Vrydag 26 April 2013

KISAH WANITA YANG TAAT


Wanita yang benar-benar shalihah ibarat seseorang yang tahan memegang bara api yang panas …

Jika telah sampai suatu perintah syariat pada seorang wanita muslimah maka ia segera taat, terima, dan tunduk (walau itu berat untuk dijalankannya).  Dia tidak menyanggah, tidak membangkang, ataupun mencari alasan untuk tidak menerimanya.

Perhatikanlah cerita wanita mulia ini! Cerita tentang seorang pengantin wanita…

 

Adalah seorang laki-laki dari sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bernama Julaibib. Wajahnya sungguh tidak  menarik dan miskin pula. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menawarinya menikah. Dia berkata (tidak percaya), “Kalau begitu, Anda menganggapku tidak laku?”

Beliau bersabda, “Tetapi kamu di sisi Allah bukan tidak laku.”

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa terus mencari kesempatan untuk menikahkan Julaibib…

 

Hingga suatu hari, seorang laki-laki dari Anshar datang menawarkan putrinya yang janda kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar beliau nikahi. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, “Ya. Wahai fulan! Aku akan menikahkan putrimu.”

“Ya, dan sungguh itu suatu kenikmatan, wahai Rasulullah,” katanya riang.

Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, “Sesungguhnya aku tidak menginginkannya untuk diriku…”

“Lalu, untuk siapa?” tanyanya.

Beliau menjawab, “Untuk Julaibib…”

Ia terperanjat, “Julaibib, wahai Rasulullah?!!  Tunggu dulu ya Rasulullah.. Biarkan aku meminta pendapat ibunya….”

 

Laki-laki itu pun pulang kepada istrinya seraya berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melamar putrimu.”

Dia menjawab, “Ya, dan itu suatu kenikmatan…”

“Menjadi istri Rasulullah!” tambahnya girang.

Dia berkata lagi, “Sesungguhnya beliau tidak menginginkannya untuk diri beliau.”

“Lalu, untuk siapa?” tanyanya.

“Beliau menginginkannya untuk Julaibib,” jawabnya.

Dia berkata, “Aku siap memberikan leherku untuk Julaibib… ! Tidak. Demi Allah! Aku tidak akan menikahkan putriku dengan Julaibib. Padahal, kita telah menolak lamaran si fulan dan si fulan…” katanya lagi.

 

Sang bapak pun sedih karena hal itu, dan ketika hendak beranjak menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (untuk menyampaikan penolakannya), tiba-tiba putrinya (yang sejak tadi menguping) berteriak memanggil ayahnya dari kamarnya, “Siapa yang melamarkanku kepada kalian?”

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,” jawab keduanya.

Dia berkata, “Apakah kalian akan menolak perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?”

“Bawa aku menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sungguh, beliau tidak akan menyia-nyiakanku,” lanjut sang putri.

 

Sang bapak pun pergi menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, seraya berkata, “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, terserah Anda. Nikahkanlah dia dengan Julaibib.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun menikahkannya dengan Julaibib, serta mendoakannya,

“Ya Allah! Limpahkan kepada keduanya kebaikan, dan jangan jadikan kehidupan mereka susah.”

 

Tidak selang beberapa hari pernikahannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar untuk berangkat dalam peperangan (jihad fisabilillah), dan Julaibib ikut serta bersama beliau. Setelah peperangan usai, dan para shahabat mulai saling mencari satu sama lain diantara mayat-mayat yang bergelimpangan.

 

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada mereka, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan dan fulan…”

Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan si fulan dan si fulan…”

Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan dan fulan…”

Setelah semuanya selesai mencari, Rasulullah bersabda, “Aku kehilangan Julaibib…”

 

Mereka pun ramai-ramai mencari dan memeriksanya di antara orang-orang yang terbunuh. Tetapi mereka tidak menemukannya di arena pertempuran. Terakhir, mereka menemukannya di sebuah tempat terpisah yang tidak begitu jauh dari lokasi pertempuran.  Mayat Julaibib ditemukan diantara tujuh mayat orang-orang musyrik. Dia telah membunuh mereka, kemudian akhirnya ia terbunuh juga.

 

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri memandangi mayatnya, lalu berkata,”Dia membunuh tujuh orang lalu mereka membunuhnya. Dia membunuh tujuh orang lalu mereka membunuhnya. Dia dari golonganku dan aku dari golongannya.”

 

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membopongnya di atas kedua lengannya dan memerintahkan mereka agar menggali tanah untuk menguburnya.

 

Anas radhiallahu ‘anhu bertutur kisah tentang peristiwa itu, “Selama kami menggali kubur, tubuh Julaibib radhiallahu ‘anhu tidak memiliki alas kecuali kedua lengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hingga ia digalikan dan diletakkan di liang lahatnya.”

 

Anas radhiallahu ‘anhu berkata kemudian, “Demi Allah! Tidak ada di tengah-tengah orang Anshar yang lebih banyak berinfak daripada janda Julaibib (setelah wafatnya Julaibib, jandanya menerima begitu banyak pampasan perang sebagai hadiah penghargaan, red).  Kemudian, para tokoh pun berlomba melamar janda Julaibib …”

 

Sungguh ini sesuai dengan firman Allah subhanahu wata’ala,

“Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itu adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (An-Nur: 52).

 

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah bersabda, sebagaimana dalam ash-Shahih, “Setiap umatku akan masuk surga kecuali yang enggan.”  Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang enggan itu?”  Beliau bersabda, “Barangsiapa taat kepadaku, maka ia masuk surga, dan barangsiapa mendurhakaiku berarti ia telah enggan.”

JENAZAH USTADZ JEFRI AL BUKHORI TAMPAK SENYUM DAN BERCAHAYA


U
stad Soleh Mahmud alias Solmed menyatakan sempat ikut mengavani jenazah Ustad Jeffry Al Buchori.
Menurutnya, saat dikavani jenazah Ujetampak 'bercahaya.' Raut mukanya kelihatan putih bersih.
"Subhanallah, jenazah ustad (Uje) saat dikavani tampak bercahaya," kata Ustad Solmed di rumah duka di Perum Bukit Mas, Jalan Narmada III, Rempoa, Jumat (26/4/2013).
Ustad Solmed mengatakan, tak hanya bercahaya, jenazah Uje terlihat seperti mengeluarkan aura senyum saat dikavani. Sepertinya almarhum ikhlas untuk pergi meninggalkan dunia.
Ustad yang memiliki nama asli Sholeh Mahmoed itu mengatakan, tak jarang orang bisa meninggal di hari Jumat. Karena hari Jumat adalah hari yang penuh keberkahan bagi umat Islam.
"Insya Allah almarhum akan diterima di surga Allah," katanya.
Jeffry Al Buchori memiliki nama populer Uje lahir di Jakarta, 12 April 1973. Ia adalah seorang pendakwah atau ustad yang tampil dengan mengemas bahasa dakwahnya dengan bahasa-bahasa anak muda.
Bergaul dengan Pemakai Narkoba
Situs Wikipedia mencatat, Jeffy anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Alm. H. Ismail Modal dan Ustz Dra. Hj. Tatu Mulyana ini sejak kecil telah mendapat pendidikan Islam yang kuat. Hal ni terbukti saat duduk di bangku sekolah kelas 3-5 SD meraih prestasi MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur'an) sampai tingkat provinsi. Setelah lulus SD, bersama kedua kakaknya, Alm. Ust. H. Abdullah Riyad dan Ust. H. Aswan Faisal, bersekolah di PonDaar el-Qolam Gintung, Jayanti Tangerang.
Namun selama di pesantren, Uje terbilang nakal. Seringkali saat teman-temannya menunaiam-diam tidur atau kabur dari pesantren untuk main dan nonton di bioskop. Sampai akhirnya Uje dikeluarkan dari pesantren tersebut yang sempat dikecapnya selama tahun yang harus dijalani. Setelah itu, Uje dipindahkan ke Madrasah Aliyah (MA, setingkat SMA). Bukannya bertambah baik, kenakalan Uje justru bertambah.
Apalagi setelah lulus di tahun 1990 dan kuliah di akademi broadcasting, kenakalan Ujetak berkurang. Dia bergaul dengan pemakai narkoba dan sering dugem. Bahkan Ujeakhirnya tak menyelesaikan kuliah. Pada tahun 1991, Uje pernah menjadi dancer di salah satu club. Uje juga sering nongkrong di Institut Kesenian Jakarta.
Di kala para pemain sinetron sedang latihan, kadang-kadang Uje menggantikan salah satunya. Ia pun ikut casting dan mendapat peran. Salah satu sinetron yang sempat dibintanginya adalah Pendekar Halilintar. Bahkan Uje pernah dinobatkan sebagai pemeran pria terbaik dalam Sepekan Sinetron Remaja yang diadakan TVRI pada 1991

Donderdag 25 April 2013

Mungkinkah Engkau Masih Hidup

Mungkinkah Engkau Masih Hidup
Salah seorang anak Umar bin Khattab telah diejek dan dibuli oleh teman-temannya kerana memakai baju yang bertampal-tampal dan buruk.
“Tidak ada gunanya mempunyai ayah menjadi kepala negara, bajunya tampak seribu,” kata teman-teman anak Umar.
Kerana sudah tidak tahan dengan ejekan teman-temannya, anak Umar itu pun mengadu kepada ayahnya. Khalifah Umar sangat kasihan kepada anaknya yang mengadu itu, tapi beliau tidak dapat berbuat apa-apa. Maklumlah beliau tidak mempunyai simpanan apa-apa, sedang gajinya sebagai kepala negara hanya 1 dirham saja sehari dan ketika itu belum sampai masa gajian. Umar pergi ke Baitul Mal untuk meminjam sedikit wang dan berjanji akan membayarnya pada bulan depan apabila sudah menerima gaji.
“Bukan saya tidak mahu mengeluarkan wang Baitul Mal, tapi apakah Amirul Mukminin sudah yakin masih akan hidup sehingga bulan depan? Dan jika Amirul Mukminin mati sebelum sampai masa gajian yang akan datang, siapa yang akan membayarnya? kata petugas Baitul Mal.
Mendengar itu, menangislah Khalifah Umar bin Khattab sehingga air matanya menetes membasahi pipinya. Beliau tidak jadi untuk meminjam uang dan pulang dengan perasaan sedih sambil mengenang kematian.

Tulisan Al Ustadz Jefri Al Bukhari
di situsny Ustadz uje Center

SEJARAH HIDUP USTADZ JEFRY AL BUKHORI

USTADZ Jefry Al Buchori, lahir di Budi Rahayu, 12 April 1973.wafat di Jakarta pada hari, Jumat 26 April
2013 jam 02 30.WIB
Uje—begitu biasa ia akrab dipanggil—adalah anak ke 3 dari 5 bersaudara yang ayahnya bernama Alm. H. Ismail Modal dan umminya bernama Ustz Dra. Hj. Tatu Mulyana. Ust Jefri memiliki kakak yang pertama Alm. Ust. H. Abdullah Riyad, kakak kedua Ust. H. Aswan Faisal, adik yang keempat H. Decky Fajar dan yang kelima Ustz Hj. Nona.
Ust Jefri menikah dengan Pipik Dian Irawati pada 7 September 1999 dan mempunyai dua anak yang bernama Adiba Khanza Az-Zahra, Mohammad Abidzar Al-Ghifari, Ayla Azuhro dan Ataya Bilal Rizqullah.
Ketika masa kecilnya UJE sama seperti anak-anak kecil lainnya, diberikan anugerah Allah SWT kemudahan dalam mempelajari dan membaca Al-Quran. Hal ini berkat kerja keras dan bimbingan orang tuanya dalam mendidik anak-anak agar menjadi soleh dan solehah.
Hal ini terbukti pada saat UJE duduk di bangku sekolah kelas 3-5 SD meraih prestasi MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) sampai tingkat provinsi UJE tamat SD, lalu bersama kedua kakaknya mengikuti Pesantren Modern di Daar el Qolam Gintung, Balaraja Tanggerang selama 4 tahun.
UJE mempunyai dua sisi kepribadiannya pada waktu dulu. Pertama, Uje pada masa sekolah mengikuti kegiatan rohis atau mengikuti pengajian, Kedua UJE terbawa arus dengan teman-teman pemakai narkoba juga senang DUGEM. sampai-sampai UJE juga mengikuti pengajian ngeboat bareng bersama teman sekolahnya di kantin.
Pada tahun 1991 UJE pernah menjadi dancer di salah satu club. Setelah bertemu salah satu orang yang tak dikenal mengajak UJE untuk bermain sinteron dan akhirnya mendapatkan prestasi terbaik menjadi aktor dalam sinteron Sayap Patah di TVRI.
Hal yang menyadarkan UJE dari kehidupan semu, ketika UJE diajak umroh beserta ibunda juga bersama kakaknya untuk bertobat dan pada akhirnya setelah bersandar di Ka’bah dan membentur-benturkan kepalanya sampai UJE menangis. Ia meminta ampun kepada Allah SWT supaya bisa diampuni dosa-dosanya yang selama ini dilakukan.
Berawal dari usaha pertobatan, UJE sempat mendapatkan amanah dari kakak tertuanya alm. Ust. H. Abdullah Riyad, untuk melanjutkan Dakwah kakaknya di Jakarta, karena alm Ust. H. Abdullah Riyad mendapatkan kepercayaan dari MUIS (Majlis Ugame Islam Singapura) untuk menjadi Imam besar di Masjid Haji Mohammad Soleh, bersebelahan dengan Maqam Habib Nuh Al Habsyi, Palmer Road, Singapura.
Dari situlah UJE mulai berdakwah lewat majelis taklim, mushola, mesjid dan perlahan-lahan bisa seperti sekarang ini, dikenal oleh masyrakat banyak dikagumi oleh seluruh kalangan.
Dari proses yang sangat sulit, UJE akhirnya bisa berubah secara perlahan atas dukungan, kesabaran, ketabahan dari orang-orang di sekelilingnya yang selalu mendampinginya.
Selain itu hidayah Allah SWT serta bimbinganNya, UJE bisa merasa tenang dalam kehidupannya untuk mulai mencintai Allah SWT, Rasulullah SAW, orang tua dan mencintai sesamany

KEHIDUPAN DAN KEMATIAN JEFRI AL BUKHORI MENJADI DZIKRULLLAH DAN DZIKIRUL MAUT


90% Teman di Facebook, Blackberry
dan Tweeter menyampaikan Takdziah bagi Allahuyarham Al Ustadz Jefri Al Bukhori, sesosok Pendakwah yang mengajarkan Makna besar tentang Taubat dan Dzikrullah semasa Hidupnya dan Dzikrul Maut dikala wafatnya,Allahummaghfirlahu warhamhu wa afihi wfu anhhu
AlFATIHAH

-----------------------------------------------
RENUNGAN TENTANG DZIKRUL MAUT.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dia berkata,

“Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda,

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ

“Perbanyaklah mengingat perusak kelezatan-kelezatan, yaitu mati.”

(Hadits Hasan Shahiih; diriwayatkan Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan Ibnu Hibban).

Al-Hasan Al-Bashry berkata,

“Kematian melecehkan dunia dan tidak menyisakan kesenangan bagi orang yang berakal. Selagi seseorang mengharuskan hatinya untuk mengingat mati, maka dunia terasa kecil di matanya dan segala apa yang ada di dalamnya menjadi remeh.”

Hamid Al-Qushairy berkata,

“Setiap orang di antara kita yakin akan datangnya kematian, sementara kita tidak melihat seseorang bersiap-siap menghadapi kematian itu.

Setiap orang di antara kita yakin adanya surga, sementara kita tidak melihat ada yang berbuat agar bisa masuk surga.

Setiap orang di antara kita yakin adanya neraka, sementara kita tidak melihat orang yang takut terhadap neraka.

Untuk apa kalian bersenang-senang? Apa yang sedang kalian tunggu? Tiada lain adalah kematian. Kalian akan mendatangi Allah dengan membawa kebaikan ataukah keburukan. Maka hampirilah Allah dengan cara yang baik.”

Syumaith bin Ajlan berkata,

“Siapa yang menjadikan kematian pusat perhatiannya, maka dia tidak lagi peduli terhadap kesempitan dunia dan kelapangannya.”

Ketahuilah bahwa bencana kematian itu amat besar. Banyak orang yang melalaikan kematian karena mereka tidak memikirkan dan mengingatnya.

Kalau pun ada yang mengingatnya, toh dia mengingatnya dengan hati yang lalai, sehingga tidak ada gunanya dia mengingat mati.

Cara yang harus dilakukan seorang hamba ialah mengosongkan hati tatkala mengingat kematian yang seakan-akan ada di hadapannya, seperti orang yang hendak bepergian ke daerah yang berbahaya atau tatkala hendak naik perahu mengarungi lautan, yang tentunya dia mengingat kecuali perjalanannya.

Cara yang paling efektif baginya ialah mengingat keadaan dirinya dan orang-orang yang sebelumnya, mengingat kematian dan kemusnahan mereka.

Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata,

“Orang yang berbahagia ialah yang bisa mengambil pelajaran dari orang lain.”

Abu Darda’ berkata,

“Jika engkau mengingat orang-orang yang sudah meninggal, maka jadikanlah dirimu termasuk mereka yang sudah meninggal.”

Ada baiknya jika dia memasuki kuburan dan mengingat orang-orang yang sudah dipendam disana. Selagi hatinya mulai condong kepada keduniaan, maka hendaklah dia berpikir bahwa dia pasti akan meninggalkannya dan harapan-harapannya pun menjadi pupus.

Telah diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhu, dia berkata,

“Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam memegangi kedua pundakku lalu beliau bersabda,

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ

“Jadilah di dunia seakan-akan engkau adalah orang asing atau seorang pelancong.”

(HR Bukhary dan Ahmad).

Ibnu Umar berkata,

إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

“Jika engkau berada pada sore hari, maka janganlah menunggu sore hariny. Pergunakanlah kesehatanmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum matimu.”

Dari Al-Hasan, dia berkata,

“Pendekkanlah angan-angan, buatlah ajal kalian ada di depan mata kalian dan malulah kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu.”

(Diriwayatkan Ibnu Abid-Dunya)

Dari Abu Zakaria At-Taimy, dia berkata,

“Tatkala Sulaiman bin Abdul Malik berada di Masjidil Haram, tiba-tiba ada yang menyodorkan selembar batu yang berukir. Lalu dia meminta orang yang dapat membacanya. Ternyata di batu itu tertulis:

Wahai anak Adam, andaikan engkau tahu sisa umurmu, tentu engkau tidak akan berangan-angan yang muluk-muluk, engkau akan beramal lebih banyak lagi dan engkau tidak akan terlalu berambisi.

Penyesalanmu akan muncul jika kakimu sudah tergelincir dan keluargamu sudah pasrah terhadap keadaan dirimu, dan engkau akan menigngalkan anak serta keturunan.

Saat itu engkau tidak bisa kembali lagi ke dunia dan tidak bisa lagi menambah amalmu. Berbuatlah untuk menghadapi hari kiamat, hari yang diwarnai penyesalan dan kerugian.”

Penyebab panjangnya angan-angan

Ketahuilah, munculnya angan-angan yang muluk-muluk ini ada dua hal:

1. Cinta Kepada Dunia.

Jika manusia sudah menyatu dengan keduniaan, kenikmatan dan belenggunya, maka hatinya merasa berat untuk berpisah dengan dunia, sehingga di dalam hatinya tidak terlintas pikiran tentang mati. Padahal kematianlah yang akan memisahkan dirinya dengan dunia.

Siapa pun yang membenci sesuatu, tentu akan menjauhkan sesuatu itu dari dirinya. Manusia selalu dibayang-bayangi angan-angan yang batil. Dia berangan-angan sesuai dengan kehendaknya, seperti hidup terus di dunia, mendapatkan seluruh barang yang dibutuhkannya, seperti harta benda, tempat tinggal, keluarga dan sebab-sebab keduniaan lainnya. Hatinya hanya terpusat pada hal-hal ini, sehingga lalai mengingat mati dan tidak membayangkan kedekatan kematiannya.

Andakain di dalam hatinya sesekali melintas pikiran tentang kematian dan perlu bersiap-siap menghadapinya, tentu dia bersikap waspada dan mengingat dirinya.

Namun dia hanya berkata,

“Hari-hari ada di depanmu hingga engkau menjadi dewasa. Setelah itu engkau bertaubat.”

Setelah dewasa dia berkata,

“Sebentar lagi engkau akan menjadi tua.”

Setelah tua dia berkata,

“Tunggulh hingga rumah ini rampung atau biar kuselesaikan terlebih dahulu perjalananku.”

Dia menunda-nunda dan terus menunda-nunda…

Hingga selesainya kesibukan demi kesibukan dan hari demi hari, hingga ajal menjemputnya tanpa disadarinya, dan saat itulah dia akan merasakan penyesalan yang mendalam.’

Kebanyakan teriakan para penghuni neraka ialah kata-kata,

“Andaikata”.

Mereka berkata,

“Aduhai aku benar-benar menyesal”,

Yang juga menggambarkan kata-kata “Andaikata”. Sumber dari seluruh angan-angan ini adalah cinta kepada dunia

2. Kebodohan

Hal ini terjadi karena manusia tidak mempergunakan masa mudanya, menganggap kematian masih lama datangnya karena dia masih muda.

Apakah pemuda semacam ini tidak menghitung bahwa orang-orang yang berumur panjang di wilayahnya tidak lebih dari sepuluh orang?

Mengapa jumlah ornag tua hanya sedikit? Karena banyak manusia yang meninggal dunia selagi muda.

Berbarengan dengan meninggalnya satu orang tua, ada seribu bayi dan anak muda yang meninggal dunia.

Dia tertipu oleh kesehatannya dan tidak tahu bahwa kematian bisa menghampirinya secara tiba-tiba, sekalipun dia menganggap kematian itu masih lama. Sakit bisa menimpanya secara tiba-tiba. Jika dia jatuh sakit, maka kematian tidak jauh darinya.

Andaikan dia mau berpikir dan menyadari bahwa kematian itu tidak mempunyai waktu yang pasti, entah pada musim panas, gugur atau semi, siang atau malam, tidak terikat pada umur tertentu, muda atau tua, tentu dia akan menganggap serius urusan kematian ini dan tentu dia akan bersiap-siap menyongsongnya.

[Oleh: al-Imam Ibnu Qudamah, Minhajul Qasidin Jalan Orang-Orang yang Mendapat Petunjuk, Pustaka Al-Kautsar; dinukil dengan sedikit pengurangan dari jilbab.or.id]

Ada Apa setelah kematian?

Mengingat mati itu bermanfa’at bagi setiap MUKMIN, karena mereka beriman bahwa ada kehidupan yang kekal setelah kematian, mereka beriman ada adzab kubur dan nikmat kubur, mereka beriman kelak ada hisab di padang masyhar, dan mereka beriman kelak seseorang akan dimasukkan surga/neraka.. sehingga mengingat mati, akan melembutkan hati mereka dan mendorong mereka untuk beramal shalih..

Kita melihat orang-orang yang LUPA atau LALAI atau TIDAK TAHU atau bahkan PURA-PURA TIDAK TAHU padahal tahu atau yang KUFUR terhadapnya; maka mereka MERASA CUKUP dengan kehidupan dunia yang fana dan singkat.

Kalaulah kita bicara tentang orang kafir, maka tidak mengherankan mereka hidup tanpa arah sesuai hawa nafsu mereka, bagaikan binatang bahkan lebih jelek dari binatang.

Lantas bagaimana dengan kita YANG MENGIMANI ini semua?

Kita MENGETAHUI dan MENGIMANI bahwa kita PASTI MATI1, dan kalau kita MATI pasti ada SAKRATUL MAUT2, dan ketika SAKRATUL MAUT pasti ada malaikat yang menjemput, apakah itu malaikat rahmat ataukah malaikat adzab (orang-orang kafir, munafik, fajir, zhalim, dan fasik akan dijemput malaikat adzab; sedangkan orang-orang mukmin yang beramal shalih akan dijemput malaikat rahmat)3

Dan setelahnya kita akan berada dialam kubur, ditanya malaikat dengan tiga pertanyaan.. dan setelahnya kita akan menjalani adzab kubur (jika kita fasiq, maka kita akan diadzab sesuai dengan kadar kefasiqan yang kita miliki) ataukah nikmat kubur4

Dan setelahnya kita dibangunkan dengan sebuah tiupan5 dan kita berdiri di padang masyhar menanti waktu untuk dihisab amalan-amalan kita6; dan semoga kita termasuk orang-orang yang langsung dimasukkan ke surga tanpa hisab.7

Dan setelahnya amalan-amalan kita akan ditimbang8, dan kita akan dimasukkan ke surga ataukah ke neraka; orang-orang yang merugi akan masuk ke neraka dan orang-orang yang beruntung akan dimasukkan ke surga;

Orang-orang yang masih terdapat keimanan dalam hatinya maka akan dimasukkan ke dalam surga setelah adzab di nerakanya usai9; dan satu hari di akhirat sama dengan LIMA PULUH RIBU TAHUN di dunia 10


Apakah kita akan berkata:

“Tidak apa-apa kita dineraka dulu; toh kalo kita mati dalam keadaan muslim akan masuk surga juga..”

Sedangkan kita TIDAK TAHU apakah kita akan mati diatas tauhid atau tidak?!

Sedangkan kita MENGETAHUI dan MENGIMANI bahwa neraka disana ada ADZAB yang KERAS?!

Sedangkan kita MENGETAHUI dan MENGIMANI sehari di aakhirat sama seperti LIMA PULUH RIBU tahun di dunia?!

Apakah kita akan seperti orang-orang yahudi yang berkata:

وَقَالُوا لَن تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَّعْدُودَةً

Dan mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja”.

قُلْ أَتَّخَذْتُمْ عِندَ اللَّهِ عَهْدًا فَلَن يُخْلِفَ اللَّهُ عَهْدَهُ أَمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Katakanlah: “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?”

(Al-Baqarah: 80)

—-

Dan orang-orang yang mati dalam keadaan kafir akan KEKAL DI NERAKA;

Maka orang yang mengingat mati, ia akan MENUNTUT ILMU bagaimana ia bisa mengamalkan agama ini dengna BENAR dan BAIK, kemudian mengamalkannya, kemudian memperingatkan keluarganya akan hal ini..

Inilah SEHARUSNYA buah, bagi orang yang mengingat akan kematian, pemutus segala kelezatan..

Allah berfirman:

فَذَكِّرْ إِن نَّفَعَتِ الذِّكْرَىٰ

oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat,

(Al-A’laa: 9)

KHUSUSNYA untuk keluarga/kerabat, karena Allah memerincinya; dalam firmanNya

وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,

(Asy-Syu’araa: 214)

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَىٰ تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ

Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.

(Adz-Dzaariyat: 55)

maka jangan sampai hati kita MATI, seperti orang-orang kafir:

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ . خَتَمَ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰ أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat

(Al-Baqarah: 6-7)

وَلَقَدْ مَكَّنَّاهُمْ فِيمَا إِن مَّكَّنَّاكُمْ فِيهِ وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَىٰ عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلَا أَبْصَارُهُمْ وَلَا أَفْئِدَتُهُم مِّن شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَحَاقَ بِهِم مَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ

dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya.

(Al-Ahqaf: 26)

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ لَهُمْ

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia,

قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا

mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah)

وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا

dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah),

وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا

dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah).

أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

(Al-A’raaf: 179)

وَسَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman.

(Yaasiin: 10)

قُلْ إِنَّمَا أُنذِرُكُم بِالْوَحْيِ وَلَا يَسْمَعُ الصُّمُّ الدُّعَاءَ إِذَا مَا يُنذَرُونَ

Katakanlah (hai Muhammad): “Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan wahyu dan tiadalah orang-orang yang tuli mendengar seruan, apabila mereka diberi peringatan”

(Al-Anbiyaa: 45)

إِنَّمَا تُنذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَٰنَ بِالْغَيْبِ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيمٍ

Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan 11 dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihatnya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.

