang yang menyantap makanan mendoakan si pemberi makanan, maka sungguh itu adalah do’a yang terkabulkan. Karena memang do’a orang yang berbuka puasa adalah do’a yang mustajab. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terdzolimi.”[4] Ketika berbuka adalah waktu terkabulnya do’a karena ketika itu orang yang berpuasa telah menyelesaikan ibadahnya dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri.[5]
Apalagi jika orang yang menyantap makanan tadi mendo’akan sebagaimana do’a yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam praktekkan, maka sungguh rizki yang kita keluarkan akan semakin barokah. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi minum, beliau pun mengangkat kepalanya ke langit dan mengucapkan,

اللَّهُمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِى وَأَسْقِ مَنْ أَسْقَانِى

Allahumma ath’im man ath’amanii wa asqi man asqoonii” [Ya Allah, berilah ganti makanan kepada orang yang memberi makan kepadaku dan berilah minuman kepada orang yang memberi minuman kepadaku][6]
Tak lupa pula, ketika kita hendak memberi makan berbuka untuk memilih orang yang terbaik atau orang yang sholih. Carilah orang-orang yang sholih yang bisa mendo’akan kita ketika mereka berbuka. Karena ingatlah harta terbaik adalah di sisi orang yang sholih. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan pada ‘Amru bin Al ‘Ash,
يَا عَمْرُو نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ
Wahai Amru, sebaik-baik harta adalah harta di tangan hamba yang Shalih.”[7]
Dengan banyak berderma melalui memberi makan berbuka dibarengi dengan berpuasa itulah jalan menuju surga.[8] Dari ‘Ali, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« إِنَّ فِى الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا ». فَقَامَ أَعْرَابِىٌّ فَقَالَ لِمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لِمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ »
Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya.” Lantas seorang arab baduwi berdiri sambil berkata, “Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasululullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa berpuasa dan shalat pada malam hari di waktu manusia pada tidur.”[9]
Seorang yang semangat dalam kebaikan pun berujar, “Seandainya saya memiliki kelebihan rizki, di samping puasa, saya pun akan memberi makan berbuka. Saya tidak ingin melewatkan kesempatan tersebut. Sungguh pahala melimpah seperti ini tidak akan saya sia-siakan. Mudah-mudahan Allah pun memudahkan hal ini.”
Lalu bagaimanakah dengan Saudara?
Disusun di hari penuh berkah, Panggang-GK, 4 Sya’ban 1431 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal


[1] HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5/192, dari Zaid bin Kholid Al Juhani. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[2] Faidul Qodhir, 6/243.
[3] Syarh Ibnu Baththol, 9/65.
[4] HR. Tirmidzi no. 2526 dan Ibnu Hibban 16/396. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[5] Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 7/194.
[6] HR. Muslim no. 2055.
[7] HR. Ahmad 4/197. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim.
[8] Lihat Lathoif Al Ma’arif, 298.
[9] HR. Tirmidzi no. 1984. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
==========

Dinsdag 23 Julie 2013

SIKAP SEORANG MUKMIN ATAS NIKMAT DAN MUSIBAH

Maka, nikmat Tuhan-Mu yang manakah yang engkau dustakan?"  
(QS Ar-Rahmaan: 13)

Ayat itu diulang sebanyak 31 kali dalam Surah Ar-Rahmaan. Kerap membuat siapapun tertegun membacanya. Betapa kita, sebagai makhluk-Nya, terkadang terlalu sombong untuk sekadar mengucapkan 'terima kasih' kepada Sang Maha Pencipta, Allah SWT. 

Sudah banyak sekali nikmat yang sudah Dia berikan. Namun, kita malah tidak bersyukur kepada-Nya. Bukankah Allah Subhanahu Wa Ta'alla telah berfirman:  ''Dan, Dia telah memberikanmu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan, jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).'' (QS Ibrahim [14]: 34). Sudah banyak sekali nikmat yang Dia berikan. Nikmat mencicipi manisnya iman, nikmat menghirup udara segar, dan sebagainya.

Allah telah memberi iming-iming yang menggiurkan untuk hamba-hamba-Nya yang bersyukur, dan ancaman untuk hamba-hamba-Nya yang kufur, seperti yang termaktub dalam Surah Ibrahim ayat 7: “''Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya, jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'' 

Maka, syukurilah nikmat yang datang pada kita. Jangan kita terlena hingga kita lupa dan mengklaim itu adalah hasil jerih payah kita sendiri, tanpa menganggap Allah sebagai Maha Pemberi. Karena, sikap seperti itu dapat menjerumuskan kita kepada kekufuran terhadap nikmat Allah. 

Bila hal yang diatas berhubungan dengan pemberian yang sesuai dengan keinginan kita, lalu bagaimana dengan pemberian yang tidak sesuai dengan keinginan kita? Terkadang kita, sebagai manusia, mengeluhkan atau tidak mensyukuri pemberian Allah Subhanahu Wa Ta'alla yang tidak sesuai harapan kita. Padahal, kita tidak tahu kalau itu sebenarnya baik untuk kita. Kita hanya terus menyalahkan keputusan-Nya. Tidak adillah, tidak baiklah, atau keluhan-keluhan lainnya terus meluncur dari lisan kita. Jarang kita melihat sisi positif dari pemberian itu. Padahal, Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita.

Oleh karena itu, ketika ditimpa suatu musibah, janganlah cepat-cepat mengeluh. Lihatlah sisi positifnya. Berpikirlah bahwa Allah sayang kepada kita, karena Allah ingin segera menghapus dosa kita lewat ujian itu. 

Rasulullah Muhammad Shalallahu Alayhi Wassalam :
 bersabda,”Tidaklah seorang muslim ditimpa musibah berupa rasa lelahnya badan, rasa lapar yang terus menerus atau sakit, rasa sedih/benci yang berkaitan dengan masa sekarang, rasa sedih/benci yang berkaitan dengan masa lalu, gangguan orang lain pada dirinya, sesuatu yang membuat hati menjadi sesak sampai-sampai duri yang menusuknya melainkan akan Allah hapuskan dengan sebab hal tersebut kesalahan-kesalahannya” (HR  Bukhori no 5641, Muslim no . 2573).

Begitu juga ketika keputusan Allah tidak sesuai harapan kita. Mungkin itu adalah untuk kebaikan jangka panjang kita. Ingatlah, Allah memberikan apa yang kita PERLUKAN, bukan yang kita HARAPKAN, karena bisa jadi apa yang kita harapkan justru mendatangkan mudharat bagi kita. 

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS Al-Baqarah: 216)

Kematian, Perpisahan dengan orang-orang yang kita cintai, penyakit yang menggerogoti tubuh kita,  Kehilangan, Cercaan dan Celaan boleh jadi merupakan beberapa ujian yang perlu kita ambil sisi positifnya. Jangan kita terus mengeluh dan mengeluh. Karena, tak ada gunanya juga terus meratapi nasib. Sesekali, beranikan diri kita untuk mengambil sisi positif dari itu semua. Karena, di balik semua kejadian, pasti ada hikmahnya.
 Wallahu a’lam.