(Yaasiin: 11)

Semoga bermanfa’at…

Catatan Kaki

Dalilnya:

Allah berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Tiap-tiap yang berjiwa PASTI akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.

(Al-Ankabut: 57)

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.

(Al-Anbiyaa: 35)

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.

(Aali Imraan: 185)

Selain dari sisi naqli (dalil); dari sisi aqli (akal) pun kita meyakini setiap jiwa pasti mati, karena kita tidak menemukan dalam kehidupan dunia ini, kecuali pasti akan binasa. ↩
Dalilnya:

Allah berfirman:

وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلآئِكَةُ بَاسِطُواْ أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُواْ أَنفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ

“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu” Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.”

(QS. Al An’am: 93)

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

لا إله إلا الله إن للموت سكرات

”Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah. Sesungguhnya pada setiap kematian itu ada saat-saat sekarat”

Shahih Al-Bukhari (Fathul-Baariy, 8/144) ↩
Dalilnya:

Firman Allah:

وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلآئِكَةُ بَاسِطُواْ أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُواْ أَنفُسَكُمُ

“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): ‘Keluarkanlah nyawamu’.”

(QS. Al An’am: 93)

dan juga firman Allah:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (Fussilat: 30)

Dan juga firman Allah:

وَالنَّازِعَاتِ غَرْقًا . وَالنَّاشِطَاتِ نَشْطًا

Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut.

(QS an-Naazi’aat: 1-2)

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ

“Barangsiapa yang menyukai untuk bertemu dengan Allah, maka Allah akan suka bertemu dengannya. Dan barangsiapa yang membenci bertemu dengan Allah, maka Allah akan benci bertemu dengannya”

Kemudian para shahabat bertanya:

“Yaa Rasulullah, kami semua tidak menyukai kematian?”

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

لَيْسَ ذَاكَ كَرَاهِيَةَ الْمَوْتِ وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا حُضِرَ جَاءَهُ الْبَشِيرُ مِنْ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَا هُوَ صَائِرٌ إِلَيْهِ فَلَيْسَ شَيْءٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَكُونَ قَدْ لَقِيَ اللَّهَ عَزَّ

“Bukan itu yang aku maksud, namun seorang yang beriman apabila menghadapi sakaratul maut, maka seorang pemberi kabar gembira utusan Allah datang menghampirinya seraya menunjukkan tempat kembalinya (–yang baik–), hingga tidak ada sesuatu yang lebih dia sukai kecuali bertemu dengan Allah. Lalu Allah pun suka bertemu dengannya.

وَجَلَّ فَأَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَإِنَّ الْفَاجِرَ أَوْ الْكَافِرَ إِذَا حُضِرَ جَاءَهُ بِمَا هُوَ صَائِرٌ إِلَيْهِ مِنْ الشَّرِّ أَوْ مَا يَلْقَاهُ مِنْ الشَّرِّ فَكَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ وَكَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ

Adapun orang yang banyak berbuat dosa, dan/atau orang kafir, apabila telah menghadapi sakaratul maut, maka datang seseorang dengan menunjukkan tempat kembalinya yang buruk, atau apa yang akan dijumpainya berupa keburukan. Maka itu membuatnya tidak suka bertemu Allah, hingga Allah pun tidak suka bertemu dengannya.”

(HR. Ahmad, Haytsamiy dll; dishahiihkan oleh Imam al Haytsamiy dalam majmu’)

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وتِسْعينَ نَفْساً ،

“Dahulu pada masa sebelum kalian ada seseorang yang pernah membunuh 99 jiwa.

فَسَأَلَ عَنْ أعْلَمِ أَهْلِ الأرضِ ، فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ ، فَأَتَاهُ .

Lalu ia bertanya tentang keberadaan orang-orang yang paling alim di muka bumi. Namun ia ditunjuki pada seorang rahib.

فقال : إنَّهُ قَتَلَ تِسعَةً وتِسْعِينَ نَفْساً فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوبَةٍ ؟ فقالَ : لا ، فَقَتَلهُ فَكَمَّلَ بهِ مئَةً ،

Lantas ia pun mendatanginya dan berkata, ”Jika seseorang telah membunuh 99 jiwa, apakah taubatnya diterima?” Rahib pun menjawabnya, ”Orang seperti itu tidak diterima taubatnya.” Lalu orang tersebut membunuh rahib itu dan genaplah 100 jiwa yang telah ia renggut nyawanya.

ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الأَرضِ ، فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ . فقَالَ : إِنَّهُ قَتَلَ مِئَةَ نَفْسٍ فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ ؟

Kemudian ia kembali lagi bertanya tentang keberadaan orang yang paling alim di muka bumi. Ia pun ditunjuki kepada seorang ‘alim. Lantas ia bertanya pada ‘alim tersebut, ”Jika seseorang telah membunuh 100 jiwa, apakah taubatnya masih diterima?”

فقالَ : نَعَمْ ، ومَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ وبَيْنَ التَّوْبَةِ ؟ انْطَلِقْ إِلى أرضِ كَذَا وكَذَا فإِنَّ بِهَا أُناساً يَعْبُدُونَ الله تَعَالَى فاعْبُدِ الله مَعَهُمْ ، ولاَ تَرْجِعْ إِلى أَرْضِكَ فَإِنَّهَا أرضُ سُوءٍ ،

Orang alim itu pun menjawab, ”Ya masih diterima. Dan siapakah yang akan menghalangi antara dirinya dengan taubat? Beranjaklah dari tempat ini dan ke tempat yang jauh di sana karena di sana terdapat sekelompok manusia yang menyembah Allah Ta’ala, maka sembahlah Allah bersama mereka. Dan janganlah kamu kembali ke tempatmu(yang dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang amat jelek.”

فانْطَلَقَ حَتَّى إِذَا نَصَفَ الطَّرِيقَ أَتَاهُ الْمَوْتُ ، فاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلائِكَةُ الرَّحْمَةِ ومَلائِكَةُ العَذَابِ .

Laki-laki ini pun pergi (menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang alim tersebut). Ketika sampai di tengah perjalanan, maut pun menjemputnya. Akhirnya, terjadilah perselisihan antara malaikat rahmat dan malaikat adzab.

فَقَالتْ مَلائِكَةُ الرَّحْمَةِ : جَاءَ تَائِباً ، مُقْبِلاً بِقَلبِهِ إِلى اللهِ تَعَالَى

Malaikat rahmat berkata, ”Orang ini datang dalam keadaan bertaubat dengan menghadapkan hatinya kepada Allah”.

وقالتْ مَلائِكَةُ العَذَابِ : إنَّهُ لمْ يَعْمَلْ خَيراً قَطُّ ،

Namun malaikat adzab berkata, ”Orang ini belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun”.

فَأَتَاهُمْ مَلَكٌ في صورَةِ آدَمِيٍّ فَجَعَلُوهُ بَيْنَهُمْ – أيْ حَكَماً –

Lalu datanglah malaikat lain dalam bentuk manusia, mereka pun sepakat untuk menjadikan malaikat ini sebagai pemutus perselisihan mereka.

فقالَ : قِيسُوا ما بينَ الأرضَينِ فَإلَى أيّتهما كَانَ أدنَى فَهُوَ لَهُ .

Malaikat ini berkata, ”Ukurlah jarak kedua tempat tersebut (jarak antara tempat jelek yang dia tinggalkan dengan tempat yang baik yang ia tuju -pen). Jika jaraknya dekat, maka ia yang berhak atas orang ini.”

فَقَاسُوا فَوَجَدُوهُ أدْنى إِلى الأرْضِ التي أرَادَ ، فَقَبَضَتْهُ مَلائِكَةُ الرَّحمةِ

Lalu mereka pun mengukur jarak kedua tempat tersebut dan mereka dapatkan bahwa orang ini lebih dekat dengan tempat yang ia tuju. Akhirnya,ruhnya pun dicabut oleh malaikat rahmat.”

(Muttafaqun ‘Alayh; HR. Bukhari dan Muslim no. 2766) ↩
Dalilnya:

Allah Ta’ala berfirman,

وَحَاقَ بِآَلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ . النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آَلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ

“Dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang , dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras”.” (QS. Al Mu’min: 45-46)

Mari kita perhatikan penjelasan para pakar tafsir mengenai potongan ayat ini:

النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا

“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang.”

Al Qurthubiy –rahimahullah- mengatakan,

“Sebagian ulama berdalil dengan ayat ini tentang adanya adzab kubur. … Pendapat inilah yang dipilih oleh Mujahid, ‘Ikrimah, Maqotil, Muhammad bin Ka’ab. Mereka semua mengatakan bahwa ayat ini menunjukkan adanya siksa kubur di dunia.”

(Al Jaami’ Li Ahkamil Qur’an, 15/319)

Asy Syaukani –rahimahullah- mengatakan,

“Yang dimaksud dengan potongan dalam ayat tersebut adalah siksaan di alam barzakh (alam kubur). ”

(Fathul Qodir, 4/705)

Fakhruddin Ar Rozi Asy Syafi’i –rahimahullah- mengatakan,

“Para ulama Syafi’iyyah berdalil dengan ayat ini tentang adanya adzab kubur…”

(Mafaatihul Ghoib, 27/64)

Ibnu Katsir –rahimahullah- mengatakan,

“Ayat ini adalah pokok aqidah terbesar yang menjadi dalil bagi Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengenai adanya adzab (siksa) kubur yaitu firman Allah Ta’ala (diatas)”

(Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7/146)

Ibnul Qoyyim –rahimahullah- menafsirkan ayat di atas,

“Ini adalah siksaan di alam barzakh (di alam kubur). Sedangkan ayat (yang artinya), “dan pada hari terjadinya Kiamat” adalah ketika kiamat kubro (kiamat besar).”

(At Tafsir Al Qoyyim, hal. 358) ↩
Diantara dalilnya:

Allah berfirman:

وَنُفِخَ فِي الصّورِ فَإِذَا هُم مّنَ الأجْدَاثِ إِلَىَ رَبّهِمْ يَنسِلُونَ * قَالُواْ يَوَيْلَنَا مَن بَعَثَنَا مِن مّرْقَدِنَا هَذَا مَا وَعَدَ الرّحْمـَنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ

Dan ditiuplah sangkalala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Rabb mereka. Mereka berkata: “Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?.” Inilah yang dijanjikan (Rabb) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul- rasul(Nya).

(Yaasiin: 51-52)

al Imam Ibnu Katsir menafsirkan:

”Dan hal ini tidak berarti menafikkan adanya ’adzab kubur, karena hal itu dihubungkan dengan kedahsyatan sesudahnya seperti orang yang tidur”

(Lihat Tafsir Ibnu Katsir QS. 36 : 52)

Maksudnya, kedahsyatan adzab kubur itu bagaikan orang yang tidur; jika dibandingkan dengan kedahsyatan adzab-adzab yang menanti setelahnya. ↩
Diantara dalilnya:

Allah berfirman;

اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُّعْرِضُونَ

Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).

(Al-Anbiyaa: 1)

Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda:

مَنْ حُوسِبَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عُذِّبَ

“Barangsiapa yang dihisab pada hari kiamat maka ia akan mendapatkan adzab.”

(‘Aa-isyah) Berkata; saya berkata;

“Bukankah Allah Azzawajalla telah berfirman:

فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا

‘Maka orang-orang yang diberi catatan amalannya dengan tangan kanannya akan dihisab dengan hisab yang mudah’

Rasulullah bersabda:

لَيْسَ ذَلِكَ بِالْحِسَابِ وَلَكِنَّ ذَلِكَ الْعَرْضُ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عُذِّبَ

“Ayat itu maksudnya bukan hisab akan tetapi hal itu adalah pemaparan (amal), barangsiapa yang didebat ketika hisabnya pada hari kiamat, maka ia akan diadzab “.

Dalam riwayat lain:

‘Aa-isyah bertanya:

“Wahai Nabi, apa yang dimaksud dengan hisab yang mudah”

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

أَنْ يَنْظُرَ فِي كِتَابِهِ فَيَتَجَاوَزَ عَنْه إِنَّهُ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَوْمَئِذٍ يَا عَائِشَةُ هَلَكَ وَكُلُّ مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ يُكَفِّرُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهِ عَنْه حَتَّى الشَّوْكَةُ تَشُوكُهُ

“Seseorang yang Allah melihat kitabnya lalu memaafkannya. Karena orang yang diperdebatkan hisabnya pada hari itu, pasti celaka wahai Aisyah, dan setiap musibah yang menimpa orang beriman Allah akan menghapus (dosanya) karenanya, bahkan sampai duri yang menusuknya.”

(HR. Ahmad, Bukhariy, Muslim dll)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ يُدْنِي الْمُؤْمِنَ فَيَضَعُ عَلَيْهِ كَنَفَهُ وَيَسْتُرُهُ فَيَقُوْلُ: أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا، أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا؟ فَيَقُوْلُ: نَعَمْ، أَيْ رَبِّ. حَتَّى إِذَا قَرَّرَهُ بِذُنُوْبِهِ وَرَأَى فِي نَفْسِهِ أَنَّهُ هَلَكَ، قَالَ: سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا، وَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ. فَيُعْطِي كِتَابَ حَسَنَاتِهِ

“Sesungguhnya (pada hari kiamat) Allah akan mendekatkan seorang mukmin, lalu Allah meletakkan tabir dan menutupinya. Lalu Allah berfirman, “Apakah kamu mengetahui dosa ini? Apakah engkau tahu dosa itu?” Dia menjawab, “Ia, betul saya tahu wahai Rabbku.” Hingga ketika Allah telah membuat dia mengakui semua dosanya dan dia mengira dirinya sudah akan binasa,, Allah berfirman kepadanya, “Aku telah menutupi dosa-dosa ini di dunia, maka pada hari ini Aku mengampuni dosa-dosamu itu.” Lalu diberikanlah padanya catatan kebaikan-kebaikannya.”

(HR. Al-Bukhari no. 2261)

dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

يُؤْتَى بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُقَالُ اعْرِضُوا عَلَيْهِ صِغَارَ ذُنُوبِهِ قَالَ فَتُعْرَضُ عَلَيْهِ وَيُخَبَّأُ عَنْهُ كِبَارُهَا فَيُقَالُ عَمِلْتَ يَوْمَ كَذَا وَكَذَا كَذَا وَكَذَا وَهُوَ مُقِرٌّ لَا يُنْكِرُ وَهُوَ مُشْفِقٌ مِنْ الْكِبَارِ فَيُقَالُ أَعْطُوهُ مَكَانَ كُلِّ سَيِّئَةٍ حَسَنَةً قَالَ فَيَقُولُ إِنَّ لِي ذُنُوبًا مَا أَرَاهَا قَالَ قَالَ أَبُو ذَرٍّ فَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ

“Pada hari Kiamat seorang lelaki akan didatangkan kemudian dikatakan kepadanya, ‘Sodorkan kepadanya dosa-dosa kecilnya’. Kemudian disodorkanlah dosa-dosa kecil itu kepadanya sementara dosa-dosa besar disembunyikan darinya. Kemudian dia ditanya, ‘Bukankah kamu telah berbuat pada hari ini dan ini, begini dan begini? ‘ laki-laki itu kemudian mengakui dan tidak mengingkarinya karena dia sedih dari dosa-dosa besarnya, maka dikatakan, ‘Gantilah setiap kesalahannya dengan kebaikan.’”

Abu Dzar berkata, “Sesungguhnya aku memiliki dosa yang aku tidak bisa melihatnya.” Abu Dzar melanjutkan, “Sungguh aku dapat melihat Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam tertawa hingga nampak gigi taringnya.”

(Shahiih, HR. Ahmad; dishahiihkan oleh asy Syaikh al-Albaaniy)

Al-Haafizh Ibn Hajar berkata, “yang dimaksud dengan hisab dalam ayat itu adalah ditampakkannya catatan amal. Yaitu ditampakkannya amalan dan diperlihatkan kepada dirinya sehingga pelakunya pun mengetahui dan mengakui dosa-dosa yang telah diperbuatnya. Kemudian Allah pun memaafkan dirinya.”

(Fath al-Bari, 11/455)

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Yang dimaksud hisab yang ringan itu adalah Allah ‘azza wa jalla akan berduaan bersama dengan seorang hamba-Nya yang beriman dan tidak ada orang lain yang ikut menyaksikan dosa-dosanya”

(Syarh Aqidah Ahlis Sunnah, hal. 298) ↩
Disebutkan dalam beberapa hadits bahwa adanya orang-orang yang masuk surga tanpa hisab

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ

“Allah ‘azza wa jalla berfirman:

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ

Kemudian Kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.

(QS Fathir; 32).

فَأَمَّا الَّذِينَ سَبَقُوا بِالْخَيْرَاتِ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Adapun mereka yang lebih dahulu berbuat kebaikan, mereka itulah yang akan masuk surga tanpa hisab,

وَأَمَّا الَّذِينَ اقْتَصَدُوا فَأُولَئِكَ يُحَاسَبُونَ حِسَابًا يَسِيرًا

dan mereka yang pertengahan adalah mereka akan dimudahkan hisabnya.

وَأَمَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ يُحْبَسُونَ فِي طُولِ الْمَحْشَرِ ثُمَّ هُمْ الَّذِينَ تَلَافَاهُمْ اللَّهُ بِرَحْمَتِهِ فَهُمْ الَّذِينَ يَقُولُونَ

Adapun yang menganiaya diri mereka sindiri, adalah mereka akan di hisab selama di Mahsyar, Allah menyelamatkan mereka dengan rahmat-Nya dan ketika itu mereka berkata;

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ إِلَى قَوْلِهِ لُغُوبٌ

Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan kami, sungguh Rabb kami maha pengampun dan dzat yang patut disyukuri.

( QS Fathir; 34)

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ أَلْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ هُمْ الَّذِينَ لَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَتَطَيَّرُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Ada tujuh puluh ribu orang dari umatku yang masuk surga tanpa hisab, yaitu yang tidak meminta diruqyah (pengobatan dengan jampi-jampi, atau mantera), tidak berfirasat sial karena melihat burung dan kepada Rabb mereka (saja), mereka bertawakkal.

(HR. Bukhariy)

Dalam riwayat lain disebutkan:

وَعَدَنِي رَبِّي أَنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعِينَ أَلْفًا لَا حِسَابَ عَلَيْهِمْ وَلَا عَذَابَ مَعَ كُلِّ أَلْفٍ سَبْعُونَ أَلْفًا وَثَلَاثُ حَثَيَاتٍ مِنْ حَثَيَاتِهِ

“Rabbku berjanji padaku untuk memasukkan tujuhpuluh ribu orang dari ummatku tanpa hisab dan adzab, setiap seribunya bersama tujuhpuluh ribu dan tiga tangkup (mengambil dengan dua telapak tangan) dari tangkupan (tangan) Nya.”

(HR. at-Tirmidziy; kemudian beliau berkata: Hadits ini hasan gharib) ↩
Ahlus-Sunnah beriman akan adanya miizaan (timbangan) di hari akhirat, tidak ada perbedaan pendapat mengenai hal ini. Allah ta’ala berfirman :

وَالْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ * وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ بِمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَظْلِمُونَ

“Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang siapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami”

(QS. Al-A’raaf : 8-9)

وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ

“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi (dzarrah) pun pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan”

(QS. Al-Anbiyaa’ : 47).

Dari Abud-Dardaa’, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ما من شيء يوضع في الميزان أثقل من حسن الخلق

“Tidak ada sesuatupun yang diletakkan pada miizaan (timbangan) yang lebih berat daripada akhlaq yang baik”

(Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 2002-2003, Ath-Thayaalisiy no. 978, ‘Abdurrazzaaq no. 20157, Al-Bukhariy dalam Al-Adabul-Mufrad no. 270 & 464, Abu Dawud no. 4799, dan yang lainnya; shahih. Lihat Silsilah Ash-Shahiihah no. 876).

Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

كلمتان حبيبتان إلى الرحمن، خفيفتان على اللسان، ثقيلتان في الميزان: سبحان الله وبحمده، سبحان الله العظيم

“Dua kalimat yang dicintai oleh Ar-Rahmaan (Allah), ringan di lisan namun berat di timbangan yaitu : Subhaanallaahi wa bihamdihi subhaanallaahil-‘adhiim”

(Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6406 & 6682 & 7563 dan Muslim no. 2694, Ahmad 2/232, At-Tirmidziy no. 3463, Ibnu Maajah no. 1264, Al-Baghawiy dalam Syarhus-Sunnah no. 1264, dan yang lainnya).

Timbangan (miizaan) tersebut adalah timbangan hakiki yang mempunyai dua daun timbangan. Berbeda halnya dengan Mu’tazillah yang berpendapat bahwa timbangan tersebut adalah kinaayah pada penegakan keadilan. Namun kita tidak mengetahui kaifiyah timbangan karena hal itu termasuk perkara-perkara akhirat. Kebaikan akan diletakkan pada satu daun timbangan, dan kejelekan akan diletakkan di daun timbangan lainnya

(lihat Syarh Lum’atil-I’tiqaad li-Ibni Qudaamah oleh Asy-Syaikh Shaalih Al-Fauzaan, hal. 209-210).

Umat Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah umat pertama yang akan diperhitungkan (dihisab) dan ditimbang amal perbuatannya.

Dari Ibnu ‘Abbaas : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

نحن آخر الأمم، وأول من يحاسب.

“Kita adalah umat yang paling akhir, namun paling awal diperhitungkan (amal perbuatannya (di hari kiamat)”.

Dikatakan : “Dimanakah umat-umat lain beserta nabinya ?”.

(Beliau menjawab) :

فنحن الآخرون الأولون

“Kita adalah umat yang paling akhir sekaligus paling awal”

(Diriwayatkan oleh Ibnu Maajah no. 4290; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Ash-Shahiihah no. 2374).

Para ulama meenjelaskan bahwa yang akan ditimbang pada hari kiamat adalah amal perbuatan, manusia itu sendiri (shaahibul-‘amal), dan lembaran-lembaran catatan amal

(Diambil dari penjelasan Asy-Syaikh Shaalih bin ‘Abdil-‘Aziiz Aalusy-Syaikh hafidhahullah terhadap kitab Lum’atul-I’tiqaad karya Ibnu Qudaamah rahimahullah yang disampaikan di Masjid Hamzah bin ‘Abdil-Muthallib, Dammam, 1413 H;

Lihat juga Ushuulus-Sunnah oleh Al-Imam Ahmad bin Hanbal, hal. 54, syarh & tahqiq Al-Waliid bin Muhammad An-Nashr; Maktabah Ibn Taimiyyah, Cet. 1/1416

Sumber: blog abul-jauzaa) ↩
Dalilnya:

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

يَخْرُجُ مِنْ النَّارِ وَقَالَ شُعْبَةُ أَخْرِجُوا مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَكَانَ فِي قَلْبِهِ مِنْ الْخَيْرِ مَا يَزِنُ شَعِيرَةً

“Akan keluar dari neraka -sedangkan Syu’bah mengungkapkan-; ‘Keluarkanlah dari neraka’- orang yang mengucapkan, La Ilaha illa Allah (tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah) sedangkan di dalam hatinya terdapat sebagian dari kebaikan yang setara dengan biji gandum (sya’irah).

أَخْرِجُوا مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَكَانَ فِي قَلْبِهِ مِنْ الْخَيْرِ مَا يَزِنُ بُرَّةً

Keluarkanlah dari neraka orang yang mengucapkan, La Ilaha illa Allah (tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah) sedangkan di dalam hatinya terdapat sebagian dari kebaikan yang setara dengan biji gandum (burrah).

أَخْرِجُوا مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَكَانَ فِي قَلْبِهِ مِنْ الْخَيْرِ مَا يَزِنُ ذَرَّةً

Keluarkanlah dari neraka orang yang mengucapkan, La Ilaha illa Allah (tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah) sedangkan di dalam hatinya terdapat sebagian dari kebaikan yang setara dengan biji gandum (dzarrah).”

Syu’bah berkata; “Sesuatu yang setara dengan timbangan dzurrah yang ringan.”

(HR. Tirmidziy; dab beliau kemudian berkata: “Hadits ini Hasan Shahiih”)

Dalam riwayat lain disebutkan;

إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ قَالَ يَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى

“Jika penduduk surga telah masuk surga dan penduduk neraka telah masuk ke dalam neraka, maka Allah Tabaaraka Wa Ta’ala berfirman:

مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَخْرِجُوهُ

‘Barangsiapa yang dalam hatinya terdapat iman seberat biji sawi hendaklah kalian keluarkan, ‘

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

قَالَ فَيُخْرَجُونَ قَدْ امْتَحَشُوا وَعَادُوا فَحْمًا فَيُلْقَوْنَ فِي نَهَرٍ يُقَالُ لَهُ نَهَرُ الْحَيَاةِ فَيَنْبُتُونَ فِيهِ كَمَا تَنْبُتُ الْحِبَّةُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ أَوْ قَالَ فِي حَمِيلَةِ السَّيْلِ

Lalu mereka pun dikeluarkan dalam kondisi yang telah hangus menjadi arang. Kemudian mereka dilemparkan ke dalam sungai yang disebut dengan sungai kehidupan, lalu mereka tumbuh layaknya biji yang tumbuh ditepi saluran air, ”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian bersabda:

أَلَمْ تَرَوْا أَنَّهَا تَنْبُتُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً

“bukankah kalian melihat bahwa mereka tumbuh seakan warna kuning yang melingkar.”

(HR. Ahmad, Bukhariy dll.)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يُخْرَجُ مِنْ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ الْإِيمَانِ

“Akan keluar dari neraka, orang yang di dalam hatinya terdapat iman seberat gandum.”

Abu Sa’id berkata; “Barangsiapa yang ragu-ragu maka hendaklah dia membaca,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ

‘Sesungguhnya Allah tidak akan menzhalimi (walaupun kebaikan) seberat biji gandum.”

(HR. at-Tirmidziy; Abu Isa berkata; ‘Hadits ini hadits hasan shahih.’) ↩
Seperti tercantum dalam firman Allah:

تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepadaNya dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun. (Al-Ma’aarij: 4) ↩
Ibnu Katsir menafsirkan bahwa; sesungguhnya peringatan itu hanya akan bermanfa’at kepada orang-orang mukmin (-karena hanya merekalah yang mau mengikuti peringatan tersebut-)

KISAH TENGGELAMNYA KAPAL TITANIC DI DALAM ALQUR'AN

 
لَقَدۡ كَانَ فِى قَصَصِہِمۡ عِبۡرَةٌ۬ لِّأُوْلِى ٱلۡأَلۡبَـٰبِ‌ۗ مَا كَانَ حَدِيثً۬ا يُفۡتَرَىٰ وَلَـٰڪِن تَصۡدِيقَ ٱلَّذِى بَيۡنَ يَدَيۡهِ وَتَفۡصِيلَ ڪُلِّ شَىۡءٍ۬ وَهُدً۬ى وَرَحۡمَةً۬ لِّقَوۡمٍ۬ يُؤۡمِنُونَ . سُوۡرَةُ یُوسُف ١١١

Firman Allah Yang bermaksud:
“Demi sesungguhnya, kisah Nabi-nabi itu mengandungi pelajaran yang mendatangkan iktibar bagi orang-orang yang mempunyai akal fikiran. (Kisah Nabi-nabi yang terkandung dalam Al-Quran) ia bukanlah cerita-cerita yang diada-adakan, tetapi ia mengesahkan apa yang tersebut di dalam Kitab-kitab agama yang terdahulu daripadanya dan ia sebagai keterangan yang menjelaskan tiap-tiap sesuatu, serta menjadi hidayah petunjuk dan rahmat bagi kaum yang (mau) beriman”.
Dua puluh lima tahun pula sejak ditemukan lokasi karamnya kapal pesiar mewah asal Southhampton ini, belum ada satu penelitian pun yang menelaah secara ilmiah. Tim History Channel, didukung para ilmuwan, arkeolog, dan ahli pencitraan sonar menengok ulang lokasi tenggelamnya Titanic di hamparan Samudera Atlantik. Tak disangka, mereka menemukan puing-puing yang belum pernah terdeteksi sebelumnya. Tentu saja penemuan baru tersebut dapat membantu menguak misteri tenggelamnya kapal yang dijuluki ‘unsinkable’ (tak bisa tenggelam) ini.
Yang menakjubkan lagi, lewat bantuan teknologi sonar yang canggih, seluruh serpihan tersebut direkonstruksi dan dicitrakan ulang hingga membentuk Titanic hologram, sesuai ukuran aslinya, di dalam sebuah hanggar besar.
Penemuan tersebut didokumentasikan History Channel secara apik dalam ‘Titanic: Mystery Solved’.
“Cerita tenggelamnya kapal Titanic telah memukau jutaan orang di seluruh dunia dan diabadikan dalam film tersukses sepanjang sejarah. Masalahnya adalah film tersebut hanya menceritakan kejadian dari sisi kemanusiaan saja. Apa yang mau kami lakukan adalah menengok ulang tragedi ini dari sudut pandang ilmiah dan mengungkap apa yang sebenarnya terjadi pada malam 14-15 April 1912,Image


Kejadian tenggelamnya kapal Titanic adalah sebuah catatan sejarah manusia yang akan terus melegenda. Hingga manusia juga melegendakannya dalam film Titanic. Kapal ini telah diklaim sebagai kapal yang tidak akan tenggelam. Akan tetapi ternyata sang pengatur alam semesta berkehendak lain hingga akhirnya menenggelamkan kapal ini beserta kesombongan manusia.
Apakah kejadian ini ada di dalam Al-Quran? mungkin ya, mungkin juga tidak.
Ada beberapa ayat yang sepertinya berhubungan dan menggambarkan kisah kapal Titanic ini.
Pada halaman itu dikisahkan juga detik-detik kejadian pada saat kapal Titanic itu menabrak gunung es terapung yang akhirnya mengakibatkan kapal Titanic tenggelam.
Berikut saya kutip pada saat artikel ini ditulis dari wiki berbahasa Indonesia:
Pada pukul 23:40 waktu setempat ketika berlayar di selatan Grand Banks di Newfoundland, pengawas Fredrick Fleet dan Reginald Lee melihat bongkahan gunung es yang besar tepat di depan kapal. Fleet membunyikan loceng kapal sebanyak tiga kali dan menelepon dek pengawal memberitahu, “Gunung es, tepat di depan!” Opsir Pertama Murdoch langsung mengarahkan kemudi ke sisi kiri dan mengurangi kecepatan, kemudian mundurkan mesin kapal.
Perhatikan cetak tebal yaitu menit yang menunjukkan waktu kapal tepat pada saat pengawas melihat bongkahan gunung es terapung.
Maka pada menit-menit berikutnya:
Tabrakan ternyata tidak dapat terelakkan, dan gunung es terapung tersebut bergesekan dengan bagian lambung kanan kapal, dan merobek badan kapal di empat bagian pertama dan mematahkan paku baja di bagian bawah kapal yang tertutup permukaan air sepanjang sekitar 91 m (300 kaki). Pintu kedap air baru berhasil menutup rapat saat air sudah keburu memasuki lima bagian kedap air pertama, lebih satu bagian dari apa yang dapat ditahan Titanic agar tidak tenggelam. Berat lima bagian kedap air yang dimasuki air menarik kapal ke bawah melebihi ketinggian dinding kedap air, kemudian air memasuki bagian lain. Kapten Smith, merasakan guncangan hantaman itu, sesampainya ke dek pengawal dan memerintahkan berhenti sepenuhnya. Setelah pemeriksaan oleh pegawai kapten dan Thomas Andrews, sadar bahwa Titanic akan tenggelam, dan setelah tengah malam pada 15 April, perahu penyelamat untuk disiapkan dan panggilan darurat diberitahukan.
Pada menit-menit berikutnya itulah yaitu saat tertabraknya Kapal RMS Titanic dengan gunung es terapung hingga mengakibatkan kapal Titanic tenggelam dan kematian lebih dari 1500 orang. Hal inilah yang sepertinya digambarkan dalam Al-Quran:
QS. Yaasiin (36) : 41-44
41. Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan,
42. dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu.
43. Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami tenggelamkan mereka, maka tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka diselamatkan.
44. Tetapi (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai kepada suatu ketika.
Kapal ini digambarkan penuh muatan mungkin seperti kapalnya Nabi Nuh A.S.
Untuk Kapal Titanic, Allah SWT ternyata berkehendak, “Kami tenggelamkan mereka”, maka tenggelamlah kapal Titanic beserta sebagian besar penumpangnya. Tetapi Allah juga berkehendak, “Kami selamatkan mereka”, sehingga ada juga penumpang yang selamat yaitu sebagian besar wanita dan anak-anak:
Hampir dua jam setelah Titanic tenggelam, RMS Carpathia tiba di tempat kejadian dan mengambil perahu penyelamat pertama. Dalam beberapa jam kemudian, mereka yang masih hidup diselamatkan. Di geladak Carpathia, doa khusyuk yang singkat untuk yang mereka yang terselamatkan dan untuk memperingati mereka yang tewas diadakan, dan pada pukul 08:50 AM, Carpathia menuju ke New York, dan sampai pada tanggal 18 April.
Artinya: “Demi (angin) yang menerbangkan debu dengan sekuat-kuatnya; dan awan yang mengandung hujan; dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah; dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan”. (QS: 051: 3)
 
 
Tepatnya pada tanggal 14 april, tanggal ini merupakan tanggal berkabungnya sebagian anak manusia khusunya manusia yang ada di negeri eropa sana. Sebab pada bulan dan tanggal inilah kapal pesiar yang masyhur dengan sebutan “TITANIC”. Nah sehubungan dengan peristiwa ini, adak hikmah yang besar dibalik semua ini bahkan jauh sebelumnya Al-qur’an telah menjelaskan hal-hal yang berkaitan peristiwa semacam ini, namun sangat sedikit manuisa yang menyadari akan hal ini.
 
KISAH KAPAL-KAPAL YANG MENJADI IKHTIBAR
Sebelum melangka lebih lanjut , hayatilah ayat di atas, umat muslim telah yakin bahwa semua telah diatur oleh sang  pencipta  (Allah) sampai hal sekecil dzarrahpun telah diatur oleh Allah SWT.” kapal-kapal yang berlayar dengan mudah” Itulah sepenggal ayat yang terdapat In the Holy quran. Ayat ini sebagai bukti bahwa kapal-kapal yang berlayar semuanya sudah diatur oleh Allah. Yah kapal lah yang menenggalamnya kurang lebih 1517 jiwa penumpang kapal yang diberi nama Titanic dan kapal pulah lah yang menyelamatkan umat Nabi Nuh, serta Allah menenggalamkan umat Nabi Nuh, saat mereka menuduh Nabi Nuh sebagai orang gila dikarenakan mebuat kapal di atas bukit tinggi. Dalam sastra Allah disebutkan Juga Tuhanmu adalah yang menjalankan kapal-kapal di lautan untukmu…” (QS: 17:  66), masih banyak lagi ayat yang menerangkan hal ini dan sekaligus bukti bahwa Allah yang mengatur segala sesuatu. Masih banyak ayat yang menjelaskan bahwa Allah lah yang memperjalankan kapal-kapal di laut. 
 
Kapal Nabi Nuh, Lalu Kami wahyukan kepadanya: “Buatlah bahtera (Kapal) di bawah penilikan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami telah datang dan tanur telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari tiap-tiap (jenis), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim, karena sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. QS.Al-mukminun Ayat 27).
 
Begitulah Allah  menggambarkan sejarah kisah Nabu Nuh melalui al-Qur’an sebagai bukti bahwa kitab suci ini bukanlah buatan tangan manusia dan benar-benar wahyu dari Allah SWT sehingga kisah masa lampau dan akan datang telah tergambar dalam al-quran. Dengan kapal yang dibuat Nabi Nuh mampu mengangkut pengikut-pengikut Nuh dan sepasang dari tiap-tiap jenis binatang yang ada pada zaman itu termasuk jenis-jenis dinosaur raksasa, menunjukkan betapa besarnya bahtera itu.
 “Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang bersamanya di dalam kapal yang penuh muatan. Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal (QS: 26: 119-120)
 
Sebungan dengan kapal “TITANIC” pada tanggal: 14 April 1912, kapal pesiar kebanggaan industri perkapalan dunia itu bertolak dari pelabuhan international Southampton – Inggris dalam pelayaran eksklusif perdananya membawa kaum-kaum bangsawan dan tokoh-tokoh elit dunia serta bourjois lainnya, setidaknya demikian menurut pengakuan mereka. Dengan kapal raksasa ini yang penuh dengan berbagai fasilitas mewah bahkan kapal pesiar ini bagaikan hamparan bumi yang dilengkapi dengan bioskop, pesta pora, dan lain sebagainya. Maka wajarlah jika para awak kapal pesiar ini merasa sombong dikarenakan sudah dirancang sedemikian rupa sehingga ombak apapun yang datang tak akan pernah menenggalamkan ‘’TITANIC’. Sesuai dengan namanya titanic berarti raksasa. Bahkan sejarah mencatat bahwa salah satu dari awak kapal mengatakan tuhan pun tak akan mampu menenggelamkan kapal ini. Hati mereka telah dibutakan oleh ketakaburan bahwa segala hal yang ada di bumi ini tak ada kekuasaan satupun yang paling kuat kecuali kekuasaan Allah SWT. Maka Allah menenggalamkan kapal “TITANIC” beserta ribuan penumpangnya akibat kesombongan mereka, Titanic tenggelam karena menabrak gunung es hingga terbelah menjadi dua dan menewaskan kurang lebih 1517 jiwa.. Nah begitu pula dengan kisah Nabi Nuh saat mengajak Qon’an anak Nabi Nuh untuk ikut naik ke kapal, namun qon’an mengatakan saya akan naik ke bukit tinggi. Padahal Nabi Nuh telah menjelaskan bahwa bumi akan banjir dan semuanya akan rata dengan air, qon’an tak percaya hal itu maka sebagai buah ketakaburanya ahirnya nyawanya melayang seperti melayangnya  ribuan nyawa penumpang kapal titanic.
 
Hiingga 1 abad genap peristiwa titanic mengingatkanku untuk mengolah menjadi tulisan dikarenakan disampingku terlihat hamparan laut athlantik tempat kapal tersebut tenggelam. Apapun profesi kita dan agama kita jauhkanlah sifat takabur baik saat menjawab soal-soal UN dan lain sebagainya.

Allah memberikan kesenangan hidup kepada mereka yang diselamatkan sampai waktu kematian mereka yang ditentukan.
Untuk kita semua terutama untuk penulis diingatkan: Hanya dengan rahmat yang besar dari Allah lah kita bisa diselamatkan di darat, di udara maupun di lautan. Mintalah pertolongan dan perlindungan hanya kepada-Nya dalam setiap perjalanan hidup, jangan lalai dari pada-Nya, jangan sombong dan bertawakal lah hanya kepada Allah SWT.

Wallaahu a’lam bishshowab.

Dinsdag 23 April 2013

JANGAN PERNAH GALAU

Zaman sekarang berbagai masalah makin kompleks. Entah itu komplikasi dari masalah keluarga yang tak kunjung selesai, masalah hutang yang belum terbayar, bingung karena ditinggal pergi oleh sang kekasih, ataupun masalah-masalah lain. Semuanya bisa membuat jiwa seseorang jadi kosong, lemah atau merana.
“Galau!!” merupakan sebuah kata-kata yang sedang naik daun, di mana kata-kata itu menandakan seseorang tengah dilanda rasa kegelisahan, kecemasan, serta kesedihan pada jiwanya. Tak hanya laku di facebook atau twitter saja, bahkan di media televisi pun orang-orang seakan-akan dicekoki dengan kata-kata “galau” tersebut.
Pada dasarnya, manusia adalah sesosok makhluk yang paling sering dilanda kecemasan. Ketika seseorang dihadapkan pada suatu masalah, sedangkan dirinya belum atau tidak siap dalam menghadapinya, tentu jiwa dan pikirannya akan menjadi guncang dan perkara tersebut sudahlah menjadi fitrah bagi setiap insan.
...Jangankan kita manusia biasa, bahkan Rasulullah pun pernah mengalami keadaan keadaan galau pada tahun ke-10 masa kenabiannya...
Jangankan kita sebagai manusia biasa, bahkan Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam pun pernah mengalami keadaan tersebut pada tahun ke-10 masa kenabiannya. Pada masa yang masyhur dengan ‘amul huzni (tahun duka cita) itu, beliau ditinggal wafat oleh pamannya, Abu Thalib, kemudian dua bulan disusul dengan wafatnya istri yang sangat beliau sayangi, Khadijah bintu Khuwailid.
Sahabat Abu Bakar, ketika sedang perjalanan hijrah bersama Rasulullah pun di saat berada di dalam gua Tsur merasa sangat cemas dan khawatir dari kejaran kaum Musyrikin dalam perburuan mereka terhadap Rasulullah. Hingga turunlah surat At-Taubah ayat 40 yang menjadi penenang mereka berdua dari rasa kegalauan dan kesedihan yang berada pada jiwa dan pikiran mereka.
Jangan Galau, Innallaha Ma’ana!
Allah Ta’ala berfirman, “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kami” (QS. At Taubah: 40)
Ayat di atas mungkin dapat menjadikan kita agar lebih merenungi lagi terhadap setiap masalah apapun yang kita hadapi. Dalam setiap persoalan yang tak kunjung terselesaikan, maka hadapkanlah semua itu kepada Allah Ta’ala. Tak ada satupun manusia yang tak luput dari rasa sedih, tinggal bagaimana kita menghadapi kesedihan dan kegalauan tersebut.
...Allah telah memberikan solusi kepada manusia untuk mengatasi rasa galau yang sedang menghampiri jiwa...
Adakalanya, seseorang berada pada saat-saat yang menyenangkan, tetapi, ada pula kita akan berada pada posisi yang tidak kita harapkan. Semua itu sudah menjdai takdir yang telah Allah Ta’ala tetapkan untuk makhluk-makhluk Nya.
Tetapi, Allah Ta’ala juga telah memberikan solusi-solusi kepada manusia tentang bagaimana cara mengatasi rasa galau atau rasa sedih yang sedang menghampiri jiwa. Karena dengan stabilnya jiwa, tentu setiap orang akan mampu bergerak dalam perkara-perkara positif, sehingga dapat membuat langkah-langkahnya menjadi lebih bermanfaat, terutama bagi dirinya lalu untuk orang lain.
Berikut ini adalah kunci dalam mengatasi rasa galau;
1. Sabar
Hal pertama yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ketika menghadapi cobaan yang tiada henti adalah dengan meneguhkan jiwa dalam bingkai kesabaran. Karena dengan kesabaran itulah seseorang akan lebih bisa menghadapi setiap masalah berat yang mendatanginya.
Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (Qs. Al-Baqarah 153).
Selain menenangkan jiwa, sabar juga dapat menstabilkan kacaunya akal pikiran akibat beratnya beban yang dihadapi.
2. Adukanlah semua itu kepada Allah
Ketika seseorang menghadapi persoalan yang sangat berat, maka sudah pasti akan mencari sesuatu yang dapat dijadikan tempat mengadu dan mencurahkan isi hati yang telah menjadi beban baginya selama ini. Allah sudah mengingatkan hamba-Nya di dalam ayat yang dibaca setiap muslim minimal 17 kali dalam sehari:
“Hanya kepada-Mulah kami menyembah, dan hanya kepada-Mulah kami meminta pertolongan” (QS. Al Fatihah 5).
...ketika keluhan itu diadukan kepada Sang Maha Pencipta, maka akan meringankan beban berat yang kita derita...
Mengingat bahwa manusia adalah makhluk yang banyak sekali dalam mengeluh, tentu ketika keluhan itu diadukan kepada Sang Maha Pencipta, maka semua itu akan meringankan beban berat yang selama ini kita derita.
Rasulullah shalallahi alaihi wasallam ketika menghadapi berbagai persoalan pun, maka hal yang akan beliau lakukan adalah mengadu ujian tersebut kepada Allah Ta’ala. Karena hanya Allah lah tempat bergantung bagi setiap makhluk.
3. Positive thinking
Positive thinking atau berpikir positif, perkara tersebut sangatlah membantu manusia dalam mengatasi rasa galau yang sedang menghinggapinya. Karena dengan berpikir positif, maka segala bentuk-bentuk kesukaran dan beban yang ada pada dalam diri menjadi terobati karena adanya sikap bahwa segala yang kesusahan-kesusahan yang dihadapi, pastilah mempunyai jalan yang lebih baik yang sudah ditetapkan oleh Allah Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya;
“Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Qs Al-Insyirah 5-6).
4. Dzikrullah (Mengingat Allah)
Orang yang senantiasa mengingat Allah Ta’ala dalam segala hal yang dikerjakan. Tentunya akan menjadikan nilai positif bagi dirinya, terutama dalam jiwanya. Karena dengan mengingat Allah segala persoalan yang dihadapi, maka jiwa akan menghadapinya lebih tenang. Sehingga rasa galau yang ada dalam diri bisa perlahan-perlahan dihilangkan. Dan sudah merupakan janji Allah Ta’ala, bagi siapa saja yang mengingatnya, maka didalam hatinya pastilah terisi dengan ketenteraman-ketenteraman yang tidak bisa didapatkan melainkan hanya dengan mengingat-Nya.
...Bersabar, berpikir positif, ingat Allah dan mengadukan semua persoalan kepada-Nya adalah solusi segala persoalan...
Sebagaimana firman-Nya:
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram” (Qs Ar-Ra’du 28).
Berbeda dengan orang-orang yang lalai kepada Allah, yang di mana jiwa-jiwa mereka hanya terisi dengan rasa kegelisahan, galau, serta kecemasan semata. Tanpa ada sama sekali yang bisa menenangkan jiwa-Nya.
Tentunya, sesudah mengetahui tentang faktor-faktor yang dapat mengatasi persoalan galau, maka jadilah orang yang selalu dekat kepada Allah Ta’ala. Bersabar, berpikir positif, mengingat Allah, serta mengadukan semua persoalan kepada-Nya merupakan kunci dari segala persoalan yang sedang dihadapi. Maka dari itu, Janganlah galau, karena sesungguhnya Allah bersama kita

FATWA MUI TENTANG PENYIMPANGAN AJARAN EYANG SUBUR

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa perihal Eyang Subur. Setelah melalui pembahasan intensif, Komisi Fatwa MUI menyebut bahwa Subur menyimpang.

"MUI menyimpulkan bahwa Saudara Subur telah melakukan penyimpangan akidah dan syariah Islam," kata Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Niam dalam keterangan pers yang diterima detikcom, Senin (22/4/2013).

Doktor hukum Islam yang disapa Niam ini menyampaikan keputusan resmi Dewan Pimpinan MUI.

"Ditemukan praktik keagamaan yang bertentangan dari pokok-pokok syariah oleh Saudara Subur, dengan menikahi wanita lebih dari 4 secara bersamaan," urainya.

MUI mendapatkan pengakuan soal penyimpangan pernikahan wanita itu dari keterangan Subur yang datang ke MUI pekan lalu.

"Dibuktikan dengan pengakuan yan bersangkutan dan persaksian dari orang terpercaya," urai Niam.

"Penyimpangan tersebut berdasarkan Fatwa MUI No 17 Tahun 2013 tentang beristri lebih dari 4 dalam waktu bersamaan," tambahnya.

Niam juga menyebut alasan lainnya. Subur terbukti melakukan praktik perdukunan.

"Ditemukan adanya perdukunan dan peramalan oleh yang bersangkutan yang dibuktikan dengan kesaksian sejumlah orang terpercaya dann indikasi kuat yang menunjukkan adanya perdukunan," tutupnya.

Maandag 22 April 2013

BETULKAH JESUS TUHAN

oleh Antonius Widuri dan Bahaudin Mudhary

Dialog Masalah Ketuhanan Yesus
oleh Antonius Widuri dan Bahaudin Mudhary
PENGANTAR
Bismillahirahmannirrahim.
Belakangan ini telah banyak dari jemaah Kristen yang meninggalkan agamanya. Mereka itu berpindah Agama tanpa paksa atau karena imannya digoyang dengan bujuk-bujukan, atau karena lainnya, melainkan dengan kesadaran, antara lain melalui dialog seperti yang terjadi di Sumenep (Madura) antara Kiai Bahaudin Mudhary dengan Saudara Antonius Widuri.
Karena kami memandang perlu dan penting akan jalan dan isinya dialog yang berlangsung dengan ramah tamahnya di Sumenep antara dua tokoh Islam dan Kristen itu, maka kami mengambil keputusan untuk menerbitkannya berupa buku-kecil seperti yang ada ini.
Yang memegang peranan penting dalam dialog itu ialah rasio dan logika yang keluar dari akal yang sehat, sentimen dan dogma tidak mendapat tempat. Karenanya, Saudara Antonius Widuri melihat adanya kebenaran pada Islam, dan melihat dengan terang pula kelemahan-kelemahan pada kitab-kitab Injil. Akhirnya Saudara yang memperoleh hidayah Allah s.w.t. melepaskan agamanya (Kristen), dan memeluk agama Islam.
Sebenarnya masih banyak jemaah Kristen yang mencari kebenaran seperti Saudara Antonius Widuri tersebut, hanya belum menemui jalannya. Bagi mereka itu adalah buku ini dapat digunakan sebagai penunjuk jalan.
Adapun bagi Ummat Islam sendiri yang menemui keadaan dan kenyataan, bahwa mereka masih sering didatangi oleh penginjil-penginjil ke rumah-rumah mereka untuk di Kristenkan, kiranya buku ini dapat dijadikan senjata untuk berdialog dengan mereka. Dan lebih jauh dari pada itu, supaya isi dari buku ini menambah kuatnya iman Ummat Islam, tidak mudah digoncangkan oleh bujukan-bujukan, serta lainnya untuk diajak berpindah agama.
Akhirulkalam semoga buku yang memuat verslag dialog tentang “Ketuhanan Yesus” ini menemui akan maksud penerbitnya.
Wassalam,
Penerbit
A. Musaffa Basjyir
Penerbit Kiblat Centre Jakarta 1981
Versi di atas ini merupakan kumpulan posting dalam milis
di lingkungan ISNET yang diposting oleh:
From: Dwi Santoso
To: “‘Islam’”
ASAL MULA TERJADINYA PERTEMUAN
PERTEMUAN MALAM PERTAMA
Pada malam selasa tanggal 9 Maret 1970, salah seorang santri dari Pesantren Sumenep Sdr. Marzuki mengadakan sekadar selamatan Tahun Baru Islam (1 Muharram tahun Hijriah) yang dihadiri oleh beberapa santri lainnya. Beberapa saat kemudian datang dua orang saudara bernama Markam dan Antonius Widuri (keduanya adalah tim akuntan) yang oleh kantornya Di Jakarta ditugaskan di PN. Garam Kalianget. Saudara Markan berasal dari Padang beragama Islam dan Saudara antonius Widuri berasal dari Jogjakarta beragama Kristen sejak kecil dan memang dari keluarga Kristen Katolik Roma.
Kedatangan saudara Markam dan Antonius Widuri pada selamatan tersebut ingin menemui Kyai Bahaudin Mudhari yang memang sudah dikenal sebelumnya. Oleh kawan-kawan, terutama oleh saudara Marzuki selaku tuan rumah, kedatangan dua saudara ini disambut dengan ramah tamah dan rasa gembira.
Kemudian saudara Markam menerangkan kedatangannya dari Kalianget ke Sumenep menyertai saudara Antonius Widuri, sengaja untuk menemui Kyai Bahaudin Mudhari, berhubung dengan keinginannya yang sudah lama terkandung untuk membandingkan tentang masalah Ketuhanan dalam agama Kristen dan Islam. Juga soal yang berhubungan dengan i’tikat, kepercayaan diantara kedua agama tersebut
Menurut saudara Markam, karena bapak Kyai sedang tidak berada di sini, kalau bisa di lain waktu saja untuk menemui beliau. Akan tetapi sekiranya bapak Kyai dan Tuan Rumah serta saudara-saudara disini tidak berkeberatan, minta supaya diperkenankan untuk menguraikan isi hatinya agar saudara-saudara tidak salah paham, karena hal tsb, hanya dari hai-kehati saja, yakni soal keyakinan pribadi semata-mata.
Kawan-kawan tidak berkeberatan asalkan berkisar soal agama saja, dan tidak ada kata-kata singgungan terhadap siapapun. jadi hanya merupakan soal jawab antara pribadi dengan pribadi saja.
Bapak Kyai Bahaudin menerangkan, sekiranya soal jawab antar pribadi ini tidak selesai malam ini juga, apakah akan dilanjutkan pada malam yang lain. Oleh saudara Markam dan Antonius dijawab bahwa yang penting adalah kepuasan, walaupun memerlukan waktu lama baik siang maupun malam. Kalau begitu menurut Kyai Bahaudin Mudhary, kita dapat menamakan pertemuan ini adalah pertemuan pertama. Dengan catatan pertemuan pribadi semata bukan pertemuan dengan undangan.
Perlu diterangkan dalam soal jawab ini nama-namanya disingkatkan. Huruf: “BM” untuk bapak Kyai Bahaudin Mudhary dan huruf “AW” untuk Antonius Widuri atau Sdr. Markam, karena saudara Markam sering ikut menjelaskan keterangan saudara Antonius.
PERSETUJUAN BERSAMA
BM: Sebelum diadakan pertemuan, saya pandang perlu menentukan sesuatu yang dirasa penting yang patut kita atur terlebih dahulu.
AW: Hal itu kita serahkan saja kepada bapak Kyai bagaimana baiknya pertemuan kita ini.
BM: Apakah tidak sebaiknya pertemuan kita ini dicatat saja dan bila perlu kita gunakan tape recorder untuk dijadikan kenang-kenangan.
AW: Baiklah, kita setuju pendapat bapak Kyai.
BM: Kalau begitu saya akan minta bantuan kepada seorang saudara untuk mencatat pembicaraan kita masing-masing. Dan apakah saudara tidak keberatan hasil pembicaraan kita nanti sekiranya panjang perlu untuk diketahui umum juga, sebaiknya kita jadikan buku (dibukukan).
AW: Buat saya tidak keberatan asal membawa manfaat untuk umum.
BM: Jadi saudara setuju.
AW: Ya sangat setuju.
BM: Terima kasih, sekarang saya ingin menanyakan maksud saudara menemui saya. Dan tadi saudara menyebut tentang agama Kristen dan Islam.
AW: Begini Pak Kyai, secara terus terang dengan hati ikhlas saya sampaikan bahwa saya adalah seorang yang beragama Kristen Katolik. Seringkali juga saya membaca buku-buku agama Islam, dan majalah-majalah Islam, terutama majalah Kiblat yang terbit di Jakarta. Dengan membaca buku-buku dan majalah-majalah tsb, lalu timbul keinginan saya untuk mempelajari dan meneliti agama Islam. Akan tetapi keinginan itu selalu saya sembunyikan saja.
BM: Dimanakah saudara mendapat buku-buku Islam dan majalah Kiblat?
AW: Secara tidak sengaja, saya sering menemukan di meja kawan. Mula-mula saya tidak menghiraukan, karena buku dan majalah tersebut berlainan dengan keyakinan saya. Pada suatu malam saya tidak bisa tidur, padahal saya ingin istirahat, lalu saya mondar-mandir di kamar tidur, keluar masuk kamar, lalu saya lihat majalah Kiblat di atas meja, mungkin kepunyaan kawan yang ketinggalan waktu bertamu ketempat saya. Secara tidak sengaja saya ambil majalah tsb, tanpa kesadaran saya bawa ketempat tidur, lalu saya buka-buka lembaran, mungkin ada bacaan atau cerita-cerita yang dapat mendorong saya tidur. Kemudian pada suatu halaman, saya menjadi terkejut melihat suatu artikel tentang “Kristen,” tanpa pikir saya membacanya. Mula-mula hati saya selaku seorang Kristen merasa tersinggung, akan tetapi seolah-olah ada daya tarik yang memerintahkan saya supaya terus membacanya pada saat itulah secara tiba-tiba muncul dorongan hati saya untuk berpikir dan meneliti kebenaran keyakinan saya. Entah karena apa saya lantas ingin membaca buku-buku Islam dan majalah-majalah islam. Malah seringkali saya cari-cari pinjaman majalah Kiblat pada kawan-kawan yang berlangganan. Makin lama, bertambah timbul dorongan hati saya untuk meneliti ajaran Islam dan Kristen, dan ingin membandingkan tentang ketuhanan antara dua agama tersebut Secara diam-diam saya terus membaca-baca buku Islam disamping membaca kitab Injil yang menjadi keharusan saya selaku pemeluk agama Kristen.
BM: Apakah saudara telah mempelajari Kitab Injil cukup mendalam?
AW: Menurut perasaan saya, Kitab Injil itu telah saya pelajari dan saya anggap cukup mendalam. Ini hanya menurut ukuran kemampuan yang ada pada saya saja. Entah dalam penilaian orang lain.
BM: Kemudian bagaimana kelanjutan keinginan saudara?
AW: Setelah saya meneliti buku-buku Islam dan Kristen yang saya temui maka dorongan hati saya untuk melepaskan keinginan saya tak dapat saya tahan. Lalu saya mulai tanya-tanya tentang agama Islam pada beberapa orang yang saya temui, tetapi keterangannya itu belum ada yang memuaskan hati saya.
BM: Kepada siapa saja saudara bertanya tentang ajaran Islam?
AW: Kepada siapa saja yang saya temui, disamping pembicaraan lain. Jadi saya bertanya-tanya merupakan selingan-selingan dari pada yang menjadi pokok pembicaraan. Jadi tidak secara langsung.
BM: Setelah itu adakah suatu pengaruh pada saudara?
AW: Ya, anehnya saya mulai tidak rajin lagi pergi ke gereja. Mungkin inilah pengaruhnya.
BM: Kemudian bagaimana?
AW: Oleh karena saya tidak merasa puas dari orang-orang yang memberikan keterangan tentang Islam, lalu saya bicarakan kepada saudara Markan. Oleh saudara Markan saya diajak kerumah bapak Kyai Baha. Maka saya perlukan datang kemari diantar oleh saudara Markan.
BM: Mungkin saudara belum mendalam mempelajari kitab Injil. Apakah tidak sebaiknya saudara meneliti kembali ajaran-ajaran agama Kristen sebelum diadakan pertemuan lebih lanjut.
AW: Kalau begitu apakah orang yang bukan pemeluk Islam tidak dibolehkan mempelajari agama Islam?
BM: Bukan begitu, maksud saya agama Islam itu bersikap toleransi terhadap semua agama dan pemeluknya. Memang para pemeluk Islam diwajibkan berdakwah kepada siapa saja yang mau menerimanya. Tetapi Islam melarang pemaksaan pada orang lain untuk memeluk agama Islam.
AW: Akan tetapi, saya pun memeluk agama Kristen bukan karena ikut-ikutan. Pendirian saya setiap orang bebas memilih agama menurut keyakinanya dan berpindah agama menurut keyakinannya pula, yang tentu sebelumnya didahului oleh penelitian dan pertimbangan-pertimbangan yang mendalam sesuai dengan kemampuannya, baik dengan perantaraan buku-buku, Kitab-kitab, maupun soal jawab (diskusi) atau lainnya.
BM: Betul akan tetapi asalkan dengan cara yang wajar sehingga tidak menimbulkan salah penafsiran antara pemeluk suatu agama dan penganut agama yang lain.
AW: Itulah yang saya maksudkan agar kedatangan saya kepada bapak Kyai tidak sampai timbul sangka-sangka dan dugaan-dugaan yang tidak wajar melainkan dengan tujuan mencari kebenaran dalam memeluk suatu agama diatas dasar penelitian dari segi rasio maupun ilmu jiwa, dari segi ilmiah, sehingga menimbulkan keyakinan yang kokoh dalam jiwa saya. Keyakinan yang teguh dan kokoh tentunya tidak mungkin menjadi ikut-ikutan.
BM: Memang seharusnya demikian.
AW: Ada saya jumpai, penganut suatu agama disebabkan karena keturunan karena ayah dan ibunya menganut suatu agama, karena pengaruh pergaulan, lingkungan, pengaruh keadaan atau bisa jadi maksud untuk berlindung atau lainnya. Oleh karenanya saya berani bersumpah bahwa saya tidak termasuk pada orang-orang yang saya sebutkan diatas.
BM: Saya hargai pendirian saudara.
AW: Oleh karena itulah saya menemui bapak Kyai untuk menguraikan isi hati saya yang telah lama saya kandung. Akan tetapi apakah tidak sebaiknya bapak Kyai memberikan waktu kepada saya. Terserah menurut kesempatan bapak Kyai, karena sekarang sudah tengah malam. Akan tetapi sebisa-bisanya secepat mungkin.
BM: Baik, besok malam saja saudara datang lagi, dengan catatan tidak usah memberitahukan dulu pada orang lain. Saya usahakan tempatnya.
AW: Akan tetapi bagaimanakah kalau ada orang yang datang ingin mendengarkan saja.
BM: Pokoknya pertemuan kita usahakan supaya tidak sampai diketahui orang lain, tetapi kalau dipandang perlu saya kira boleh saja, daripada hasil pertemuan kita beritahukan. Sekiranya besok malam ada orang datang hanya ingin mendengarkan, hal itu terserah kepada mereka sendiri, pokoknya kita tidak mengundang mereka dan mereka tidak mengganggu ketertiban dan kelancaran dalam pertemuan kita.
AW: Baiklah, semoga pertemuan kita dapat diatur antara pribadi dengan pribadi bukan untuk umum.
BM: Memang demikianlah rencana saya dan supaya saudara-saudara yang ada disini tahu.
AW: Saya setuju pendapat bapak Kyai.
BM: Adakah saudara mempunyai kitab Injil.
AW: Ya, saya mempunyai kitab: Perjanjian Lama, Perjanjian Baru dan yang berbahasa Inggris “The Holy Bible” dan ada juga kitab bahasa Belanda “Bijbellezingen voor het Huisgezin” dan ada juga “Alkitab” terbitan tahun 1968 dan yang terbitan tahun 1970 dan kitab “Zabur.”
BM: Saya harap kitab-kitab yang saudara sebutkan itu dibawa semuanya besok malam.
AW: Ya saya akan bawa semuanya. Apakah bapak Kyai juga mempunyai kitab tersebut
BM: Dulu pernah mempelajarinya, tetapi dipinjam oleh kawan yang sampai sekarang belum dikembalikan, namun saya telah membacanya.
AW: Kalau begitu saya akan bawa semua kitab-kitab Kristen yang ada pada saya.
BM: Harapan saya memang demikian.
MALAM KEDUA
BM: Sejak kapan saudara beragama Kristen?
AW: Sejak saya dilahirkan.
BM: Apakah saudara benar-benar mempelajari bahwa agama Kristen itu suatu agama yang paling benar?
AW: Ya, memang saya menyadari.
BM: Apakah saudara berkeyakinan bahwa Kitab Injil itu suci?
AW: Ya, saya yakin sekali.
BM: Dari siapakah pengertian saudara bahwa Bibel itu dari Tuhan Yang Maha Suci?
AW: Guru saya menerangkan bahwa Bibel adalah Kitab Suci berisi pengajaran Tuhan Yesus, yang dicatat oleh Rasul-Rasul Matius, Lukas, Yohanes dan Rasul Markus.
BM: Apakah yang dimaksud suci pada Bibel itu mempunyai arti bahwa Bibel Bersih dari pada kesalahan-kesalahan.
AW: Betul demikian. Tetapi kesalahan yang bagaimana yang bapak maksudkan.
BM: Misalnya: Pada suatu saat ada orang mengabarkan pada saudara si A sakit, sedangkan orang lain memberitahukan bahwa pada saat itu si A tidak sakit. Kedua berita itu apakah benar semuanya atau salah semuanya, atau salah satunya yang benar?
AW: Di antara keduanya itu tentu salah satu yang benar atau keduanya salah dan mustahil kedua-duanya benar.
BM: Satu misal lain, si A mempunyai 3 orang anak dan orang lain mengatakan si A mempunyai 10 anak. Apakah dua perkataan itu benar semuanya atau salah semuanya atau salah satu yang benar?
AW: Tidak mungkin benar semuanya, melainkan salah satunya yang benar atau salah semuanya.
BM: Kalau saya mengatakan benar semuanya, bagaimana pendapat saudara?
AW: Itu adalah mustahil, karena ternyata ada perselisihan diantara keduanya.
BM: Andaikata ada suatu kitab suci, akan tetapi ayat-ayat didalamnya diantara yang satu dengan yang lain terdapat perselisihan, apakah kitab itu akan dinamakan Kitab suci?
AW: Tentu bukan kitab suci, karena yang dinamakan kitab suci itu adalah ilham (wahyu) dari Tuhan, yang mustahil terdapat kesalahan atau perselisihan.
BM: Jadi kalau begitu bukan Kitab suci lagi?
AW: Betul, kesuciannya telah batal.
BM: Kalau demikian, tentu isinya tidak dapat dipercaya, kesuciannya atau kebenarannya, karena diantara ayat-ayatnya terdapat perselisihan.
AW: Yang jelas diantara ayat-ayatnya pasti bukan dari Tuhan, atu sudah dicampur adukkan dengan karangan manusia, sehingga kesuciannya ternoda. Ringkasnya sudah tidak suci lagi.
BM: Kalau misalnya Bibel terdapat selisih antara satu ayat dengan ayat lain apakah saudara masih berkeyakinan Bibel itu kitab suci?
AW: Saya tidak yakin kalau Kitab Bibel tidak suci. Terkecuali kalau ada bukti-bukti nyata yang menunjukkan ayat-ayatnya berselisih antara yang satu dengan yang lain, yang dapat menimbulkan keraguan saya tentang kesuciannya. Menurut penelitian bapak, apakah ayat-ayat Bibel ada yang berselisih?
BM: Ya, banyak yang berselisih.
AW: Di Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru.
BM: Dua-duanya terdapat beberapa perselisihan antara satu ayat dengan ayat yang lain.
AW: Di bab apa dan pasal serta ayat berapa?
BM: Supaya berurutan saya atur dalam beberapa pasal: Pertama soal Ketuhanan Yesus, karena soal ketuhanan adalah termasuk kepercayaan pokok pada tiap-tiap agama. Jadi soal ini perlu sekali didahulukan. Sesudah itu kita berpindah kepada soal yang lain yang berhubungan dengan soal agama Kristen yang termaktub dalam kitab Bibel. Bagaimana pendapat saudara?
AW: Baik, saya menyetujui pendapat bapak.
BM: Sekarang saya ingin bertanya, apakah alasan saudara bahwa Yesus menjadi anak Tuhan?
AW: Dalam “Matius,” pasal 3 ayat 17 menyebutkan demikian: “Maka suatu suara dari langit mengatakan: “Inilah anakku yang kukasihi. Kepadanya aku berkenan.” Juga di Lukas pasal 4 ayat 41, bahwa “Yesus itu anak Allah.”
BM: Kalau begitu silahkan buka “Matius” pasal 5 ayat 9.
AW: Baik. Dalam pasal dan ayat itu menyebutkan: “Berbahagialah segala orang yang mendamaikan orang, karena mereka itu akan disebut anak-anak Allah.”
BM: Berdasarkan ayat tersebut yang dimaksudkan ” Anak Allah” itu ialah orang yang dihormati seperti Nabi. Kalau Yesus dianggap anak Allah, maka semua orang yang mendamaikan manusia pun menjadi anak-anak Allah juga. Jadi bukan Yesus saja Anak allah tetapi ada terlalu banyak.
AW: Dalam “Yohanes” pasal 14 ayat 9 disebutkan “Siapa yang sudah tampak Aku, ia sudah tampak Bapa,” dan di ayat 10 disebutkan: “tiadakah engkau percaya bahwa aku ini didalam Bapa, dan Bapapun didalam Aku? Segala perkataan yang aku ini katakan kepadamu, bukanlah Aku katakan dengan kehendak sendiri, melainkan Bapa itu yang tinggal didalam Aku. Ia mengadakan segala perbuatan itu.”
BM: Baiklah. Silahkan saudara periksa “Yohanes” pasal 17 ayat 23.
AW: Baik. Di pasal ini disebutkan bahwa: “Aku di dalam mereka itu, dan Engkau didalam Aku; supaya mereka itu sempurna di dalam persekutuan.”
BM: Perhatikan di ayat ini ada tersusun kata “Aku di dalam mereka.” Kata “mereka” di ayat ini ialah sahabat Yesus. Sedang yang dimaksudkan “dengan aku” ialah Yesus. Jadi kata “AKU” beserta mereka artinya Yesus beserta sahabat-sahabatnya. Jadi Tuhan itu beserta Yesus dan para sahabatnya. Kalau saudara percaya hal kesatuan Yesus dengan Bapa maka saudara pun harus percaya tentang kesatuan Bapa itu dengan semua sahabat Yesus yang berjumlah 12 orang itu. Jadi bukan Yesus dan Roh suci saja yang menjadi satu dengan Tuhan,melainkan harus ditambah 12 orang lagi. Ini namanya persatuan Tuhan atau Tuhan persatuan bukan hanya Tritunggal tetapi 15-tunggal. Jadi berdasarkan perselisihan ayat-ayat tsb, yang manakah yang benar. Tiga menjadi Tunggal atau 15 menjadi Tunggal. Ayat manakah yang akan saudara yakini, yang tiga menjadi tunggal ataukah yang 15 itu?
AW: Tunggu dulu Pak, ini agak membingungkan saya.
BM: Tentu akan lebih membingungkan saudara kalau saya tunjukkan ayat yang lain. silahkan periksa “Yohanes” pasal 17 ayat 3.
AW: Baik! Disini menyebutkan: “Inilah hidup yang kekal, yaitu supaya mereka mengenal Engkau, Allah yang Esa dan Yesus Kristus yang telah Engkau suruhkan itu.”
BM: Di ayat ini menyebutkan Tuhan adalah Esa. Dalam Kamus bahasa Indonesia oleh E. St. Harahap, cetakan ke II disebutkan bahwa Esa itu berarti satu, pertama (tunggal) dan di ayat itu juga disebutkan bahwa Yesus Kristus adalah Pesuruh Allah (Utusan/Rasul). Kalau demikian, manakah yang benar. Di satu ayat menyebutkan Tuhan dengan Yesus menjadi satu di lain ayat 15 menjadi satu dan yang lain lagi Tuhan itu Tunggal, sedangkan di ayat itu pula menyebutkan bahwa Yesus itu pesuruh Allah bukan Tuhan. Menurut pengakuan saudara suatu Kitab suci yang kandungan ayat-ayatnya bertentangan antara yang satu dengan yang lain tentu sulit sekali dipercaya kesuciannya, karena yang disebut suci itu bersih dari kekeliruan dan perselisihan.
AW: Masih adakah ayat yang menyebutkan demikian?
BM: Ayat yang bagaimana yang saudara maksudkan?
AW: Ayat yang menyebutkan bahwa Tuhan itu Esa (Tunggal), bukan tiga menjadi satu.
BM: Silahkan buka di “Ulangan” pasal 4 ayat 35.
AW: Baik. Di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Maka kepadamulah ia itu ditunjuk, supaya diketahui olehmu bahwa Tuhan itulah Allah, dan kecuali Tuhan yang Esa tiadalah yang lain lagi.”
BM: Jelas di dalam Bibel sendiri menerangkan bahwa Tuhan itu Esa, Tunggal.
AW: Tetapi itu di dalam Kitab Perjanjian Lama. Apakah terdapat juga di Perjanjian Baru?
BM: Saudara minta di Perjanjian Baru, baiklah. Silahkan saudara buka Markus pasal 12 ayat 29.
AW: Baik. Di pasal dan ayat tersebut menyebutkan: “Maka jawab Yesus kepadanya. hukum yang terutama ialah: Dengarlah olehmu hai Israel, adapun Allah Tuhan kita ialah Tuhan yang Esa.”
BM: Periksa lagi di Perjanjian Lama di “Ulangan” pasal 6 ayat 4.
AW: Baik, di sini disebutkan: “Dengarlah olehmu hai Israel, sesungguhnya Hua Allah kita, Hua itu Esa adanya.”
BM: Apakah belum jelas bahwa Bibel sendiri yang menjadi Kitab Sucinya Orang Kristen menyebutkan seterang-terangnya bahwa Tuhan itu tunggal, bukan tiga menjadi satu atau satu menjadi tiga. Taruh kata di Bibel ada ayat yang menyebutkan Tuhan itu tiga menjadi satu, saya ingin bertanya yang manakah di antara kedua ayat itu yang benar, yang Tunggalkah atau yang tiga menjadi Tunggal. Jadi salah satu dari dua ayat tersebut pasti ada yang benar, karena sudah jelas dua ayat itu tidak sama. Kalau salah satu atau dua-duanya salah, maka kandungan Kitab suci itu ada yang salah; jadi bukan Kitab suci namanya.
AW: Betul, salah satu pasti salah atau kedua-duanya salah.
BM: Kalau demikian apakah dapat diyakini kebenarannya sebagai kitab suci, kalau kitab suci itu mengandung kesalahan atau tidak benar isinya.
AW: Ya, yang disebut kitab suci itu harus bersih dari kesalahan-kesalahan kalau tidak demikian maka batallah kesucian kitab suci itu.
BM: Menurut kepercayaan saudara, apakah Yesus bersatu dengan Allah?
AW: Ya demikian.
BM: Kalau demikian tentu Yesus adalah selalu bersama Allah dan Allah selalu bersama Yesus?
AW: Betul demikian sebagaimana tersebut dalam “Yohanes” 10, 30 yang bunyinya sebagai berikut: “Aku dan Bapa itu satu adanya.” Demikian juga Roh suci sebab Roh suci itu menjadi satu dengan Yesus, sebagaimana tersebut dalam injil, ialah setelah Yesus berumur 30 tahun turun roh suci kepadanya dan dibaptiskan oleh pembaptis yaitu Yohanes. Jadi jelas bahwa Yesus, Roh suci, Tuhan adalah Tunggal.
BM: Kalau begitu silahkan buka “Matius” pasal 27 ayat 46.
AW: Baik, dipasal dan ayat tersebut menyebutkan: “Maka sekira-kira pukul tiga itu berserulah Yesus dengan suara yang nyaring katanya: “Eli, Eli lama sabaktani,” artinya “Ya Tuhan, apakah sebabnya Engkau meninggalkan Aku.”
BM: Berdasarkan seruan Yesus di ayat itu, jelas bahwa Yesus tidak bersatu dengan Tuhan, yakni Tuhan meninggalkan Yesus, waktu akan disalibkan. Mestinya kalau Tuhan menjadi satu dengan Yesus, disaat itulah saat tepat untuk menolong Yesus, tetapi kenyataannya Tuhan tidak bersatu dengan Yesus sehingga Yesus sendiri minta tolong.
AW: Tetapi Yesus itu hidupnya memang untuk disalib guna menebus dosa manusia.
BM: Kalau hidupnya Yesus memang untuk disalib, mengapa Yesus tidak bersedia dan menolak untuk disalib. Buktinya ia berseru dengan suara nyaring minta tolong pada Tuhan agar ia terlepas dari disalibkan. Dengan kata lain Yesus tidak bersedia selaku penebus dosa.
AW: Betul, saya lantas tidak mengerti mengapa ayat-ayat Bibel itu ada simpang siur.
BM: Dari sebab itulah mengapa saudara menyembah Yesus selaku Tuhan yang tidak berkuasa menyelamatkan dirinya sendiri, malah minta tolong. Pantaskah ada Tuhan demikian. Dan saya lanjutkan pertanyaan, apakah manusia-manusia yang menyalibkan Yesus itu dilaknat?
AW: Pasti dilaknat.
BM: Mestinya tidak dilaknat, malah Yesus harus berterima kasih kepada mereka yang menyalibkan dia, bahkan mereka itu seharusnya mendapatkan ganjaran, karena menurut keterangan saudara, kehidupan Yesus itu harus disalib untuk menebus dosa-dosa. Jika tidak ada manusia yang bersedia menyalibkan Yesus, maka dosa-dosa manusia tentu tidak ada yang menebusnya. Jadi manusia-manusia yang telah menyalib Yesus itu berjasa kepada Yesus dan penganut-penganut kristen. Akan tetapi mereka yang sudah terbukti berjasa itu malah dilaknat. Mestinya mereka itu masuk surga dan dipuji-puji atas jasanya.
AW: Ini memang tidak masuk akal atau sekurang-kurangnya memang sulit dimengerti; akan tetapi Roh Tuhan bersatu dengan Yesus itu tidak mustahil. Sebagaimana banyak manusia yang kesurupan hantu, jin malaikat atau makhluk-makhluk halus lainnya, sehingga tindakan tindakan dan perbuatannya menurut kehendak makhluk halus tersebut. Demikian juga ada yang kemasukan Roh suci seperti roh malaikat sehingga tindakan-tindakan dan perbuatannya adalah suci.
BM: Kalau demikian baiklah saya bikin pertanyaan; Manusia yang bersatu (kesurupan) jin itu apakah dia disebut jin.
AW: Tidak!
BM: Yesus yang bersatu (menerima) Roh Tuhan itu apakah ia disebut Tuhan?
AW: Mestinya tidak juga.
BM: Seharusnya begitu. Jadi jelas bahwa Yesus yang menerima Roh ketuhanan tentunya bukan Tuhan. Manusia yang menerima wahyu Tuhan itu bukan Tuhan melainkan adalah utusan (pesuruh) Tuhan. Sessuai dengan pengakuan Yesus sendiri sebagaimana tersebut dalam “Yohanes’ pasal 17 ayat 3 yang berbunyi: “Supaya mereka itu mengenal Engkau. Allah Yang Maha Esa dan Benar, dan Yesus Kristus yang telah Engkau suruhkan itu.”
AW: Saya lantas tambah tidak mengerti tentang Ketuhanan Yesus itu.
BM: Menurut keterangan saudara tadi, bahwa manusia yang bersatu dengan (kesurupan) makhluk halus seperti roh-roh, jin dan malaikat, maka tindakan dan perbuatannya pasti menurut kehendak atau menyerupai perbuatan makhluk-makhluk halus itu?
AW: Benar begitu.
BM: Kalau demikian maka Yesus yang saudara akui bersatu dengan Tuhan mestinya tindakan-tindakan dan perbuatannya menyerupai perbuatan Tuhan.
AW: Mestinya begitu.
BM: Akan tetapi kenyataannya tidak demikian. Tuhan tidak tidur tetapi Yesus tidur, Tuhan tidak makan tetapi Yesus makan, Tuhan tidak sakit tetapi Yesus sakit, Tuhan tidak menyembah kepada siapapun tetapi Yesus menyembah Tuhan. Tuhan tidak mati tetapi Yesus mati, walaupun menurut Doktrin Kristen hidup kembali tetapi ia mati.
AW: Menurut anggapan orang Kristen salah satu yang mneyebabkan Yesus bersatu dengan Tuhan, karena ia mengetahui yang gaib.
BM: Kalau begitu silahkan buka “Markus” pasal 13 ayat 31, 32.
AW: Baik, ayat itu menyebutkan: “Sesungguhnya langit dan bumi akan lenyap tetapi perkataanku kekal. Tetapi akan harinya atau ketikanya itu tidak diketahui oleh seorang juapun, baik segala malaikat yang di sorgapun tidak, anak itu pun tidak, hanyalah Bapa saja.”
BM: Jelas di Bibel sendiri tertulis, Yesus sendiri mengaku tidak ada yang tahu kapan hari kiamat, melainkan hanya Tuhan sendiri. Jadi tegas Yesus sendiri tidak mengetahui waktunya hari kiamat, yang termasuk suatu yang gaib. Yang tidak tahu itu pasti bukan Tuhan.
AW: Tetapi Yesus menyebutkan dirinya di ayat ini dengan kata: “Anak,” yang berarti ia anak Tuhan.
BM: Silahkan buka “Matius” pasal 1 ayat 16.
AW: Baik. Disitu disebutkan: “dan Yakub memperanakkan Yusuf, yaitu suami Maria; ialah yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.”
BM: Jelas bahwa yang diperanakkan itu pasti bukan Tuhan sebagaimana tersebut dalam ayat tersebut Silahkan periksa lagi “Keluaran” pasal 4 ayat 22.
AW: Baik. Di situ disebutkan: “Maka pada masa itu hendaklah katamu kepada Fir’aun demikian: ‘Inilah firman Tuhan: Bahwa Israil itulah anakku laki-laki,yaitu anakku yang sulung’.”
BM: Di ayat ini disebutkan bahwa Israil adalah anak tuhan yang sulung, sedangkan Yesus tidak disebutkan anak yang keberapa. silahkan buka lagi “Yeremia” pasal 31 ayat 9.
AW: Ayat ini menyebutkan, “Akulah bapak bagi Israil; dan Afraim itulah anak yang sulung.”
BM: Jelas sekali bahwa berdasarkan Bibel sendiri Anak Tuhan itu banyak,bukan Yesus saja, padahal sebenarnya yang dimaksudkan dengan “Anak” dalam ayat itu ialah mereka yang dikasihi oleh Tuhan, termasuk Yesus jadi bukan anak yang sebenarnya.
AW: Tetapi dalam “Matius,” pasal 1 ayat 18, menyebutkan sebagai berikut: “Adapun kelahiran Yesus Kristus demikian adanya: Tatkala Maria, yaitu ibunya, bertunangan dengan Yusuf, sebelum keduanya bersetubuh, maka nyatalah Maria itu hamil dari pada roh kudus.” Roh kudus artinya Roh Tuhan.
Oleh karenanya maka Yesus itu adalah anak Tuhan, sebagaimana juga di “Matius” pasal 1 ayat 20 menyebutkan: “Yusuf bermimpi seorang Malaikat, Tuhan berkata: “Hai Yusuf, anak Daud janganlah engkau kuatir menerima Maria itu menjadi istrimu karena kandungan itu terbitnya dari pada Roh kudus.”
BM: Kalau begitu silahkan buka: “Kisah Rasul,” pasal 6 ayat 5.
AW: Baik, ayat itu menyebutkan: “Maka perkataan ini diperkenankan oleh sekalian orang banyak itu, lalu memilih Stephanus, yaitu seorang yang penuh dengan iman, dan Roh kudus, dan lagi Philippus, dan Prokhorus dan Nikanor dan Simion dan Parmenas dan Nikolaus yaitu mualaf asalnya dari negeri Antiochia.”
BM: Jadi berdasarkan ayat Bibel sendiri menunjukkan bahwa Roh Kudus itu bukan pada Yesus saja. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus itu Roh Suci, atau Roh Kesucian yang maksudnya roh yang bersih dari roh-roh kotor, bukan seperti roh setan atau hantu. Sebagaimana halnya para Nabi lainnya dengan roh sucinya. Menurut Al-Qur’an, Roh Kudus (roh suci) itu berarti “Jibril.” Di Bibel sendiri menyebutkan bahwa para nabi yang terdahulu adalah Kudus.
AW: Di Bibel pasal berapa menyebutkan demikian?
BM: Silahlan periksa surat petrus yang kedua pasal 3 ayat 2.
AW: Baik. pasal dan ayat ini menyebutkan: “Supaya kamu ingat perkataan yang sudah disabdakan, dahulu oleh nabi yang kudus dan akan hukum Tuhan lagi juru Selamat, dengan jalan rasul-rasul yang disuruhkan kepadamu.”
BM: Jelas di Bibel sendiri menyebutkan bahwa Roh Kudus itu bukan Tuhan dengan kata lain bahwa Yesus dalam kandungan Maria itu bukan Tuhan atau Roh Tuhan, melainkan adalah roh bersih, suci, dengan izin atau perintah Allah yang dikaruniakan kepada hamba yang dikehendakinya. Lebih jelas harap saudara periksa dalam “Kisah Rasul,” pasal 5 ayat 32.
AW: Ayat tsb menyebutkan: “Dan kami inilah saksi atas segala perkara itu,” demikian juga Roh Kudus yang dikaruniakan Allah kepada sekalian orang yang menurut Dia.”
BM: Silahkan periksa lagi dalam ‘Lukas’, pasal 1 ayat 41.
AW: Pasal ini menyebutkan bahwa: “Maka berlakulah tatkala Elisabet mendengar salam Maria itu, meloncatlah kanak-kanak yang didalam rahimnya itu dan Elisabet penuh roh kudus.”
BM: Sudah jelas sekali bahwa arti Roh kudus adalah Roh Suci yang dikaruniakan oleh Allah kepada siapapun yang dikehendakinya. Kalau sekiranya Roh Kudus itu diartikan dengan Allah atau Roh Allah maka bukan Yesus saja menjadi Tuhan atau anak Tuhan, melainkan segala orang yang taat kepada Tuhan, para Nabi dan Elisabet (istri Zakaria) pun mestinya Tuhan juga.
AW: Yesus dianggap Tuhan oleh karena ia mempunyai ro Ketuhanan, terbukti dengan pangkat Ketuhannnya sehingga ia dapat menghidupkan orang mati. Inilah kesamaan Allah dengan Yesus.
BM: Kalau begitu, silahkan periksa di “Kitab Raja-raja yang kedua” pasal 13 ayat 21.
AW: Baik, disini ada menyebutkan: “Maka sekali peristiwa apabila dikuburkannya seorang Anu, tiba-tiba terlihat mereka itu suatu pasukan lalu dicampakkannya orang mati itu kedalam kubur Elisa, maka baru orang mati itu dimasukkan ke dalamnya dan kena mayat Elisa itu, maka hiduplah orang itu pula, lalu bangun berdiri.”
BM: Disini menyebutkan malah tulang-tulang Elisa dapat menghidupkan orang mati. Jadi bukan Yesus saja dapat menghidupkan orang mati bahkan tulang-tulang Elisa dapat menghidupkan orang mati. Yang berarti tulang-tulang Elisa adalah tulang-tulang ketuhanan. Kalau Yesus di waktu hidupnya dapat menghidupkan orang mati, akan tetapi Elisa di waktu tak bernyawa, malah hanya dengan tulang-tulangnya, yang di dalam kubur dapat menghidupkan orang mati. Kalau perbuatan Yesus dikatakan ajaib maka Elisa lebih ajaib dari pada Yesus. Jadi seharusnya Ilyaspun dianggap Tuhan juga. Periksa lagi di “Kitab Raja-Raja yang pertama,” pasal 17 ayat 22.
AW: Ya, disini menyebutkan:
“Maka didengar akan Do’a Elisa itu, lalu kembalilah nyata kanak-kanak itu kedalamnya sehingga hiduplah ia pula.”
BM: Kalau secara adil, seharusnya Elisa dianggap Tuhan juga.
AW: Tetapi Yesus dapat menyembuhkan orang buta sehingga melihat.
BM: Kalau begitu periksa “Kitab Raja-Raja yang kedua,” pasal 6 ayat 17 dan 30.
AW: Ya di pasal itu menyebutkan yang maksudnya bahwa Elisa dapat menyembuhkan orang buta, sehingga dapat melihat.
BM: Kalau begitu, Elisa pun harus diangap tuhan juga, karena menyamai Yesus dan menyamai sifat Tuhan.
AW: Sekali lagi Yesus dapat menyembuhkan penyakit lepra (penyakit kusta).
BM: Silahkan periksa kitab Raja-Raja yang kedua pasal 5 ayat 10 dan 11.
AW: Baik. Di pasal dan ayat itu menyebutkan yang maksudnya bahwa Elisa dapat menyembuhkan orang sakit kusta bernama Naaman.
BM: Jadi Elisa pun dapat menyembuhkan orang buta dan penyakit kusta malah dapat menghidupkan orang mati. Mengapa tidak diangkat juga menjadi Tuhan?
AW: Akan tetapi pasal kejadian Yesus tanpa pencampuran laki-laki dengan istrinya. Inilah kelebihan rohnya Yesus daripada rohnya Elisa.
BM: Asal kejadian Nabi Adam tanpa bapak dan ibu. Mengapa Adam tidak dianggap Tuhan. Juga Hawa asal kejadiannya tanpa ibu, iapun bisa dianggap juga Tuhan Wanita.
AW: Tetapi Adam dan Hawa kedua-duanya berdosa.
BM: Kalau begitu Yesuspun berdosa, karena Yesus keturunan Maria, sedang Maria keturunan Adam dan Hawa. Yesus sendiri pernah dibawa oleh Iblis ke puncak gunung. Pantaskah Tuhan dibawa oleh Iblis.
AW: Dimana cerita itu disebutkan?
BM: Di Bibel. Silahkan saudara periksa”Lukas” pasal 4 ayat 5.
AW: Baik. Disitu menyebutkan: “Maka Iblis pun membawa dia ke puncak gunung.”
BM: Nah, suatu kejadian aneh, Tuhan dibawa iblis yang berarti ia tunduk kepada kemauan iblis.
AW: Walaupun demikian Yesus tetap suci daripada dosa.
BM: Para Nabi lainnya pun suci dari pada dosa. Akan tetapi mereka tidak menganggap dirinya selaku Tuhan, malah Yesus sendiripun tidak juga mengaku Tuhan, sedangkan pengikut-pengikutnya mempertuhankan dia.
AW: Tidak demikian, Nabi-nabi berbuat dosa tetapi Yesus tidak.
BM: Nabi-nabi yang berbuat dosa atau kesalahan itu telah bertobat, lalu diberi ampun oleh Tuhan, sebagaimana juga Yesus pernah minta ampun dan diberi ampun oleh Tuhan. Mereka para Nabi diberi ampun, artinya dosanya telah habis karenanya, lalu mereka disebut bersih dari dosa dan kesalahan-kesalahan.
AW: Dimanakah menyebutkan bahwa Yesus merasa ia minta ampun kepada Tuhan?
BM: Silahkan saudara periksa sendiri di “Matius” pasal 6 ayat 12.
AW: Baik, di pasal dan ayat tersebut menyebutkan: “Dan ampunilah kiranya kami segala kesalahan kami, seperti kami ini sudah mengampuni orang yang berkesalahan kepada kami.”
BM: Jelas Yesus sendiri meminta ampun akan kesalahannya. Jadi dia pernah berbuat kesalahan.
AW: Tetapi di ayat ini juga ada menyebutkan bahwa Yesus suka memberikan ampun semua kesalahan orang kepadanya.
BM: Kalau hanya begitu, kitapun bisa. Kitapun bersedia memberikan ampun kepada orang-orang yang berbuat kesalahan kepada kita.
AW: Tetapi tidak ada manusia selain Adam yang dilahirkan kedunia ini tanpa Bapak, melainkan Yesus saja. Jadi masih dapat dibenarkan kalau Yesus disebut “Putera Tuhan” atau “Tuhan Anak.”
BM: Kalau misalnya ada seorang manusia yang dilahirkan tanpa Bapak dan Ibu, maka orang itu pasti akan diakui oleh saudara bahwa ia lebih berhak menduduki jabatan Tuhan daripada Yesus dilahirkan tanpa Bapak saja.
AW: Tetapi dalam sejarah manusia belum pernah ada, dan mustahil adanya.
BM: Kalau kiranya ada, maka yang manakah diantara keduanya yang lebih tinggi derajat Ketuhanannya antara Yesus yang dilahirkan hanya tanpa bapak saja dengan manusia yang dilahirkan tanpa Bapak dan Ibu.
AW: Menurut akal tentunya manusia yang dilahirkan tanpa Bapak dan Ibu itu lebih tinggi derajat ketuhanannya. Oleh karena ia dilahirkan lebih ajaib keadaannya dari pada kelahiran Yesus.
BM: Benarkah demikian pendapat Saudara?
AW: Ya, saya akui, manusia yang demikian lebih ajaib dari pada Yesus; akan tetapi saya minta supaya Bapak tunjukkan di Kitab; dan Bapak harus mengambil dari Kitab yang terkenal, bukan dari buku-buku dongengan atau ceritera-ceritera khayalan saja.
BM: Supaya lekas beres urusan ini, silahkan saudara periksa di Kitab Bibel atau Injil, Kitab Suci saudara sendiri.
AW: Di Bab dan pasal berapakah ada menyebutkan?
BM: Silahkan saudara periksa di “Ibrani” pasal 7 ayat 1, 2 dan 3.
AW: Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan seperti berikut: “Adapun Melkisedek itu, yaitu raja di Salem dan Imam Allah taala, yang sudah berjumpa dengan Ibrahim tatkala Ibrahim kembali daripada menewaskan raja-raja, lalu diberkatinya Ibrahim.”
“Kepadanya juga Ibrahim sudah memberi bahagian sepuluh Esa. Makna Melkisedek itu kalau diterjemahkan, pertama-tama artinya raja keadilan, kemudian pula raja di Salem, yaitu raja damai.” Yang tiada berbapak dan tiada beribu dan tiada bersilsilah, dan tiada berawal.”
BM: Cukup, saudara telah membaca di kitab suci saudara sendiri, bahwa Melkisedek seorang raja di Salem tanpa Bapak dan Ibu, malah tiada silsilahnya. Sesuai dengan pendapat saudara, apakah cerita yang disebutkan dalam kitab suci saudara ini berupa dongengan atau cerita-cerita khayalan. Kalau dikatakan dongeng atau cerita khayalan, maka apakah saudara akan terima kalau ada yang mengatakan bahwa kitab suci saudara ada mengandung cerita-cerita khayalan atau dongengan yang dibuat-buat. Dan kalau saudara masih mempertahankan kesucian kitab saudara itu mengapakah saudara tidak mengangkat Melkisedek menjabat Tuhan juga, malah jabatan ketuhanannya tentunya lebih tinggi daripada Yesus. Dan berpegang dengan pendirian saudara sendiri bahwa kelahiran Melkisedek itu lebih ajaib dari Yesus, oleh karena Yesus dilahirkan tanpa Bapak sedangkan Melkisedek dilahirkan tanpa Bapak dan Ibu. Selain itu Melkisedek masih mempunyai kelebihan lagi daripada Yesus, oleh karena Yesus dilahirkan dengan bersilsilah, yaitu dari Maria, sedangkan menurut Bibel sendiri Melkisedek dilahirkan tanpa silsilah sama sekali. Apakah saudara masih akan mempertahankan ketuhanan Yesus?
AW: Saya lantas tidak mengerti dan menjadi bingung!!
BM: Tidak mengerti itu tidak apa-apa, dan bingung sebenarnya tidak apa-apa, karena kalau sudah mengerti rasa bingung akan lenyap dengan sendirinya.
AW: Ya, saya membenarkan keterangan Bapak. Tetapi dalam kitab Injil Johanes pasal 1 ayat 1 dan 2 menyebutkan: “Maka pada mulanya ada itu Kalam maka Kalam itu, serta dengan Allah, dan Kalam itu Allah, dan kalau itu Allah. Ia itu pada mulanya serta dengan Allah.” Kata “Ia” di ayat ini maksudnya ialah “Yesus.” Jadi Yesus beserta dengan Allah.
BM: Dalam susunan ayat tersebut di atas ada kata penghubung ialah: “Serta” atau beserta. Kalau ada orang berkata “Si Salim dengan si Amin” maka susunan kalimat ini semua orang dapat mengerti bahwa si Salim tetap si Salim bukan si Amin jadi berdasarkan ayat Bibel yang Saudara baca dengan susunan “Ia” (Yesus) beserta Allah, langsung dapat dimengerti bahwa Yesus bukan Allah, dan Allah bukan Yesus. Jelaslah bahwa Yesus tidak sama dengan Allah: dengan kata lain kata Yesus bukan Tuhan. Dan di ayat itu juga disebutkan bahwa Kalam itu Allah. Padahal Kalam itu bukan Allah dan Allah bukan Kalam. Jadi Allah dan Kalam-pun lain.
AW: Bagaimana kalau Yesus disebut saja Anak Tuhan.
BM: Saya sudah jelaskan tentang itu pada saudara dalam pembicaraan kita yang lalu. Dan saudara telah mengakui kebenaran keterangan saya. Sekarang saya tambah, Kalau Tuhan itu beranak, baik anaknya berupa manusia seperti Yesus atau lainnya, maka ke Esa-an Tuhan sudah ternoda karenanya. Sedang kita-pun tidak mungkin menodai ke Esa-an Tuhan.
AW: Tetapi dalam kitab: “Wahyu,” pasal 22 ayat 13 menyebutkan: “Maka Aku inilah Alif dan Ya, yang terdahulu dan yang kemudian. Yang Awal dan Yang Akhir.”
BM: Rangkaian perkataan itu bukan perkataan Yesus sendiri, melainkan firman Allah kepada Yesus. Bukti kebenaran perkataan saya ini silahkan saudara periksa di Kitab “Wahyu” tersebut pasal 21 ayat 6.
AW: Baik, pasal dan ayat ini menyebutkan: “Maka firmannya kepadaku: “Sudahlah genap; Aku inilah Alif dan Ya, yaitu yang awal dan yang Akhir.”
BM: Jelas di ayat itu menyebutkan: “Maka firmannya kepadaku,” Siapakah yang berfirman kepadaku (kepada Yesus) di ayat ini?
AW: Tentu Allah yang berfirman.
BM: Jadi yang berfirman Aku inilah Alif dan Ya, yang Awal dan Yang Akhir, bukan perkataan Yesus sendiri, tetapi firman Allah kepada Yesus.
AW: Di Johanes pasal 8 ayat 58 Yesus berkata: “Sebelumnya Ibrahim aku sudah ada.” Jadi bisa dianggap Yesus itu permulaan.
BM: Kalau Yesus dikatakan “Permulaan.” maka diapun tidak benar. Karena pada mulanya Yesus itu tidak ada, lalu diperanakkan oleh Maria dan sesudah itu Yesus mati. Walaupun ia dikatakan hidup lagi. Dan orang sudah mati itu tidak bisa dikatakan: “seorang yang terkemudian,” dan kalau Yesus itu hidup lagi, tidak bisa dikatakan: “Permulaan,” bukan pula “yang terkemudian,” bukan yang “awal,” maupun: “yang akhir.”
AW: Saya lantas makin tidak mengerti, malah tambah membingungkan saya karena pada mulanya Yesus itu tidak ada, lalu diperanakkan oleh Maria dan sesudah itu Yesus mati. Yang pada mulanya tidak ada, tidak bisa disebut: “permulaan.” Kalau Yesus diperanakkan, mustahil bisa disebut “permulaan” dan kalau Yesus pernah mati, mustahil bisa disebut “yang terkemudian.”
BM: Supaya lebih jelas kepada saudara maka saya hadapkan pertanyaan: Andaikata Yesus itu disebut “permulaan,” maka apa dengan dasar inikah saudara mengakui Yesus itu Tuhan.
AW: Ya, betul begitu.
BM: Kalau demikian, bagaimanakah anggapan saudara, kalau sekiranya dalam kitab suci saudara ada menyebutkan bahwa ada seseorang manusia Yesus, yang tidak ada permulaannya dan tidak ada kesudahannya. Apakah manusia itu akan diakui Tuhan juga oleh saudara.
AW: Di pasal manakah menyebutkan demikian?
BM: Sebelum saya tunjukkan, apakah saudara masih tetap berpendirian akan mengakui Tuhan kepada seorang yang tidak ada permulaan dan kesudahannya, sebagaimana saudara bertuhan kepada Yesus.
AW: Kalau betul ada, tentu saya bimbang atau sekurang-kurangnya meragukan saya atas kebenaran Yesus selaku Tuhan.
BM: Mestinya saudara mengakui Tuhan dua-duanya, dengan lain kata disamping Yesus ada lagi Tuhan Tambahan.
AW: Ya, bisa juga begitu. Akan tetapi tentu saja keyakinan saya lantas tambah tidak karuan. Di pasal manakah ada menyebutkan ada seorang manusia yang tidak ada permulaan dan kesudahannya.
BM: Saya telah katakan dikitab suci saudara sendiri. Silahkan buka Ibrani pasal 7 ayat 2 dan 3.
AW: Baik, seperti tadi sudah saya bacakan sampai baris pertama ayat ketiga dari pasal tersebut sebagai berikut: “Melkisedek yang tiada berbapa dan tiada beribu dan tiada bersilsilah dan tiada berawal dan berkesudahan hidupnya, melainkan ia diserupakan Anak Allah. maka kekallah ia selama-salamanya.”
BM: Bagaimana perasaan saudara dengan susunan ayat ini. Berdasarkan ayat ini bukan Yesus saja yang menjadi permulaan tetapi juga Melkisedek.
AW: Keyakinan saya memang jadi bimbang terhadap Ketuhanan Yesus.
BM: Bimbang atau tidaknya terserah saudara, yang jelas tidak ada niat sama-sekali untuk mengajak saudara meninggalkan Agama Kristen. Yang penting adalah diskusi dan penelitian semata-mata. Meneliti dan menganalisa terhadap sesuatu adalah hak semua orang, asalkan penelitian itu benar-benar tidak mengganggu ketentraman umum.
AW: Terimakasih, dan saya masih akan bertanya lagi pada Bapak; maklumlah saya ini sedang mencari kepuasan yang dapat menimbulkan keyakinan saya dalam memeluk agama.
BM: Silahkan saudara bertanya, keyakinan itu timbul setelah menyelidiki dan meneliti dengan kepuasan. Di dalam Agama Islam tidak ada paksaan. Yang penting menyampaikan (da’wah), tidak lebih dari itu. Teruskanlah pertanyaan saudara.
AW: Setelah kita bersoal jawab tentang Ketuhanan Yesus timbullah keraguan dalam hati saya, namun apakah bapak masih bersedia menunjukkan ayat-ayat Bibel yang menyatakan bahwa Yesus itu bukan Anak Tuhan.
BM: Walau telah saya tunjukkan ayat-ayat Bibel sendiri, tentang pengakuan Yesus sendiri bahwa Tuhan itu Tunggal, namun demi pengharapan saudara akan saya penuhi juga. Akan tetapi apakah tidak sebaiknya kita lanjutkan besok malam saja oleh karena waktu sudah malam (Jam 12.25).
AW: Ya, terima kasih, besok malam saja kita lanjutkan.
========================
PERTEMUAN YANG KETIGA
BM: Sebagaimana kita telah rembuk kemarin malam, apakah akan dilanjutkan juga musyawarah kita ini?
AW: Memang demikian, karena kedatangan kami kemari khususnya untuk melanjutkan pertemuan kita kemarin malam.
BM: Kalau tidak khilaf, pembicaraan kita masih berkisar dalam soal ketuhanan Yesus dalam Bibel.
AW: Betul begitu. Kemarin malam saya mengharapkan agar bapak menunjukkan ayat-ayat dalam Kitab Injil; apakah Yesus itu Tuhan atau bukan.
BM: Kemarin malam, telah saya tunjukkan. Agar berurutan sebaiknya kita ulangi lagi ayat-ayat Injil tersebut, lalu akan saya tunjukkan lagi ayat-ayatnya yang lain; setujukah saudara pendapat saya ini.
AW: Memang sebaiknya begitu, agar berurutan dan bertambah jelas baiklah diulangi lagi.
BM: Silahkan Buka Matius pasal 1 ayat 16.
AW: Baik, dalam pasal dan ayat tersebut menyebutkan: “Dan Yakub memperanakkan Yusuf, yaitu suami Maria ialah yang melahirkan Yesus, yang disebut Kristus.”
BM: Di sini jelas, ayat ini menyebutkan sendiri, bahwa Yesus diperanakkan oleh Maria. Jadi Yesus adalah anak manusia, bukan anak Tuhan, sebagaimana telah saya terangkan dalam pertemuan pertama.
AW: Ya, pada pertemuan pertama bapak telah terangkan dan saya telah mengerti. Menurut pendapat bapak, apakah sebenarnya yang dimaksudkan dengan kata: “Yesus dan Kristus.”
BM: Apakah saudara belum mengetahui arti daripada dua buah kata tersebut?
AW: Saya mengerti. Tetapi hanya untuk mencocokkan saja dengan penafsiran bapak.
BM: Baik, Yesus adalah bahasa Yunani, yang berarti: “Melepaskan,” melepaskan manusia daripada dosa.
AW: Darimanakah adanya keterangan bahwa Yesus itu berarti melepaskan dosa.
BM: Sebetulnya susunan pertanyaan itu timbul dari saya. Tetapi saya mengerti mungkin saudara akan menguji saya tentang Injil, walaupun begitu saya penuhi juga pengharapan saudara. silahkan periksa di Matius pasal 1 ayat 21.
AW: Di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Maka ia akan beranakkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau namakan Dia, Yesus, karena ialah yang akan melepaskan kaumnya dari pada segala dosanya.”
BM: Itulah ayatnya, Arti Kristus ialah Almasih, Sang Sabda, Adil, Ratu Salem dan ada beberapa lagi artinya yang lain: Kata Almasih dalam Injil bahasa Inggris disebut: “Christ the Lord,” didalam Injil bahasa Arab disebut: “Almasih Ar-Robb.” Kata “Lord dan Robb” artinya tuanku, paduka tuan, dan ada juga dengan arti Tuhan, dan lain-lain lagi. Akan tetapi karena Yesus sendiri mengaku bahwa ia bukan Tuhan melainkan utusanNya bagaimana tersebut dalam kitab Injil Johanes pasal 17 ayat 23, dan ia diperanakkan oleh manusia, sebagaimana tersebut dalam Injil Matius pasal 1 ayat 16 dan 21, malah ia sendiri yang berkata dan mengakui bahwa Tuhan itu Esa (Tunggal), sebagaimana disebutkan dalam Injil Markus, pasal 12 ayat 29 dan di ayat-ayat Injil yang lain-lain, maka berdasarkan pengakuan Yesus itu, jelas Yesus itu bukan Tuhan dan bukan anak Tuhan.
AW: Benar yang bapak maksudkan itu.
BM: Selanjutnya harap periksa lagi di Markus pasal 12 ayat 29
AW: Di sini menyebutkan: “Maka jawab Yesus kepadanya: ‘Hukum yang terutama inilah: dengarlah olehmu hai Israil, adapun Allah Tuhan Kita, ialah Tuhan Yang Esa’.”
BM: Jelas bahwa Tuhan itu Esa, artinya satu, Tunggal, jadi Yesus bukan Tuhan sebagaimana telah saya terangkan.
AW: Ya, sudah bapak terangkan kemarin malam.
BM: Periksa lagi Ulangan pasal 4 ayat 35.
AW: Di sini menyebutkan: “Maka kepadamulah Ia itu ditunjuk, supaya diketahui olehmu bahwa Tuhan itu Allah, dan kecuali Tuhan yang Esa tiadalah yang lain lagi.”
BM: Kitab Injil saudara sendiri yang menyebutkan dan Yesus sendiri yang menyampaikan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah yang Esa. Jadi tegas sekali Yesus sendiri tidak mengaku menjadi Tuhan. Inipun telah saya terangkan pada pertemuan kita kemarin malam.
AW: Ya, saya sudah mengerti dan menerimanya.
BM: Periksa lagi di Ulangan pasal 6 ayat 4.
AW: Di Ulangan pasal dan ayat tersebut menyebutkan demikian: “Dengarlah olehmu hai Israil! Sesungguhnya Hua Allah kita, Hua itu Esa adanya.”
BM: Jelas di kitab Injil sendiri menyebutkan Allah itu Esa, Tunggal. Yesus telah mengakui sendiri bahwa dia bukan Tuhan. Bagaimana pendapat saudara. Kaum Kristen mengatakan Yesus itu tuhan, sedangkan Yesus sendiri menolak disebut dirinya Tuhan.
AW: Ya, saya tidak mengerti dan tambah bingung.
BM: Biarlah tidak apa-apa. Marilah kita teruskan lagi. Periksa di Matius pasal 27 ayat 1.
AW: Baik, di sini menyebutkan: “Setelah hari siang, maka segala kepala iman dan orang tua-tua kaumpun berundinglah atas hal Yesus, supaya dibunuh Dia.”
BM: Kalau betul Yesus itu Tuhan, mustahil ada manusia merencanakan untuk membunuh Dia. Silahkan buka lagi di Matius pasal 26 ayat 38.
AW: Di ayat ini ada menyebutkan: “Kemudian kata Yesus kepada mereka itu: ‘Hatiku amat sangat berdukacita, hampir mati rasaku; tinggallah kamu disini dan berjagalah sertaku.’”
BM: Di ayat ini menyebutkan bahwa Yesus amat sangat berduka cita pantaskah ada Tuhan berduka cita. Ini menunjukkan bahwa Yesus bukan Tuhan. Periksa lagi di Lukas pasal 2 ayat 11.
AW: Baik di ayat ini menyebutkan: “Sebab pada hari ini sudah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan itu di dalam negeri Daud.”
BM: Wajarkah Tuhan dilahirkan oleh manusia (Maria). Terus periksa di Johanes pasal 5 ayat 30.
AW: Baik, di sini menyebutkan: “Maka aku tidak boleh berbuat satu apa dari mauku sendiri, Seperti aku dengar begitu aku hukumkan, dan hukumku itu adil adanya, karena tidak aku coba turut mauku sendiri, melainkan maunya Bapa yang sudah mengutus aku.”
BM: Ayat itu Yesus sendiri yang berkata bahwa ia tidak berkuasa berbuat sekehendaknya. Wajarkah Tuhan tidak berkuasa berbuat sekehendaknya. Di ayat itupun Yesus mengaku sendiri bahwa kehendaknya itu menurut kehendak Tuhan yang mengutus dia. Kalau Yesus betul Tuhan, tentu tidak dapat diperintah oleh siapapun. Di ayat ini juga Yesus mengaku, bahwa dia bukan Tuhan melainkan diutus oleh tuhan. Yang diutus itu tentu bukan Tuhan.
AW: Kalau berdasarkan ayat tersebut, memang benar keterangan Bapak.
BM: Kalau begitu jelas bahwa:
Yesus Datang kedunia ini bukan kemauannya sendiri tetapi utusan Tuhan atas kehendak Tuhan, sebagaimana juga Tuhan telah mengutus Nabi-nabi dan rasul-rasul yang lain.
Yesus menghidupkan orang mati bukan maunya sendiri melainkan atas kehendak Tuhan, sebagaimana juga Ilyas dapat menghidupkan orang mati.
Yesus dapat menyembuhkan penyekit kusta (lepra), bukan kehendaknya sendiri, melainkan atas kehendak Tuhan sebagaimana Ilyas dapat menyembuhkan penyakit lepra.
Keterangan saya ini berdasarkan pengakuan Yesus sendiri di ayat tadi bahwa “Tidak aku coba mauku sendiri, melainkan maunya Bapa yang sudah mengutus Aku.”
Apakah Saudara memerlukan lagi ayat-ayat Bibel yang menerangkan pengakuan Yesus sendiri bahwa Ia bukan Tuhan.
AW: Buat saya masih memerlukan lagi, bukankah telah saya sampaikan kepada Bapak, bahwa saya ingin mencari kepuasan dalam meneliti ajaran-ajaran agama, terutama dalam hal Ketuhanan yang hakiki. Tetapi saya ingin bertanya, dan maaf sebelumnya, bagaimanakah bapak bisa hafal diluar kepala tentang ayat-ayat Bibel, dan keistimewaan bapak ini saya merasa kagum.
BM: Itu adalah petunjuk Tuhan. Alhamdulillah saya memang mempelajari bermacam agama, akhirnya saya bertambah yakin akan kebenaran Agama Islam. Kalau saudara merasa kagum kepada saya, maka sayapun lebih merasa kagum lagi kepada saudara selaku pemeluk agama Kristen berhasrat meneliti ajaran-ajaran agamanya. Juga dengan bantuan bapak Markam ini. Baiklah kita lanjutkan, periksa lagi di Ulangan pasal 4 ayat 39.
AW: Baik, di pasal dan ayat ini disebutkan sebagai berikut: “Maka sekarang ketahuilah olehmu dan perhatikanlah ini baik-baik, bahwa Tuhan itulah Allah, baik di langit yang di atas, baik di bumi yang di bawah, dan kecuali ia tiadalah lain lagi.”
BM: Tegas sekali, dikitab Injil sendiri yang menyebutkan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan Yesus sendiri pula yang berkata bahwa tiada tuhan melainkan Allah. Jadi Yesuspun bukan Tuhan. Ayat ini tentu tidak dapat diputar-putar lagi. Kalau ada penganut agama Kristen mengakui Yesus itu Tuhan, maka pengakuannya bertentangan dengan kitab sucinya sendiri, dan bertentangan pula dengan ajaran Yesus.
AW: Tetapi dalam Injil Johanes pasal 10 ayat 38 ada menyebutkan: “Supaya kamu dapat tahu dan percaya, yang Bapa ada di dalam aku, dan aku ada di dalam Bapa.” Ayat ini menunjukkan bahwa Yesus di dalam Tuhan dan Tuhan di dalam Yesus, maksudnya Tuhan dan Yesus itu satu adanya atau singkatnya bahwa Yesuspun Tuhan. Juga dalam Johanes pasal 14 ayat 11 ada menyebutkan: “Percayalah yang aku ini dalam Bapa, dan Bapa dalam aku.”
BM: Kalau saudara berpegang dengan ayat tersebut, bahwa Yesus itu Tuhan, makasaudara harus mengakui juga bahwa Tuhan itu Yesus dan Yesus itu Tuhan.
AW: Tidak demikian, tetapi Yesus dan Tuhan itu satu.
BM: Kalau begitu, saya ingin bertanya: “Di ayat itu ada dua rangkaian kata ialah “Yesus dan Tuhan.” Siapakah yang lebih berkuasa di antara keduanya. Tuhan Bapakah atau Yesus.
AW: Tentu Tuhan Bapa.
BM: Kalau masih ada yang lebih berkuasa dari Yesus, maka Yesus tentu bukan Tuhan, lebih jelas periksa di Injil Johanes pasal 14 ayat 28.
AW: Baik, di ayat ini ada menyebutkan: “Kamu sudah dengar aku bilang, yang aku pergi serta datang kembali sama kamu. Coba kamu cinta sama aku, hati, sebab aku sudah bilang: ‘Yang aku pergi sama Bapa, karena bapaku itu lebih dari aku.’”
BM: Di ayat ini Yesus sendiri mengatakan: “Bapaku itu lebih dari aku,” ini menunjukkan bahwa, kalau Yesus itu Tuhan, maka ialah tuhan yang tidak sempurna, oleh karena masih ada yang melebihi tingkatnya. Yang tidak sempurna itu tentu bukan Tuhan. Harap saudara periksa lagi di Injil Johanes pasal 12 ayat 45.
AW: Baik, di pasal dan ayat tersebut menyebutkan sebagai berikut: “Dan barangsiapa yang melihat aku, dia melihat sama Dia yang mengutus aku.”
BM: Pantaskah tuhan diutus. Kalau Yesus itu Tuhan, mengapa ada Tuhan yang diutus. Maksud ayat tersebut siapa yang melihat Yesus, seolah-olah ia melihat Tuhan yang mengutus Yesus. Jadi perkataan Yesus diatas menunjukkan bahwa ia bukan Tuhan, melainkan utusan Tuhan.
AW: Saya belum meneliti maksud ayat di Johanes pasal 10 ayat 38 dan pasal 14 ayat 11 yang menyebutkan bahwa “Bapa dalam aku dan aku dalam Bapa,” seperti yang telah saya bacakan tadi. Akan tetapi dalam ayat ini saya berpendapat ada dua macam penafsiran:
1. Yesus adalah Tuhan.
2. Berdasarkan Injil Johanes pasal 12 ayat 45 yang kita baca itu menyebutkan, Yesus itu adalah utusan Tuhan. Utusan disini maksudnya selaku Tuhan ia menyampaikan sendiri ajarannya kepada manusia.
BM: Ayat itu bukan berarti mempunyai dua macam penafsiran, tetapi diantara dua ayat tersebut yakni di Johanes pasal 10 ayat 38, dan pasal 14 ayat 11 dan Johanes pasal 12 ayat 45 itu adalah bertentangan. Di satu ayat ditafsirkan Yesus itu Tuhan, dan di ayat lain disebutkan bahwa Yesus itu utusan Tuhan. Jadi di dalam Injil sendiri terdapat ayat-ayatnya antara yang satu dengan yang lain bertentangan. Kita perlu ingat kembali pada pembicaraan kita semula kalau ada kitab suci yang isinya berselisih antara satu ayat dengan ayat yang lain, maka apakah kitab suci itu masih akan dipertahankan kesuciannya?
AW: Betul, kita telah bicarakan hal itu pada pertemuan yang lalu.
BM: Andaikan saudara masih juga mempertahankan ketuhanan Yesus dengan berdasarkan ayat Bibel yang menyebutkan: “Yesus dalam Bapa dan Bapa dalam Yesus” sebagaimana tersebut dalam Johanes pasal 10 ayat 38 dan pasal 14 ayat 11 itu maka saudarapun akan dijawab oleh kitab Injil saudara sendiri, bahwa penafsiran saudara itu tidak benar.
AW: Dimanakah menyebutkan demikian?
BM: Silahkan saudara periksa di Injil Johanes pasal 17 ayat 21.
AW: Di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Supaya semua jadi satu, ia Bapa! seperti Bapa dalam saya dan saya dalam Bapa dan supaya dia orang jadi satu dalam kita, biar dunia percaya Bapa sudah mengutus saya.”
BM: Jelas di ayat ini kalau Yesus sendiri berkata bahwa Yesus dalam Bapa dan Bapa dalam Yesus dan muridnya pun ada dalam Bapa. Kalau begitu harus saudara akui bahwa murid-murid Yesuspun Tuhan juga.
AW: Kalau begitu bagaimana arti yang sebenarnya ayat itu menurut Bapak.
BM: Kalimat, “Bapa dalam saya,” dan muridnya jadi satu dengan kita (Allah dan Yesus) di ayat tersebut maksudnya, supaya Yesus senantiasa tidak melupakan Allah (Bapa) demikian juga muridnya tidak melupakan Yesus dan Allah (Bapa). Dan di akhir ayat tersebut Yesus berkata “biar dunia percaya yang Bapa mengutus saya.” Rangkaian kata-kata ini tegas sekali Yesus mengakui bahwa ia bukan anak Allah, melainkan utusannya, dan teruskan saudara baca di Johanes pasal 17 ayat 23.
AW: Baik, ayat tersebut menyebutkan: “Saya dalam dia orang, dan Bapa dalam saya, supaya dunia boleh tahu yang Bapa sudah mengutus saya.”
BM: Apakah susunan ayat tersebut belum jelas bahwa Yesus sendiri yang berkata dan mengaku bahwa ia bukan Tuhan, melainkan utusan Tuhan. Apakah saudara masih belum puas tentang ayat-ayat Injil yang menunjukkan bahwa Yesus bukan Tuhan, karena saya anggap telah cukup banyak tunjukkan kepada saudara.
AW: Sebagaimana telah saya sampaikan kepada bapak, saya ingin kepuasan. Sebetulnya keterangan-keterangan bapak telah memuaskan saya, namun demikian kalau masih ada ayat-ayatnya lagi harap bapak tunjukkan.
BM: Baik saya penuhi pengharapan saudara silahkan saudara periksa di kitab Samuel yang kedua pasal 7 ayat 22.
AW: Pasal dan ayat tersebut menyebutkan sebagai berikut: “Maka sebab itu besarlah Engkau, ya Tuhan Allah karena tiada yang dapat disamakan dengan dikau dan tiada Allah melainkan Engkau sekedar yang telah kami dengar dari telinga kami.”
BM: Di ayat ini jelas bahwa Yesus sendiri menghadapkan kata-katanya kepada Allah, bahwa tiada yang dapat disamakan dengan Allah. Jadi Yesus sendiri mengakui bahwa dirinya tidak sama dengan Tuhan, dengan kata lain ia bukan Tuhan dan ditengah-tengah ayat itu Yesus sendiri berkata: “Tiada Allah melainkan engkau.” Jadi Yesus termasuk yang lain, yakni ia bukan Tuhan Allah. Rangkaian ayat tersebut, Yesus sendiri yang berkata bahwa, “tiada Tuhan melainkan Allah” mengapa kaum kristen mengangkat Yesus selaku Tuhan. Silahkan periksa lagi Injil Yahya pasal 17 ayat 8.
AW: Baik, sebutan ayat tersebut adalah sebagai berikut: “Karena segala firman yang telah Engkau firmankan kepadaku, itulah Aku sampaikan kepada mereka itu, dan mereka itu sudah menerima dia, dan mengetahui dengan sesungguhnya bahwa Aku datang dari Ada-Mu, dan lagi mereka itu percaya bahwa Engkau yang menyuruh aku.”
BM: Di ayat ini Yesus sendiri berkata bahwa ia menerima firman dari Allah. Kalau Yesus Tuhan, tentunya tidak membutuhkan firman dari siapapun juga. Di akhir ayat itu juga Yesus sendiri berkata bahwa “Engkaulah yang menyuruh aku.” Jadi Yesus itu bukan tuhan, melainkan pesuruh Tuhan, sebagaimana Nabi-nabi dan utusan-utusan Allah yang lain-lain juga. Teruskan saudara periksa Injil Matius pasal 26 ayat 2.
AW: Baik, disini menyebutkan: “Kamu memang mengetahui bahwa dua hari lagi akan ada hari raya Paskah, dan Anak manusia akan diserahkan supaya ia disalibkan.”
BM: Yang dimaksud dengan anak manusia di ayat itu ialah Yesus sendiri. Jadi jelas Yesus mengakui bahwa ia bukan anak Tuhan, melainkan anak manusia. Lanjutkan periksa Injil Matius pasal 5 ayat 45.
AW: Baik, ayat ini menyebutkan: “Supaya kamu menjadi anak-anak Bapamu yang disurga…”
BM: Cukup sampai di situ. Di ayat ini saudara saksikan sendiri, bahwa Yesus sendiri yang berkata kepada murid-muridnya, supaya kamu menjadi anak-anak bapamu yang di surga; yakni apabila murid-muridnya taat atas perintah-perintah Tuhan, menurut Yesus mereka akan jadi anak Tuhan juga. Berdasarkan ayat Bibel tersebut tentunya anak tuhan akan menjadi banyak jumlahnya, bukan Yesus saja.
AW: Tetapi di Injil Johanes pasal 1 ayat 34 menyebutkan: “Maka aku sudah melihat itu, serta bersaksi yang dia inilah anak Allah.” Juga di Injil Matius pasal 3 ayat 17 menyebutkan: “Maka suatu suara dari langit mengatakan: ‘Inilah Anakku yang kukasihi, kepadanya aku berkenan.’”
Di Injil Lukas pasal 1 ayat 32 juga menyebutkan: “Maka ia akan menjadi besar, dan Ia akan dikatakan anak Allah yang Maha Tinggi, maka Allah, Tuhan kita akan mengaruniakan kepadanya takhta Daud, nenek moyangnya itu.” Di Ibrani pasal 4 ayat 14 menyebutkan: “Sedangkan ada kepada kita seorang Imam Mahabesar yang sudah melintas segala langit, yaitu Yesus Anak Allah, maka hendaklah kita memegang pengakuan itu.”
Dan masih banyak lagi ayat-ayat Bibel yang menerangkan bahwa Yesus Anak Allah. Kalau Bapak memerlukan akan saya tunjukkan ayat-ayatnya.
BM: Saya mengerti, bahwa ayat-ayat Bibel yang menyebutkan Yesus Anak Allah sebagaimana tersebut di:
Matius : Pasal 3 ayat 17, pasal 4 ayat 3, pasal 14 ayat 33, pasal 26 ayat 63 dan Pasal 16 ayat 17.
Johanes : Pasal 3 ayat 16, pasal 1 ayat 34 dan 40, pasal 17 ayat 1, pasal 19 ayat 7, pasal 16 ayat 27 dan ayat 30, pasal 15 ayat 23 dan beberapa ayat lainnya di Johanes.
Rum : Pasal 1 ayat 9, pasal 5 ayat 10, pasal 8 ayat 3, pasal 29 ayat 32.
Galitiah: Pasal 1 ayat 16, pasal 4 ayat 4 dan 6.
Lukas : Pasal 1 ayat 32 dan 35, pasal 3 ayat 22, pasal 4 ayat 3 dan 9, pasal 4 ayat 43 dan 41.
Ibrani : Pasal 1 ayat 2,5 dan 8, pasal 3 ayat 6, pasal 4 ayat 14, pasal 5 ayat 5 dan 8.
Matius : pasal 2 ayat 15, pasal 3 ayat 17, pasal 4 ayat 3 dan ayat 6, pasal 14 ayat 33, pasal 26 ayat 63, pasal 16 ayat 17.
Korintus I: Pasal 1 ayat 9. Dan masih ada beberapa ayat lain di kitab Injil yang menyebutkan Yesus itu Anak Allah tetapi maksudnya bukan anak Allah yang sebenarnya, karena Yesus sendiri mengaku di kitab Injil bahwa ia adalah utusan Allah, bukan Anak Allah. Dan ia sendiri berkata: “anak manusia” bukan anak Tuhan. Jadi jumlah ayat-ayat di kitab Injil yang menyebutkan Yesus itu anak Allah tidak menjamin kebenarannya bahwa ia anak Allah betul-betul, sebagaimana kita sering mendengar ucapan-ucapan “Anak Kapal,” “Anak Sekolah,” tidak berarti bahwa kapal dan sekolah itu beranak, melainkan mempunyai arti bahwa orang itu selalu terikat oleh peraturan-peraturan kapal dan pelajaran-pelajaran di sekolah. Periksa lagi Yahya pasal 5 ayat 30.
AW: Ayat tersebut demikian bunyinya: “Suatu pun tidak aku dapat berbuat menurut kehendakku sendiri melainkan aku menjalankan hukum sebagaimana yang aku dengar, dan hukumku itu adil adanya, karena bukannya aku mencari kehendak diriku, melainkan kehendak Dia yang menyuruhkan aku.”
BM: Di sini jelas sekiranya Yesus itu Tuhan, tentu dapat berbuat sekehendaknya sendiri. Tetapi di Bibel sendiri menyebutkan bahwa perbuatan Yesus itu adalah kehendak Tuhan. Dan sekiranya Yesus itu Tuhan, tentunya tidak ada yang mengutus. Mustahil Tuhan menjadi utusan Tuhan, atau dengan lain kata “Utusan Tuhan itu adalah Tuhan,” bisakah terjadi demikian.
AW: Sudah jelas dan terima kasih.
BM: Silahkan periksa lagi di Yahya pasal 3 ayat 13.
AW: Baik, disini menyebutkan: “Seorang pun tiada naik kesurga, kecuali ia yang sudah turun dari surga, yaitu anak manusia.”
BM: Jelas di Bibel sendiri menyebutkan bahwa Yesus sendiri adalah anak manusia bukan anak Tuhan.
AW: Betul berdasarkan ayat tersebut Yesus adalah anak manusia.
BM: Periksa lagi di Matius pasal 27 ayat 30.
AW: Baik, disini menyebutkan: “Maka mereka itupun meludahi Dia, serta mengambil buluh itu memalu kepalanya.”
BM: Kalau Yesus itu betul Tuhan, bagaimana Tuhan bisa diludahi dan diperolok-olokkan. Mengapa ada Tuhan yang begitu lemah. Sesuai dengan pengharapan saudara supaya puas dengan soal ketuhanan Yesus menurut Bibeldan perkataan Yesus sendiri ada menyebutkan Ia bukan Tuhan, sekali lagi periksa di Matius pasal 21 ayat 18 dan 19.
AW: Baik, di sini menyebutkan: “Pada pagi-pagi harinya, apabila Ia kembali kenegeri itu, ia merasa lapar. Serta dipandangnya sepohon ara di sisi jalan, pergilah ia kesitu dan didapatinya suatu apapun tiada dipohon itu, melainkan daun sahaja. Lalu berkatalah Ia kepadanya: ‘Janganlah jadi buah dari padamu lagi selama-lamanya. Maka dengan seketika itu juga layulah pohon ara itu.’”
BM: Kalau Yesus itu Tuhan tentu ia tidak akan mengutuk pohon itu supaya tidak berbuah melainkan ia akan menciptakan buah pada pohon itu dengan kekuasaannya selaku Tuhan. Akan tetapi pohon yang tidak berbuat kesalahan apa-apa kepada Yesus dan pohon yang tidak tahu apa-apa itu malah dikutuk oleh Yesus. Wajarkah Tuhan mengutuk makhluk yang tidak bersalah. Padahal kalau betul Yesus itu Tuhan tentu Ia berkuasa menciptakan pohon itu supaya mengeluarkan buahnya seketika itu juga, tidak lalu mengutuknya.
AW: Bapak hafal betul tentang ayat-ayat di Kitab Injil, jadi sudah jelas berdasarkan ayat-ayat Injil yang bapak sebutkan dan dikuatkan lagi dengan beberapa ayat lainnya, nyatalah bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan.
BM: Persoalan Yesus anak Tuhan itu telah kita bicarakan pada pertemuan pertama, dan sudah dibereskan oleh Injil sendiri yang menyebutkan bahwa selain Yesus masih banyak lagi beberapa manusia yang harus diakui Anak Tuhan, dan seharusnya mereka itu diakui juga oleh golongan Kristen, menjabat anak tuhan, bukan Yesus saja, karena berdasarkan Kitab Injil sendiri anak Tuhan itu banyak.
AW: Ya betul kita telah bicarakan tentang itu.
BM: Supaya lebih Jelas, baiklah saya ulangi, di Injil ada menyebutkan bahwa:
1. Daud anak Allah yang sulung (Mazmur, pasal 89 ayat 27)
2. Yakub (Israil) adalah anak Allah yang Sulung (Keluaran pasal 4 ayat 22 dan 23)
3. Afraim adalah anak Allah yang Sulung (Yeremia pasal 31 ayat 9)
Jadi Daud anak Allah yang sulung, Yakub anak Allah yang sulung, dan Afraim juga anak Allah yang sulung. Ketiga-tiganya atau kesemuanya adalah anak sulung. Yang manakah yang betul-betul sulung. Apakah ayat ini benar semuanya atau salah semuanya. Karena itu saya jelaskan bahwa Anak Allah yang tersebut dalam Bibel itu, tidak berarti anak Allah yang sebenarnya melainkan maksudnya ialah kekasih Allah, atau mereka yang taat kepada perintah-perintah Tuhan.
AW: Saya sudah mengerti terima kasih.
BM: Tetapi saudara mungkin belum mengerti betul tentang arti “Anak dan Bapa” dalam bahasa Ibrani, atau susunan bahasa yang terpakai dalam Bibel.
AW: Kalau begitu bagaimanakah arti yang sebenarnya.
BM: Dalam bahasa Ibrani kata “Bapa” itu dipakai buat Tuhan, sedangkan kata “anak” dipakai buat mereka yang dihormati, seperti para Nabi dan para Rasul.
AW: Dasar apakah yang dipergunakan oleh Bapak tentang keterangan itu.
BM: Saya sudah sebutkan pada pertemuan yang pertama ialah tersebut dalam Injil Matius.
AW: Saya tidak ingat, di pasal dan ayat berapa.
BM: Silahkan buka Matius, pasal 5 ayat 9.
AW: Baik, di sini disebutkan: “Berbahagialah segala orang yang mendamaikan orang karena mereka itu akan disebut anak Allah.”
BM: Jelas siapa saja mendamaikan manusia akan disebut akan menjabat “Anak Allah,” kalau begitu anak Allah itu ratusan, ribuan malah mungkin jutaan orang, jadi bukan Yesus saja.
AW: Apakah tidak sebaiknya kita lanjutkan besok malam saja, karena sudah larut malam.
BM: Terserah saudara, tetapi baiklah besok malam saja kita lanjutkan.
=====================
PERTEMUAN YANG KE EMPAT
Yesus Penebus Dosa
BM: Betulkah Kepercayaan Kristen bahwa datangnya Yesus adalah untuk menebus Dosa.
AW: Memang demikian.
BM: Dimanakah menyebutkan
AW: Dalam kitab Perbuatan Rasul-rasul pasal 5 ayat 31
BM: Tolong bacakanlah.
AW: Baik, di sini ada menyebutkan: “Ia inilah ditinggalkan oleh tangan kanan Allah menjadi Raja dan Juru Selamat akan mengaruniakan tobat kepada Bani Israil dan jalan keampunan dosa.”
BM: Susunan kata ini diucapkan oleh Petrus, bukan perkataan Yesus dan bukan wahyu dari Tuhan.
AW: Tetapi dalam Injil Lukas pasal 2 ayat 10 dan 11 juga ada menyebutkan.
BM: Bacakanlah.
AW: Disini menyebutkan: “Maka kata malaikat itu kepada mereka itu: ‘Jangan takut, karena sesungguhnya Aku memberikan kepadamu suatu kesukaan besar yang akan jadi bagi segenap kaum. Sebab pada hari ini sudah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan itu, di dalam negeri Daud.’”
BM: Malaikat itu berkata kepada siapa menurut ayat itu.
AW: Di Lukas pasal 2 ayat 8 dan 9 menyebutkan bahwa malaikat berkata kepada orang gembala yang tinggal di padang, menjaga kawan binatangnya pada waktu malam.
BM: Tidak ada keterangan bahwa yang berkata itu malaikat, dan tidak ada pernyataan dari orang gembala sendiri mengenai peristiwa tersebut.
AW: Buat saya tidak perlu memeriksa lebih mendalam lagi, karena di Injil menyebutkan Yesus adalah Juru Selamat dan penebus dosa, itu sudah cukup.
BM: Baik, kalau saudara tidak perlu memeriksa kembali ayat tersebut tidak apa, saya ikuti kemauan saudara, namun saya ingin memberitahukan kepada saudara, bahwa dalam kitab Kisah Rasul pasal 5 ayat 31 yang saudara baca tadi ada menyebutkan bahwa Yesus, hanya penebus dosa bagi Bani Israil saja, bukan untuk semua manusia. Dan saudara sendiri selaku penganut agama Kristen tentunya tidak tertebus dosanya oleh Yesus, oleh karena saudara bukan turunan Bani Israil. Demikianlah kalau saudara betul-betul berpegang pada Kitab Suci saudara kitab Injil saudara, yang telah saudara baca sendiri.
AW: Diwaktu itu mungkin hanya Bani Israil saja yang ada. Karena itulah Yesus berkata begitu, tetapi pada hakekatnya untuk semua manusia.
BM: Kalau benar sanggahan saudara, silahkan saudara buka di Matius pasal 1 ayat 21.
AW: Baik, di Matius pasal 1 ayat 21 menyebutkan: “Maka Ia akan beranakkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau menamakan Ia Yesus, karena Ia-lah yang akan melepaskan kaumnya dari pada segala dosanya.”
BM: Apakah belum Jelas, Bibel sendiri yang menerangkan bahwa kedatangan Yesus hanya untuk melepaskan dosa kaumnya saja bukan untuk semua manusia, sebagaimana kita telah bicarakan.
AW: Akan tetapi dapat juga saya artikan: “Kaum” itu dengan “Bangsa,” ialah bangsa manusia. Jadi yang dimaksudkan ialah untuk semua bangsa.
BM: Dengan dasar apa saudara memberi arti begitu. Di Bibel sendiri nyata-nyata menyebutkan dengan kata “Kaumnya.” Taruh kata saudara alihkan kata: “Kaum” dengan arti “Bangsa,” maka yang demikianpun tidak dapat diartikan lain, kecuali hanya bangsanya Yesus sendiri saja ialah bangsa Ibrani (Israil).
AW: Saya masih belum yakin keterangan bapak selama di Bibel sendiri tidak menyebutkan dengan tegas, bahwa kedatangan Yesus untuk Bani Israil saja.
BM: Sekiranya di Bibel ada menyebutkan, betulkah saudara akan menjadi yakin, bahwa kedatangan Yesus itu bukan untuk semua bangsa.
AW: Ya, saya yakin, dan demikianlah pendapat saya.
BM: Apakah saudara sudah periksa di Bibel.
AW: Saya sudah periksa, tetapi saya tidak hafal ayat-ayat Bibel yang ratusan malah mungkin ribuan ayat itu.
BM: Kalau begitu, silahkan periksa Injil Matius pasal 15 ayat 24.
AW: Baik, disini menyebutkan: “Maka jawab Yesus, katanya ‘Tiadalah aku disuruhkan yang lain hanya kepada segala domba yang sesat diantara Bani Israil.’”
BM: Bukankah ayat ini sudah jelas, dan tidak bisa diputar-putar lagi, Yesus sendiri mengakui bahwa ia di Utus untuk Bani Israil saja, bukan untuk semua manusia atau lain. Jadi kalau penganut Yesus (umat Kristen) yang bukan golongan Bani Israil, tentunya tidak termasuk umatnya Yesus, dan dosanya tidak bisa ditebus/tertebus, karena Yesus hanya menjadi Juru Selamat untuk Bani Israil saja, sedangkan saudara sendiripun bukan dari golongan Bani Israil.
AW: Ya, kalau demikian bagi saya agak repot. Entah bagaimana ini semestinya.
BM: Nah, kalau begitu orang bisa berpendapat apakah faedahnya orang-orang Kristen menyebarkan agamanya kepada manusia yang bukan Bani Israil. Sedangkan Yesus sendiri tidak berbuat demikian. Apakah cara yang demikian tidak bisa dinamakan melangkahi ajaran Yesus. Dan di Injil Matius yang saudara baca baru-baru ini ada menyebutkan juga susunan kata Yesus sendiri “Tiadalah aku disuruhkan kepada yang lain.” Jelas disini Yesus sendiri ia mengakui ia disuruh. Kalau Yesus itu dikatakan Tuhan, maka pantaskah Tuhan itu jadi pesuruh. Jadi Yesus itu bukan Tuhan, melainkan pesuruh Tuhan sesuai dengan pengakuan Yesus sendiri, yang menyebutkan dalam Kitab Injil saudara sendiri.
AW: Betul begitu, akan tetapi maaf terlebih dulu apakah misalnya tidak mungkin ayat itu ada salah cetak. Ini hanya kira-kiraan saya sendiri saja, tetapi sekali lagi saya minta maaf.
BM: Tidak apa saudara bersikap ragu-ragu, tetapi untuk menghilangkan keragu-raguan baiklah kita periksa kitab yang berbahasa Belanda ini yang kebetulan saudara bawa. Kitab ini berjudul: “Bijbellezingen voor het Huisgezin.” Setujukah saudara.
AW: Baiklah, dan memang demikian maksud kami sebelumnya, agar dapat kita periksa bersama-sama apakah ayat Bibel yang berbahasa Indonesia, ada bersamaan maksudnya dengan yang berbahasa Belanda.
BM: Silahkan saudara periksa di bab: “De onderdanen van het koningrijk” halaman 834, ayat 12 apakah sudah diketemukan ayatnya.
AW: Sudah ini dia.
BM: Nah mari kita periksa, di ayat ini menyebutkan: “Toen de vrouw van Kanaan tot Christus kwan, Hem om smehende haar dochter te genezen, wat zei Hijtoen?. Maar Hij antwoordende, zeide: ‘Ik ben niet gezenden dan tot de verloren schapen van huis Israel.’” Kalau kita salin kedalam bahasa Indonesia: “Ketika seorang perempuan dari Kanaan datang di hadapan Kristus mengemis-mengemis padanya supaya mengobati (menyembuhkan) anaknya, lalu apakah katanya?. Maka jawab Yesus, katanya: ‘Tiadalah aku disuruhkan yang lain, hanya kepada segala domba yang sesat dari antara Bani Israil.’”
AW: Yah terus terang saja, tampaknya pendirian saya sudah mulai condong kepada keterangan-keterangan bapak.
BM: Alhamdulillah, saya bersyukur, karena saudara sudah tambah bimbang dalam keyakinan saudara. Pada pertemuan yang lalu, kita sudah membaca susunan ayat di Injil Matius pasal 26 ayat 1 dan 2.
AW: Betul saya ingat, saya akan menjelaskan ayat tersebut.
BM: Baik, kalau saudara masih merasa perlu memberikan penjelasan.
AW: Saya akan bacakan lagi bunyi ayat tersebut.
BM: Baik, pada pertemuan yang lalu telah saya terangkan. Mungkin saudara masih perlu membantah (membantah keterangan saya tersebut). Silahkan saudara membacanya.
AW: Ayat tersebut berbunyi sebagai berikut: “Setelah Yesus menyudahi ucapan itu, maka bertuturlah pula ia kepada murid-muridnya: ‘Kamu memang mengetahui bahwa dua hari lagi akan ada hari raya Paskah, dan Anak manusia akan diserahkan supaya ia disalibkan.’” Jadi kedatangan Yesus memang untuk disalib. Berdasarkan ayat ini.
BM: Mengapa Yesus berteriak minta tolong kepada Tuhan di waktu akan disalib, kalau memang benar kedatangan Yesus untuk disalib. Mestinya dia bersedia untuk disalib. Seruan Yesus minta-minta tolong itu, sebagaimana saya telah sebutkan pada pertemuan kita yang pertama, ialah di Matius pasal 27 ayat 46: yang bunyinya sebagai berikut: “Maka sekira-kira pukul tiga itu, berserulah Yesus dengan suara yang nyaring, katanya: ‘Eli, Eli, lama sabachtani.’” artinya ‘Ya Tuhanku, Ya Tuhanku, apakah sebabnya Engkau meninggalkan Aku.”
AW: Di ayat yang dibacakan tadi menunjukkan badan ketuhanan Yesus sudah mengetahui lebih dahulu bahwa badan kemanusiaannya akan di salib. Jadi yang berteriak itu bukan anak Tuhan, melainkan badan kemanusiaannya Yesus, oleh karenanya itu ia menyerah untuk disalib.
BM: Kalau begitu, diwaktu Yesus di Salib ada dimanakah badan ketuhanannya Yesus itu. Kalau saudara menjawab terpisah, maka hal itu menunjukkan bahwa tidak selamanya Yesus menjadi satu dengan Tuhan. Tetapi kalau saudara menjawab tetap di situ, mengapa badan ketuhanannya tidak dapat menolong Yesus, sehingga ia berteriak-teriak minta tolong.
AW: Saya tidak mengerti bagaimana soal ini sebenarnya.
BM: Bukan itu saja, malah kita masih bisa meneruskan lagi di Matius pasal 26 ayat 38 yang menyebutkan: “Kemudian kata Yesus kepada mereka itu: ‘Hatiku amat sangat berduka cita hampir mati rasaku; tinggallah kamu di sini dan berjagalah sertaku.’” Mengapa badan Ketuhanan Yesus tidak berkuasa menghilangkan duka cita yang dirasakan olehnya. Malah ia berkata kepada muridnya minta berjaga bersama dia. Pantaskah Tuhan minta-minta kepada manusia.
AW: Kalau saya berpegang pada ayat Injil tersebut, bahwa kedatangan Yesus untuk Bani Israil saja, maka apakah salahnya kalau kita mengajak manusia diluar Bani Israil supaya percaya kepada Yesus.
BM: Kalau saudara konsekwen berpegang pada ayat Injil itu mestinya tidak demikian pendapat saudara. Kalau saudara telah menyimpang dari langkah Yesus oleh karena Yesus sendiri mengatakan bahwa kedatangannya hanya untuk menebus dosa Bani Israil semata-mata, bukan manusia lainnya.
AW: Taruh kata kedatangan Yesus itu hanya untuk Bani Israil saja, dan andaikata ada orang dari luar Bani Israil yang masuk Kristen, maka hal tersebut tidak berarti ayat Injil dan ajaran Kristen itu ada kesalahan.
BM: Kalau begitu apakah orang Bani Israil yang menyalibkan Yesus itu sudah tertebus dosanya?
AW: Entahlah.
BM: Mengapa dalam kitab Injil tersebut Yesus berkata bahwa kedatangannya untuk menebus dosanya Bani Israil. Dengan demikian maka orang Bani Israil yang menyalibkan Yesus mestinya sudah tertebus dosanya. Terlebih lagi berdasarkan keterangan saudara mestinya manusia yang menyalibkan Yesus itu tidak berdosa, malah menerima pahala besar, kalau kedatangannya Yesus memang untuk disalib. Andaikata tidak ada orang yang bersedia menyalibkan Yesus, tentu tidak terlepas dosanya Bani Israil dan kedatangannya Yesus tidak dapat lagi disebut selaku penebus dosa. Mestinya orang yang menyalibkan Yesus itu menerima pahala besar, tidak dilaknat, karena mereka telah berjasa menyalibkan Yesus, karena perbuatan mereka itulah, dosa-dosa Bani Israil tertebus semuanya. Jawaban ini sebagian telah saya sampaikan pada pertemuan kita yang lalu.
AW: Dalam hal ini saya belum bisa menjawab sekarang, tetapi mungkin dilain waktu.
BM: Saya akan ulangi lagi pertanyaan saya: Betulkah lantaran Yesus disalib, dosa bisa terhapus.
AW: Ya, betul begitu menurut ayat Injil.
BM: Alat apakah digunakan untuk menyalibkan Yesus.
AW: Kalau saya tidak salah, ialah kayu yang disebut: “Kayu Salib”
BM: Kalau begitu Yesus tergantung pada kayu pada waktu disalibkan.
AW: Ya, demikian, sebagaimana kita sering melihat gambar Yesus disalib.
BM: Silahkan saudara periksa di Galatia pasal 3 ayat 13.
AW: Baik, disini disebutkan: “Maka Kristus sudah menebus kita dari pada kutuk Torat itu dengan menjadi satu kutuk karena kita, karena ada tersurat: ‘Bahwa terkutuklah tiap-tiap orang yang tergantung pada kayu.’”
BM: Menurut keterangan saudara, Yesus rela untuk di salib, sedangkan menurut Galatia yang saudara baca menyebutkan: Terkutuklah tiap-tiap orang yang tergantung pada kayu, dan kalau begitu apakah bisa menebus dosa manusia.
AW: Terima kasih, saya sudah menyadari. Apakah tidak sebaiknya kita pindah kepada pasal-pasal yang lain. Tetapi di lain malam, karena sekarang waktunya sudah terlalu larut malam.
BM: Baiklah terserah saudara.
===================
Dialog Masalah Ketuhanan Yesus
oleh Antonius Widuri dan Bahaudin Mudhary
MALAM YANG KELIMA
Dosa Waris
AW: Saya ingin menerima penjelasan dari bapak kyai, tentang kepercayaan kepada dosa waris yang disebabkan karena dosanya Adam dan Hawa.
BM: Baiklah, saya akan berikan jawabannya, tetapi sebelumnya saya ajukan pertanyaan: Betulkah menurut kepercayaan Kristen bahwa anak cucu Adam dan Hawa dari sejak dilahirkan sudah membawa dosa.
AW: Betul begitu, karena Adam dan Hawa berdosa, maka cucunya menerima warisan dosa dari keduanya.
BM: Mengapa dosa Adam dan Hawa diwariskan kepada cucunya, mestinya setiap manusia memikul dosanya dari perbuatannya sendiri, bukan memikul dosanya orang lain.
AW: Tetapi menurut ajaran Kristen, setiap manusia pada sejak waktu dilahirkan sudah memikul dosa, atau menerima warisan dosa dari dosanya Adam dan Hawa. Oleh karena kedatangan Yesus itu adalah untuk menebus dosa-dosa manusia dari warisan Adam dan Hawa tersebut.
BM: Kalau keterangan saudara benar pada ajaran Kristen, silahkan saudara periksa kitab Nabi Yehezkiel pasal 18 ayat 20.
AW: Pasal dan ayat tersebut menyebutkan: “Orang berbuat dosa, ia itu juga akan mati; maka anak tiada akan menanggung kesalahan bapaknya, dan Bapa pun tiada akan menanggung kesalahan anak-anaknya; kebenaran orang yang benar akan tergantung atasnya dan kejahatan orang fasik pun akan tergantung atasnya.”
BM: Jelas Bibel sendiri menyebutkan bahwa setiap manusia akan menanggung sendiri perbuatan baik maupun buruk, tidak boleh dibebankan atau diwariskan kepada orang lain. Berdasarkan ayat tersebut, maka dosa Adam dan Hawa harus ditanggung sendiri oleh keduanya. Tetapi mengapa dosa Adam dan Hawa harus diwariskan atas anak cucunya, sehingga anak cucunya ikut serta menanggung dosanya; padahal kitab Injil sendiri tegas menyebutkan bahwa setiap perbuatan baik atau buruk yang dikerjakan oleh seseorang tidak dapat dibebankan atas orang lain. Baiklah, saya teruskan pertanyaan saya pada saudara; sejak umur berapa saudara dibaptis.
AW: Kata orang tua saya, sejak umur tiga bulan dibawa ke gereja dan di sana dibaptis, oleh karena setiap manusia sejak dilahirkan sudah membawa dosanya Adam dan Hawa yang disebut Dosa Waris, jadi sejak bayipun sudah membawa dosa; oleh karenanya saya dibaptis waktu masih kecil.
BM: Apakah perbuatan demikian itu berdasarkan kitab Bibel
AW: Saya berkeyakinan demikian. Sebagaimana saya terangkan bahwa bayi yang baru dilahirkan itu tidak suci, yakni sudah membawa dosanya Adam dan Hawa.
BM: Kalau begitu, bayi yang belum dibaptis sekiranya ia meninggal dunia (mati) tentu tidak akan masuk surga, sebab matinya ada membawa dosanya Adam dan Hawa.
AW: Ya, mestinya demikian.
BM: Silahkan periksa Matius pasal 19 ayat 14.
AW: Di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Tetapi kata Yesus. ‘Biarkanlah kanak-kanak itu, jangan dilarangkan mereka itu datang kepadaku, karena orang yang sama seperti inilah yang empunya kerajaan surga.’”
BM: Nah, … perhatikanlah di ayat itu nyata-nyata Yesus sendiri yang berkata ia mengakui kesuciannya kanak-kanak. Sedangkan mereka belum mengakui kesalibannya Yesus dan juga belum dibaptiskan, tetapi mempunyai kerajaan surga. Jadi berdasarkan pengakuan Yesus sendiri bahwa kanak-kanak itu tidak membawa dosa waris dari Adam dan Hawa, oleh karena itulah Yesus berkata: Mereka adalah suci dari dosa dan dengan sendirinya masuk surga. Saya ingin bertanya lagi, Saudara waktu umur tiga bulan itu sudah membawa dosakah atau belum.
AW: Kalau berdasarkan perkataan Yesus yang bapak katakan tadi, tentu tidak.
BM: Jadi masih suci dari dosa walaupun tanpa dibaptiskan.
AW: Ya betul demikian.
BM: Kalau begitu, apakah gunanya saudara dibaptis pada waktu umur tiga bulanitu?
AW: Waktu umur tiga bulan tentu saya tidak tahu apa-apa.
BM: Saya bertanya sekarang, bukan bertanya kepada saudara diwaktu saudara berumur tiga bulan. Jadi apakah sekarang saudara sudah menyadari tentang tidak adanya dosa waris.
AW: Seperti bapak terangkan tadi, berdasarkan pengakuan Yesus sendiri tentu saya menyadarinya. Karena, Yesus sendiri yang mengatakan bahwa anak-anak itu suci pada waktu dilahirkan.
BM: Nah, bagaimanakah sekarang, masih adakah pandangan saudara terhadap dosa waris.
AW: Tentu saja harus menyadari berdasarkan perkataan Yesus sendiri bahwa anak-anak yang baru dilahirkan itu suci tidak membawa dosa sedikitpun.
BM: Tidak membawa dosa yang bagaimana?
AW: Ya, tidak membawa warisan dosa dari Adam dan Hawa.
BM: Kalau begitu saudara telah mengakui bahwa dosa waris itu tidak ada?
AW: Ya, demikianlah harus saya akui berdasarkan Kitab Bibel sendiri.
BM: Syukur saudara telah mengakui tidak adanya dosa waris, kalau dosa waris itu turun-temurun, maka anak yang baru lahir yang belum tahu apa-apa belum bisa memisahkan antara yang baik dan buruk, kalau bayi itu mati ia membawa dosa dan masuk neraka, dan dimanakah letaknya keadilan Tuhan kalau demikian.
AW: Ya, saya bisa terima keterangan Bapak.
BM: Nah, coba pikirkan dengan penuh kesadaran. Kalau ada seorang tua dari beberapa orang anak, dan orang tua itu menjadi penipu, pencuri, penghianat, berbuat aniaya, kejam, dan bermacam-macam dosa ia kerjakan, lalu ia dihukum masuk penjara, apakah anak-anaknya juga diharuskan menanggung dosa orang-orang tuanya, lalu anak-anak itu harus dihukum juga masuk penjara dengan alasan dosa waris. Apakah pengadilan semacam itu akan dikatakan penegak keadilan.
AW: Terima kasih, saya sudah menyadari, bahwa dosa itu tidak bisa diwariskan atau dioperkan kepada orang lain.
BM: Syukur kalau begitu.
AW: Akan tetapi kalau dosa itu tidak bisa diwariskan mestinya pahala juga tidak diwariskan. Bagaimanakah menurut ajaran agama Islam dalam hal itu.
BM: Tidak bisa, malah tidak boleh; baik pahala maupun dosa dioperkan pada orang lain.
AW: Jawaban “tidak boleh” itu apakah menurut pendapat bapak sendirikah atau menurut ajaran Islam.
BM: Menurut ajaran Islam, pahala seseorang tidak boleh diwariskan atau dioper kepada orang lain, begitu juga dosanya seseorang tidak boleh diwariskan kepada orang lain. Setiap orang menanggung sendiri pahala dan dosanya atas perbuatannya sendiri.
AW: Akan tetapi saya pernah membaca sebuah buku agama Islam yang menerangkan bahwa Nabi Muhammad pernah berkorban seekor kambing buat umatnya sekalian dan buat familinya. Ini berarti bahwa Nabi Muhammad mewariskan atau mengoperkan pahala kepada orang lain, yakni kepada umatnya dan familinya. Yang demikian itu bukan dosa waris, tetapi jelas pahala waris. Jadi di dalam ajaran Islam ada juga pahala waris, maka saya kira bapak tidak perlu urus tentang dosa-dosa waris dalam ajaran Kristen, kalau didalam ajaran Islam terdapat ajaran pahala waris atau ajaran oper pahala.
BM: Kalau buku agama Islam yang saudara baca mau dijadikan pokok tentang bolehnya warisan pahala, mestinya orang Islam boleh sembahyang dan berpuasa, lalu diwariskan pahalanya buat sekalian umat Islam yang masih hidup dan yang mati, tetapi tidak ada umat Islam yang berbuat demikian, kalaupun ada, mungkin karena mereka tidak tahu, bahwa perbuatan yang demikian itu, bertentangan dengan kitab sucinya Al-Qur’an. Jadi bukan kitab sucinya yang salah, tetapi penganutnya sendiri, dan berbeda dengan kitab Bibel yang mengandung banyak perselisihan antara satu ayat dengan yang lain. Di dalam kitab suci Al-Qur’an, tidak terdapat ajaran pahala waris maupun dosa waris. Akan tetapi dalam kitab Bibel (Kristen) antara satu ayat dengan ayat yang lain bersimpang siur.
AW: Saya pernah membaca kitab terjemahan Al-Qur’an bahasa Indonesia, kalau tidak keliru di dalam surat Ath Thurr ayat 21 ada menyebutkan yang maksudnya bahwa anak-anak orang mukmin akan dimasukkan surga lantaran ibu bapaknya. Jadi lantaran amalan ibu bapaknya anak-anak itu masuk surga. Kalau yang demikian itu bukan pahala waris, lalu apakah namanya.
BM: Ayat Al-Qur’an yang saudara maksudkan itu bunyinya akan saya bacakan sebagai berikut: Yang artinya: “Dan mereka yang beriman dan diikuti oleh anak-anak cucunya (keturunannya) dengan keimanan pula. Kami (Allah) kumpulkan anak cucu itu dengan mereka dan tiadalah kami kurangi pahala amalan mereka sedikit juapun.” (Surat Ath Thurr ayat 21). Di ayat ini jelas menyebutkan tidak adanya pahala waris, malah tanggungan pun mengenai pahala warispun tidak ada. Yang masuk surga bersama Ibu bapaknya itu adalah anak-anak yang belum baligh, karena yang sudah baligh tentu bertanggung jawab sendiri. Oleh karenanya dalam ayat tersebut ada sambungannya. Yang artinya: “Setiap orang bertanggung jawab (terikat) oleh amalannya sendiri-sendiri (masing-masing).” Jadi setiap orang menanggung dosa dan pahala atas perbuatannya masing-masing bukan warisan dari orang lain.
AW: Apakah di dalam Kitab Al-Qur’an ada yang lebih tegas menyebutkan bahwa dosa dan pahala itu tidak dapat diwariskan atau dihadiahkan pada orang lain.
BM: Ada, cukup banyak.
AW: Maafkan, kami ingin mengetahui di surat apa, dan di ayat berapa, kami akan cocokkan dirumah, karena kami ada mempunyai kitab terjemahan Al-Qur’an Bahasa Indonesia. Mungkin juga saudara-saudara yang hadir di sini juga memerlukan juga.
HADIRIN: Perlu diterangkan, karena memang penting diterangkan.
BM: Apakah tidak sebaiknya kita bersama-sama memeriksa di sini saja, kalau saudara menyetujui saya suruh ambilkan Al-Qur’an lalu saya tunjukkan surat dan ayatnya sekali. Bagaimana, apakah sekarang juga.
AW: Kalau Bapak hafal lebih baik sebutkan sekarang saja ayat-ayatnya, akan kami catat: lalu akan kami cocokkan dirumah dengan Al-Qur’an kami. Tapi kalau bapak tidak hafal kami minta besok malam untuk menghemat waktu.
BM: Insya Allah saya hafal ayat-ayatnya.
AW: Baik, silahkan bapak sebutkan, kami akan catat.
BM: Saya akan sebutkan nama-nama surat dan nomor ayatnya, lalu saya akan beri keterangan dan saudara catat nama Surat dan nomor ayatnya yang sebut, lalu cocokkan lagi dirumah.
AW: baik, kami setuju.
BM: 1. Surat Al Baqarah, ayat 286: “Kepada dirinya apa yang ia kerjakan, dan atas dirinya apa yang dia lakukan.” Maksudnya, baik dan buruknya suatu perbuatan, harus ditanggung sendiri oleh yang mengerjakannya, tidak boleh dibebankan atas orang lain.
2. Surat Al Baqarah, ayat 123: “Dan Hendaknya kamu takut pada suatu hari (kiamat) tidak berkuasa seorang membebaskan sesuatu atas orang lain.” Maksudnya, kelak dihari kiamat, seseorang tidak berkuasa menebus dosanya orang lain, dan pahala tidak diperbolehkan atas orang lain. Masing-masing harus menanggung sendiri perbuatannya baik maupun jahat.
3. Surat Al Ankabut, ayat 6: “Siapa yang giat berusaha maka usahanya itu untuk dirinya sendiri.”
4. Surat Yaasiin, ayat 54: “Maka pada hari kiamat, tidak seorangpun akan teraniaya, dan kamu tidak akan dibalas, melainkan apa yang kamu sendiri telah kerjakan.”
5. Surat Al Isra’, ayat 15: “Dan seseorang tidak berkuasa memikul dosanya orang lain.”
6. Surat An Najm, ayat 38 dan 39: “Bahwa seseorang tidak berkuasa menanggung dosanya orang lain dan sesungguhnya seorangpun tidak akan menerima pahala melainkan daripada perbuatannya sendiri.”
7. Surat Luqman, ayat 33: “Hai Manusia hendaklah kamu takut kepada suatu hari (kiamat) seorang bapak tidak berkuasa membebaskan anaknya (dari perbuatan anaknya), seorang anak tak akan berkuasa membebaskan perbuatan bapaknya.”
Ayat-ayat yang saya sebutkan di atas tadi jelas sekali menunjukkan bahwa seseorang tidak berkuasa menebus dosanya atau mengambil oper pahala orang lain. Jadi dalam Islam, tidak ada manusia yang berkuasa menebus dosa, atau seorang pejabat menebus dosa, perbuatan baik atau jahat harus ditanggung sendiri oleh yang mengerjakannya. Saya kira sudah cukup ayat-ayat yang saya sebutkan, tetapi kalau saudara masih memerlukan, saya akan sebutkan lagi ayat-ayat yang lain.
AW: Sudah cukup, dan kami sudah mengerti, akan tetapi kami pernah membaca sebuah kitab yang menyebutkan sebuah Hadist Nabi Muhammad, yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang menerangkan bahwa: “Mayit itu disiksa lantaran ditangisi oleh familinya.” Berdasarkan Hadist tersebut berarti bahwa siksaan atas mayit itu, disebabkan perbuatan orang lain, bukan dari perbuatan dirinya sendiri. Mayit itu disiksa lantaran “perbuatan” tangisnya orang lain. Kami telah tanyakan kepada beberapa orang yang kami pandang mengerti tentang agama Islam, dan salah seorang guru agama Islam mengenal susunan Hadist tersebut memberikan jawaban bahwa hadist itu benar (sahih), oleh karena yang meriwayatkan adalah Imam Bukhari dan Imam Muslim.
BM: Hadist Nabi yang saudara bawakan itu susunannya demikian: “Telah berkata Umar dan Ibnu Umar: Bersabda Nabi Muhammad SAW. sesungguhnya mayit itu disiksa lantaran ditangisi oleh keluarganya (riwayat Bukhari dan Muslim).” Akan tetapi hakekatnya Hadist itu Tidak Sahih, oleh karena berlawanan dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Walaupun oleh karena saudara yang beragama Kristen, mungkin belum mengetahui tentang Hadist-hadist Sahih dan Hadist-hadist Palsu, maka agar saudara yang hadir dipertemuan ini dapat mengikuti juga, merasa perlu saya terangkan bahwa menurut kitab-kitab Ushul Fiqih dan kitab Musthalahul Hadist, yang disebut Hadist Nabi, bukan saja mesti sah riwayatnya malah mesti beres susunannya dan arti dari pada hadist itu HARUS tidak berlawanan dengan kitab Al-Qur’an. Dalam riwayat Bukhari dan Muslim jelas diterangkan demikian. Maksud Hadist tersebut, tatkala hadist yang menerangkan bahwa mayit itu disiksa lantaran ditangisi oleh familinya, di dengar oleh Siti Aisyah (Istri Nabi), maka Siti Aisyah menolak kebenaran Hadist tersebut. Aisyah berkata: “Cukuplah buat kamu Ayat Al-Qur’an; Dan tidak berkuasa seseorang menanggung dosa orang lain.
AW: Nah, kalau begitu Pak Kyai, sekarang kami telah mengerti bahwa berdasarkan Kitab Bibel sendiri dan Kitab Al-Qur’an pada hakekatnya dosa waris dan pahala waris itu tidak ada. Yakni setiap manusia menanggung sendiri dosanya, dan pahalanya menurut perbuatannya masing-masing. Ini adil namanya.
BM: Ya, seharusnya begitu; sebagaimana tersebut dalam kitab Bibel dan Al-Qur’an yang telah kita baca tadi. Akan tetapi supaya lebih jelas dan tambah meyakinkan saudara, silahkan saudara periksa di Injil: “Surat kiriman Rasul Paulus kepada orang Rum Pasal 2 ayat 5 dan 6.
AW: Baik, surat dan ayat ini menyebutkan sebagai berikut: “Tetapi menurut degilmu dan hati yang tiada mau bertobat, engkau menghimpunkan kemurkaan keatas dirimu untuk hari murka dan kenyataan hukum Allah yang adil.” “Yang akan membalas ke atas tiap-tiap orang menurut perbuatan masing-masing.”
BM: Apakah di ayat ini Bibel menerangkan Dosa Waris.
AW: Tidak, malah sebaliknya setiap orang akan dibalas menurut amalnya masing-masing.
BM: Periksa lagi Matius pasal 16 ayat 27.
AW: Ayat ini menerangkan/menyebutkan: “Karena anak manusia akan datang dengan kemuliaan Bapanya beserta dengan segala malaikatnya; pada masa itu Ia akan membalas kepada tiap orang menurut perbuatannya.”
BM: Apakah di ayat ini Bibel menerangkan Dosa Waris?
AW: Tidak ada, menurut ayat ini perbuatan dosa dan perbuatan baik akan ditanggung sendiri, tidak boleh dibebankan atau diwariskan pada orang lain.
BM: Jadi di Kitab Injil sendiri yang menyebutkan tidak adanya dosa waris.
AW: Ya, dari mana asalnya ada sebutan dosa waris itu.
BM: Apakah saudara masih memerlukan penjelasan lebih lanjut?
AW: Sudah sangat jelas sekali.
BM: Kalau begitu baiklah kita lanjutkan. Di ayat saudara bacakan tadi ada sebutan “Anak manusia … Bapanya.” Silahkan saudara bacakan sekali lagi.
AW: Baik, awal ayat tersebut menyebutkan: “Karena Anak Manusia akan datang dengan kemuliaan Bapanya…”
BM: Bagaimana menurut pengertian saudara yang dimaksudkan dengan “Anak Manusia dan Bapanya.”
AW: Anak manusia itu tentulah Yesus, sedang Bapa ialah Tuhan.
BM: Periksa lagi: “Surat kiriman yang kedua kepada orang Kristen ” pasal 5 ayat 10.
AW: Baik ayat ini menyebutkan: “Karena tak dapat tiada kita sekalian akan jadi nyata dihadapan kursi pengadilan Kristus, supaya tiap-tiap orang menerima balasan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh tubuh itu, baik atau jahat.”
BM: Ayat Injil sendiri yang menyebutkan, bahwa setiap orang harus bertanggung-jawab atas perbuatannya masing-masing, baik maupun jelek, tidak boleh dibebankan atau diwariskan kepada orang lain.
AW: Berdasarkan ayat-ayat Bibel yang bapak tunjukkan bahwa perbuatan baik atau jelek seseorang tidak dapat diwariskan kepada orang lain. Oleh karenanya, kepercayaan saya kepada dosa waris itu mulai luntur.
BM: Kalau begitu lantas bagaimana dosanya Adam dan Hawa, apakah dapat diwariskan kepada orang lain, tegasnya kepada anak cucunya.
AW: Berdasarkan ayat Bibel tersebut di atas tentu tidak. Jadi dosa yang dilakukan oleh Adam dan Hawa, seharusnya ditanggung sendiri oleh keduanya, tidak bisa diwariskan kepada anak cucunya.
BM: Dalam sejarah Agama Kristen kita kenal yang disebut: “biechten,” ialah orang yang berbuat dosa, dan “de biechtafleggen,” ialah orang yang meminta ampun atas kesalahannya, dan “Biecht-vader,” ialah orang-orang yang diberi wewenang memberi ampun. Setiap orang merasa menyesal atas kesalahannya dapat menerima ampunan dengan jalan membeli selembar surat yang menyebutkan bahwa orang yang berdosa sudah diberi ampun atas dosanya. Surat ampunan itu disebut “Aflaat-brieven” atau Indul gences, yang artinya kemurahan Tuhan.
AW: Ya, saya menyadari soal itu, keterangan bapak memuaskan saya.
BM: Bukan hanya demikian, akan tetapi Aflaat-brieven itu pada zaman dulu dipropaganda (gepredicht) di Negara Jerman oleh seorang rabib (nonnik) bernama “Tetzel” dalam tahun 1517 atas perintah Paus Leo, yang menjadi Paus pada tahun 1513-1521. Sebahagian dari pada hasil penjualan Aflaat-brieven itu digunakan untuk pendirian bangunan gereja “Saint Pieter Kerk” di kota Roma. Terlalu panjang kalau saya uraikan sejarah pemerintahan gereja di Eropa pada permulaan abad pertengahan.
AW: Terima kasih, kita lanjutkan saja soal yang lain, sekarang sudah larut malam, lain kali kami akan datang lagi.
============================
MALAM YANG KE ENAM
Kitab Al-Qur’an dan Kitab Bibel
BM: Pembicaraan kita yang berkenaan dengan dosa waris, saya rasa telah cukup.
AW: Sudah cukup jelas uraian bapak pada pertemuan yang terdahulu. Dan saya telah mencocokkan ayat-ayat Al-Qur’an yang disebutkan bapak kemarin malam lalu dengan kitab terjemahan Al-Qur’an bahasa Indonesia kepunyaan saya, semuanya cocok baik tentang surat-suratnya maupun ayat-ayatnya. Semua yang Bapak sebutkan cocok dan tepat serta kami pikir-pikir di rumah tentang ayat Bibel dan Al-Qur’an yang bapak tunjukkan ayat-ayatnya ternyata dosa waris dan oper pahala dan oper dosa itu tidak mungkin ada malah tidak masuk di akal.
BM: Syukur kalau saudara telah mengakuinya, sekarang kita bicarakan soal-soal lainnya, dan saya serahkan kepada saudara saja mengenai acaranya. Terserah saudara soal yang akan diajukan.
AW: Baiklah kami mulai; kami pernah membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang tampaknya pada kami ada juga perselisihan antara satu ayat dengan ayat lainnya, sehinga menimbulkan keragu-raguan; apakah mungkin Nabi Muhammad sendiri yang keliru menyampaikan wahyu dari Allah. Kalau betul beliau seorang Nabi, tentu tidak mungkin beliau salah menerimanya atau menyampaikannya, ataukah memang ayat-ayat Al-Qur’an nya yang berselisihan.
BM: Baiklah saudara terangkan saja ayat-ayat Al-Qur’an yang saudara maksudkan itu.
AW: Kami telah membaca ayat-ayat Al-Qur’an mengenai asal kejadian manusia dalam kitab terjemahan Al-Qur’an bahasa Indonesia, dalam sebuah surat yang nampaknya antara satu ayat dengan ayat yang lain ada berselisihan sehingga timbul dalam pikiran saya bukan Bibel saja yang berselisih ayat-ayatnya, tetapi kitab Al-Qur’an demikian juga.
BM: Silahkan saudara sebutkan ayat-ayat Al-Qur’an yang akan ditanyakan, Insya Allah yang diragukan oleh saudara itu akan terhapus.
AW: Baiklah, Saya mencatat ayat-ayatnya, saya akan baca. Dikitab Al-Qur’an:
1. Surat Ar-Rahman ayat 14 menyebutkan bahwa Allah menjadikan manusia berasal dari tanah yang dibakar.
2. Di surat Al Hijr ayat 28 menyebutkan: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat; sesungguhnya Aku (Allah) hendak menciptakan seorang manusia (Adam) dari tanah kering dan lumpur hitam yang berbentuk (berupa).”
3. Disurat As Sajadah ayat 7 menyebutkan: “dan Tuhan menciptakan manusia dari Tanah.”
4. Di Surat Ash Shafaat ayat 11 menyebutkan: “Sesungguhnya Aku (Allah) menciptakan manusia berasal dari tanah liat.”
5. Disurat Ali Imran ayat 59 menyebutkan: “Sesungguhnya Aku menciptakan manusia daripada tanah.”
Lima ayat yang saya sebutkan ini antara satu dengan ayat yang lain terdapat perselisihan. Cobalah kita teliti. Di ayat ketiga menyebutkan dari “tanah,”di ayat ke empat menyebutkan daripada “tanah liat.” Di ayat kelima menyebutkan dari pada “tanah.” Bukankah ayat-ayat Al-Qur’an nyata-nyata berselisihan antara yang satu dengan yang lain.
BM: Ya, nampaknya memang demikian. Saya tidak akan mengecewakan saudara. Teruskan pertanyaan saudara.
AW: Kami ingin bertanya; yang manakah yang benar tentang asal kejadian manusia itu. Apakah dari tanah yang dibakar, apakah dari tanah kering dan lumpur, atau dari pada tanah biasa, atau dari tanah liatkah?. Jadi menurut pendapat saya, ayat-ayat Al-Qur’an terdapat perselisihan antara satu ayat dengan ayat yang lain. Bukan ayat-ayat Injil atau di Bibel saja terdapat perselisihan. Kiranya Bapak bisa menerangkan dengan jelas dan tepat.
BM: Di kitab Al-Qur’an ada menyebutkan bahwa asal kejadian manusia terdiri dari 7 (tujuh) macam kejadian. Agar diketahui juga oleh saudara-saudara yang hadir disini, saya sebutkan susunan ayat-ayatnya satu demi satu, sebagaimana yang saudara bacakan artinya tadi.
1. Di Surat Ar Rahman ayat 14: “Dia (Allah) menjadikan manusia seperti tembikar, (tanah yang dibakar).” Yang dimaksudkan dengan kata “Shal-shal” di ayat ini ialah: Tanah kering atau setengah kering yakni “Zat pembakar” atau Oksigen.
2. Di ayat itu disebutkan juga kata “Fakhkhar,” yang maksudnya ialah “Zat Arang” atau Carbonium.
3. Di surat Al Hijr, ayat 28: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat; sesungguhnya Aku (Allah) hendak menciptakan seorang manusia (Adam) dari tanah kering dan lumpur hitam yang berbentuk (berupa).” . Di ayat ini. Tersebut juga “shal-shal,” telah saya terangkan, sedangkan kata “Hamaa-in” di ayat tersebut ialah “Zat Lemas” atau Nitrogenium.
4. Di surat As Sajadah ayat 7: “Dan (Allah) membuat manusia berasal dari pada ‘tanah’.” Yang dimaksud dengan kata “thien” (tanah) di ayat ini ialah “Atom zat air” atau Hidrogenium.
5. Di Surat Ash Shaffaat ayat 11: “Sesungguhnya Aku (Allah) menjadikan manusia dari pada Tanah Liat.” Yang dimaksud dengan kata “lazib” (tanah liat) di ayat ini ialah “Zat besi” atau ferrum.
6. Di Surat Ali Imran ayat 59: “Dia (Allah) menjadikan Adam dari tanah kemudian Allah berfirman kepadanya ‘jadilah engkau,’ lalu berbentuk manusia.” Yang dimaksud dengan kata “turab” (tanah) di ayat ini ialah: “Unsur-unsur zat asli yang terdapat di dalam tanah” yang dinamai “zat-zat anorganis.”
7. Di surat Al Hijr ayat 28: “Maka setelah Aku (Allah) sempurnakan (bentuknya), lalu Kutiupkan ruh-Ku kepadanya (Ruh daripada-Ku).”
Ketujuh ayat Al-Qur’an yang saya baca ini Allah telah menunjukkan tentang proses kejadiannya Nabi Adam sehingga berbentuk manusia, lalu ditiupkan ruh kepadanya sehingga manusia bernyawa (bertubuh jasmani dan rohani). Sebagaimana disebutkan pada ayat yang keenam tentang kata “turab” (tanah) ialah zat-zat asli yang terdapat didalam tanah yang dinamai zat anorganis. Zat Anorganis ini baru terjadi setelah melalui proses persenyawaan antara “Fakhkhar” yakni Carbonium (zat arang) dengan “shal-shal” yakni Oksigenium (zat pembakar) dan “hamaa-in” yaitu Nitrogenium (zat lemas) dan Thien yakni Hidrogenium (Zat air). Jelasnya adalah persenyawaan antara: Fachchar (Carbonium = zat arang) dalam surat Ar Rahman ayat 14. Shalshal (Oksigenium = zat pembakar) juga dalam surat Ar Rahman ayat 14. Hamaa-in (Nitrogenium = zat lemas) dalam surat Al Hijr ayat 28. Thien (Hidrogenium = Zat Air) dalam surat As Sajadah, ayat 7. Kemudian bersenyawa dengan zat besi (Ferrum), Yodium, Kalium, Silcum dan Mangaan, yang disebut “laazib” (zat-zat anorganis) dalam surat As Shafaat ayat 11. Dalam proses persenyawaan tersebut, lalu terbentuklah zat yang dinamai protein. Inilah yang disebut “Turab” (zat-zat anorganis) dalam surat Ali Imran ayat 59. Salah satu diantara zat-zat anorganis yang terpandang penting ialah “Zat Kalium,” yang banyak terdapat dalam jaringan tubuh, teristimewa di dalam otot-otot. Zat Kalium ini dipandang terpenting oleh karena mempunyai aktivitas dalam proses hayati, yakni dalam pembentukan badan halus. Dengan berlangsungnya “Proteinisasi,” menjelmakan “proses penggantian” yang disebut “Substitusi.” Setelah selesai mengalami substitusi, lalu menggempurlah electron-electron cosmic yang mewujudkan sebab pembentukan (Formasi), dinamai juga “sebab ujud” atau Causa Formatis. Adapun Sinar Cosmic itu ialah suatu sinar mempunyai kemampuan untuk merubah sifat-sifat zat yang berasal dari tanah. Maka dengan mudah sinar cosmic dapat mewujudkan pembentukan tubuh manusia (Adam) berupa badan kasar (jasmaniah), yang terdiri dari badan, kepala, tangan, mata, hidung telinga dan seterusnya. Sampai disinilah ilmu pengetahuan exact dapat menganalisa tentang pembentukan tubuh kasar (jasmaniah, jasmani manusia/Adam). Sedangkan tentang rohani (abstract wetenschap) tentu dibutuhkan ilmu pengetahuan yang serba rohaniah pula, yang sangat erat hubungannya dengan ilmu Metafisika. Cukup jelas tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang saudara sangka berselisih antara satu ayat dengan ayat yang lain dalam hal kejadian manusia (Adam), pada hakikatnya bukanlah berselisih, melainkan menunjukkan proses asal kejadian tubuh jasmani Adam (visible), hingga pada badan halusnya (invisible), sampai berujud manusia. Apakah belum jelas penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang saya sampaikan pada saudara? Kalau ada waktu saya akan terangkan juga proses asal kejadian tubuh rohani dari segi ilmu metafisika.
AW: Sangat jelas, malah betul-betul ilmiah dan saya tidak mengira sekali bahwa ayat-ayat Al-Qur’an itu mengandung ilmu pengetahuan yang tinggi. Mengenai kesanggupan bapak yang akan menerangkan atau menguraikan proses asal kejadian tubuh rohani manusia itu, betul-betul menarik. Tetapi saya mohon diberi waktu yang khusus.
BM: Baiklah sekarang kita lanjutkan: Tentunya saudara pernah membaca biografi Nabi Muhammad. Beliau tidak tahu tulis baca, tidak pernah belajar ilmu kepada siapapun, tidak pernah berguru dan belum pernah sama sekali bergaul dengan orang pandai.
AW: Ya, saya pernah membaca biografi Nabi Muhammad. Nah, kalau Nabi Muhammad seorang yang buta huruf, tidak pernah belajar ilmu, maka dari siapakah atau dari manakah beliau mengetahui tentang kejadian manusia secara ilmiah yang pada zaman ini dibenarkan oleh ilmu pengetahuan. Nabi Muhammad SAW menerangkan tentang asal kejadian manusia dari segi ilmu urai (Anatomi), Ilmu Kimia, Ilmu hayat (biologi), dan dari segi ilmu alam sampai kepada rohaniahnya.
BM: Maka dari manakah beliau belajar ilmu urai, kepada siapakah beliau belajar ilmu kimia, ilmu hayat, ilmu alam dan soal-soal kerohanian, kalau bukan wahyu dari tuhan Allah SWT. Dan tidak mungkin beliau menerima wahyu dari Allah sekiranya beliau bukan seorang Nabi dan Rasul.
AW: Tetapi ada juga orang yang tidak pernah belajar dan bersekolah, buta huruf, tetapi menjadi orang-orang besar.
BM: Coba saudara sebutkan nama-nama orang yang tidak pernah belajar (buta huruf), lalu mengaku jadi Nabi dan menerima wahyu, dan berhasil membentuk suatu masyarakat dan negara yang mengagumkan para ahli sejarah dan mempunyai pengikut beratus juta manusia setiap masa dan zaman. Sebutkan nama orang yang saudara maksudkan itu.
AW: Ya, tidak ada.
BM: Memang tidak ada, baiklah saya tanyakan, kalau saudara berpegang dengan keterangan saudara bahwa Nabi Muhammad itu bukan Nabi dan Rasul, karena ada juga orang yang buta huruf menjadi orang besar, maka kalau Yesus itu anak Tuhan, karena dapat menyembuhkan penyakit kusta, menghidupkan orang mati, dilahirkan tanpa Ayah dan dipenuhi juga dengan ruhul kudus, maka selain Yesus terdapat juga orang lahir tanpa Bapak, dapat menyembuhkan penyakit kusta, menghidupkan orang mati sebagaimana tersebut dalam kitab Injil. Kisah Rasul pasal 6 ayat 5, pasal 5 ayat 31; Kitab Raja-raja kedua pasal 13 ayat 21; Matius pasal 5 ayat 9; Kitab Raja-raja kedua pasal 5 ayat 10 mengapa mereka itu tidak Tuhan juga, mengapa kepada Nabi Muhammad saudara berkeberatan untuk mengakui beliau sebagai seorang Nabi dan Rasul, sedangkan kepada Yesus saudara tidak Berkeberatan mengakuinya sebagai Tuhan, padahal kewajiban-kewajiban yang dilakukan oleh Yesus, orang lain dapat juga melakukannya.
AW: Baiklah kalau begitu.
BM: Baik yang bagaimana yang saudara maksudkan.
AW: Keterangan-keterangan bapak adalah baik dan memuaskan saya dan saya diberi waktu untuk menentukan keputusan saya sampai besok malam atau malam pertemuan berikutnya.
BM: Baiklah saya serahkan sepenuhnya atas pertimbangan saudara, Kami tidak berhak memaksa saudara, atau mempengaruhi saudara. Kita hanya bermusyawarah dan bersoal jawab tentang hasilnya terserah atas pertimbangan masing-masing.
AW: Baiklah kita lanjutkan Besok Malam.
===================================
MALAM KETUJUH
Mengakui Nabi Muhammad SAW Utusan Allah
BM: Sesudah saya terangkan pada saudara tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang proses asal kejadian manusia yang saudara tanyakan ayat-ayatnya kemarin malam itu, apakah terdapat pertentangan? Apakah Nabi Muhammad ada kekeliruan menyampaikan sebagaimana saudara sangka semula?
AW: Tidak ada, Bapak telah menerangkan dari segi Ilmiah yang seharusnya secara jujur saya mempercayainya.
BM: Jadi Nabi Muhammad Benar, tidak kelirukah penyampaiannya.
AW: Tidak keliru, malah benar.
BM: Jadi saudara mengakui bahwa Nabi Muhammad benar sebagai Rasul Allah.
AW: Saya mengakui, karena beliau benar.
BM: Terima kasih, Saudara-saudara yang hadir menyaksikan sendiri pengakuan saudara Antonius sendiri atas ke Rasulannya Nabi Muhammad SAW, tanpa paksaan, melainkan dengan kesadarannya sendiri setelah berlangsung dengan diskusi. Betulkah saudara mengakui kerasulannya Nabi Muhammad dan mengakui Nabi Muhammad itu utusan Allah.
AW: Betul, dengan saksi Tuhan saya mengakuinya.
BM: Alhamdulillah, saudara Antonius sudah 50% Islam. Saya katakan 50% Islam oleh karena hanya mengerti dan mempercayai atas kerasulan Nabi Muhammad, jadi masih tinggal 50% lagi, oleh karena Saudara belum meyakinkan atas ke Esaan Tuhan yang Maha Tunggal.
AW: Ya, betul begitu. Keyakinan saya terhadap Trinitas (Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Ruhul Kudus) masih belum lenyap sama sekali, walaupun Bapak telah menerangkan Kitab Bibel yang tak dapat saya membantahnya. Akan tetapi dengan keterangan-keterangan bapak saya mulai ragu-ragu terhadap Trinitas itu. Sungguhpun begitu, apakah bapak masih bersedia lagi memberikan keterangan-keterangan (alasan-alasan) dalam kitab Bibel yang menyebutkan bahwa Yesus itu bukan Tuhan.
BM: Sebetulnya pada pertemuan kita yang pertama telah saya sebutkan berdasarkan kitab Injil sendiri bahwa Yesus bukan Tuhan seperti telah Saudara Periksa sendiri dalam Matius pasal 1 ayat 16; Markus pasal 13 ayat 32; Ulangan pasal 4 ayat 33; Ulangan pasal 6 ayat 4; Markus pasal 12 ayat 29. Kesemuanya itu telah kita baca. Tetapi demi untuk memenuhi pengharapan saudara agar lebih meyakinkan, saya lanjutkan lagi. Silahkan baca Lukas pasal 4 ayat 1 dan 2.
AW: Baik, di sini disebutkan: “Maka Yesuspun penuhlah dengan Rohul Kudus, balik dari Yarden, lalu Roh itu membawa Dia ke padang belantara. Empat puluh hari lamanya dicobai Iblis. Selama itu suatu apapun tiada dimakannya. Setelah genap hari itu ia merasa lapar.”
BM: 1. Di ayat ini menyebutkan bahwa Rohul Kudus membawa Yesus ke padang belantara. Kalau Yesus itu tuhan, mustahil akan dapat dibawa oleh siapapun juga.
2. Di ayat ini menyebutkan bahwa Yesus dicobai oleh Iblis. Pantaskah Tuhan dicobai oleh Iblis atau wajarkah Iblis berani mencobai Tuhan.
3. Di ayat inipun ada menyebutkan bahwa Yesus merasa lapar. Wajarkah Tuhan itu lapar?
Kalau begitu sifat-sifat Yesus itu sama saja dengan sifat manusia biasa; bisa dibawa, bisa dicobai iblis dan merasa lapar. Periksa lagi Matius pasal 4 ayat 5.
AW: Baik, di situ menyebutkan: “Kemudian dari pada itu Iblis itupun membawa Yesus ke negeri suci, lalu ditaruhnya Dia di atas bumbung bait Allah.”
BM: Di ayat ini ada menyebutkan bahwa Yesus dibawa oleh Iblis. Pantaskah Tuhan dibawa oleh Iblis. Wajarkah Tuhan tunduk kepada kemauan Iblis sehingga dibawa kemana-mana, kesuatu tempat. pantaskah Iblis begitu berani kepada Tuhan. Periksa lagi Matius pasal 27 ayat 1 dan 2.
AW: Baik, di situ menyebutkan: “Setelah hari siang, maka segala kepala Imam dan orang tua-tua kaum pun berundinglah atas hal Yesus supaya dibunuhkan Dia. Maka diikatnya Dia serta dibawa pergi, lalu diserahkan kepada Pilatus, yaitu wakil pemerintah.”
BM: Di ayat ini menyebutkan bahwa Yesus diikat; pantaskah Tuhan dapat diikat oleh manusia. Kalau begitu dimanakah kekuatan Tuhan, sehingga dengan rela menyerahkan dirinya kepada manusia? Periksa lagi Lukas pasal 2 ayat 21.
AW: Baik, di situ menyebutkan: “Apabila genap delapan hari, Ia bersunat, lalu disebut namanya Yesus.”
BM: Wajarkah Tuhan itu disunat? Perlu apakah Tuhan itu disunat?
AW: Apakah ada keterangan yang lebih tegas bahwa Yesus itu benar-benar anak manusia bukan anak Tuhan?.
BM: Silahkan buka Matius pasal 26 ayat 2.
AW: Baik, disitu menyebutkan bahwa: “Anak manusia akan diserahkan supayadisalibkan.”
BM: Yang dimaksud anak manusia di situ Yesus. Jadi jelaslah bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan, melainkan anak manusia. Silahkan periksa di Matius pasal 5 ayat 45.
AW: Baik, di situ menyebutkan bahwa: Supaya kamu menjadi anak Bapamu: … dan seterusnya.
BM: Di sini menyebutkan bahwa orang-orang yang taat kepada Tuhan, menurut Yesus akan menjadi anak Tuhan. Jadi bukan saya yang mengatakan bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan yang Tunggal, melainkan anak-anak tuhan itu akan bertambah lagi jumlahnya, berdasarkan kitab Bibel sendiri di Matius pasal 5 ayat 45 yang kita baca tadi ialah: “Supaya kamu menjadi anak-anak Bapamu…” Silahkan buka Matius pasal 7 ayat 21.
AW: Disitu menyebutkan: “Bukannya tiap-tiap orang yang menyeru aku Tuhan, Tuhan, akan masuk ke dalam kerajaan sorga, hanyalah orang-orang yang melakukan kehendak Bapaku yang di sorga.”
BM: Di Bibel sendiri jelas, bahwa Yesus menyangkal malah menolak kepada orang yang menyerukan: “Tuhan, Tuhan” kepadanya, malah orang itu tidak dapat masuk ke dalam kerajaan sorga. Apakah belum cukup bukti-bukti yang telah saya tunjukkan kepada saudara.
AW: Sudah Cukup. Terima kasih; tetapi kalau masih ada, saya minta, demi kepuasan saya
BM: Minta yang mana lagi yang saudara maksudkan.
AW: Yang menyebutkan di kitab Injil bahwa Yesus anak manusia “bukan anak Tuhan.”
BM: Baik, akan saya penuhi harapan saudara, silahkan saudara periksa di Matius pasal 16 ayat 27.
AW: Di pasal dan ayat ini ada menyebutkan: “Karena anak manusia datang dengan kemuliaan Bapanya beserta dengan malaikatnya; pada masa itu Ia akan membalas kepada tiap-tiap orang menurut perbuatannya.”
BM: Di ayat ini ada menyebutkan anak manusia, menurut tafsiran saudara, siapakah yang dimaksudkan dengan anak manusia di ayat ini.
AW: Ya, tentu Yesus.
BM: Jadi di kitab Injil sendiri ada menyebutkan bahwa Yesus itu adalah “anak manusia”; bukan anak Tuhan, betulkah atau tidak.
AW: Ya, betul.
BM: Nah, kalau betul, mengapa saudara menyebutkan Yesus anak Tuhan?
AW: Yesus itu Tuhan tapi diserupakan dengan manusia.
BM: Kalau Yesus itu Tuhan, mengapa diperanakkan oleh manusia (Maria). Yesus berupa manusia karena diperanakkan oleh manusia (Maria). Terlalu janggal kalau manusia (Maria) memperanakkan Tuhan. Bisakah ilmu pengetahuan lahir maupun ilmu pengetahuan bathin (Kerohanian) menerima bahwa ada Tuhan yang diperanakkan oleh manusia? Bisakah ilmu pengetahuan exact maupun yang abstract (Exact abstract Wetenschap) menerimanya?
AW: Ya, memang mustahil ada Tuhan yang diperanakkan oleh manusia.
BM: Bukan itu saja, malah di kitab Injil saudara Yesus sendiri yang berkata bahwa ia bukan anak Tuhan, melainkan Utusan Tuhan. Sebagaimana telah saya tunjukkan ayatnya pada pertemuan kita yang lalu.
AW: Betul, telah bapak sebutkan. Tetapi saya minta di ulangi lagi ayatnya, oleh karena saya agak lupa susunannya.
BM: Silahkan periksa di Yahya pasal 5 ayat 30.
AW: Di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Suatupun tiada aku dapat berbuat menurut kehendak sendiri, melainkan aku menjalankan hukum sebagaimana aku dengar, dan hukuman itu adil adanya; karenanya bukannya aku mencari kehendak diriku, melainkan kehendak Dia yang menyuruhkan aku.”
BM: Ayat ini tegas sekali, jelas menunjukkan bahwa Yesus sendiri mengaku bahwa ia bukan Tuhan, melainkan pesuruh Tuhan. Di ayat ini Yesus memberitahukan bahwa ia tidak berbuat menurut kehendak Tuhan, maka wajarkah Tuhan tidak dapat berbuat sekehendaknya, dan pantaskah ada Tuhan disuruh (diutus) menjadi utusan.
AW: Ya, saya mengaku; Yesus sendiri mengaku bukan anak Tuhan.
BM: Demi kepuasan saudara silahkan periksa lagi di Yahya pasal 3 ayat 13.
AW: Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Seorangpun tidak naik ke surga, kecuali Ia yang sudah turun dari surga, yaitu anak manusia.”
BM: Berdasarkan ayat-ayat Bibel yang saya tunjukkan dan saudara sendiri yang memeriksa dan membacanya itu, maka sekali lagi saya bertanya: “Anak manusiakah Yesus itu atau anak tuhan”?.
AW: Ya, berdasarkan ayat-ayat tersebut saya berkata: “Yesus adalah anak manusia.”
BM: Di ayat yang saudara baca tapi, Matius pasal 16 ayat 27, selain menyebutkan bahwa Yesus itu anak manusia, juga menyebutkan bahwa akan membalas tiap-tiap orang menurut perbuatannya. Betulkah begitu? silahkan periksa kembali.
AW: Ya, betul di ayat itu ada menyebutkan.
BM: Menurut susunan ayat tersebut, jelas: “Menolak adanya dosa waris,” berdasarkan ayat tersebut setiap orang akan dibalas menurut perbuatannya masing-masing, jadi tidak ada penebus dosa.
AW: Ya, tentang dosa waris telah selesai kita bicarakan dan memang saya telah mengakui “tidak ada dosa waris.”
BM: Betul, sudah kita bicarakan, saya hanya menambah saja, untuk lebih menguatkan lagi keterangan yang lalu.
AW: Sudah cukup jelas keterangan Bapak.
BM: Jelas bagaimana?
AW: Berdasarkan ayat-ayat Injil sendiri bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan melainkan anak manusia. Dan berdasarkan kitab Injil menyebutkan bahwa Yesus sendiri mengakui ia bukan anak Tuhan, melainkan “pesuruh (Utusan) Tuhan”
BM: Syukurlah kalau begitu. Jadi bagaimanakah kepercayaan saudara sekarang terhadap “Trinitas” (Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Ruhul Kudus).
AW: Dengan sendirinya kepercayaan saya terhadap Trinitas terhapus.
BM: Alhamdulillah, jadi saudara mengakui bahwa Tuhan itu TUNGGAL.
AW: Sebelum itu saya ingin menyampaikan pertanyaan.
BM: Baik, tetapi saudara telah mengakui pada pertemuan yang lalu dan saudara-saudara yang hadir juga telah ikut menyaksikan bahwa:
Pertama, Saudara telah membenarkan kitab Al-Qur’an. Beberapa ayat Al-Qur’an yang saudara kemukakan yang pada mulanya oleh saudara dianggap berselisih antara satu ayat dengan ayat yang lain, setelah saya terangkan dan saya tafsirkan, lalu saudara akui bahwa ayat-ayat tersebut pada hakikatnya tidak ada perselisihannya antara yang satu dengan yang lain. Bukankah begitu pengakuan saudara.
AW: Ya, betul begitu.
BM: Kedua, Pada pertemuan yang lalu saudara telah mengakui kebenaran nabi Muhammad SAW selaku Utusan Tuhan, betulkah demikian?
AW: Ya, betul saya telah mengakuinya.
BM: Ketiga, Saudara telah membenarkan bahwa ayat-ayat di kitab Injil (Bibel) terdapat beberapa ayat yang berselisih antara yang satu dengan yang lain. Sebagaimana telah saya tunjukkan ayat-ayatnya pada pertemuan yang lalu, benarkah pengakuan saudara itu.
AW: Ya, saya mengakui. Akan tetapi saya masih memerlukan bukti-bukti yang lain tentang ayat-ayat Injil yang ada perselisihannya antara yang satu dengan yang lain, demi kepuasan bagi saya, walaupun sebenarnya keterangan bapak saya pandang cukup memuaskan. Tetapi mungkin ada lagi ayat-ayat yang lain untuk meresapnya ke perasaan saya.
BM: Baiklah, saya penuhi pengharapan saudara, silahkan saudara periksa kitab Yahya pasal 8 ayat 14.
AW: Baik, dipasal dan ayat ini menyebutkan: “Jikalau Aku menyaksikan dari hal diriku sendiripun, benar juga kesaksian itu.”
BM: Silahkan periksa lagi Yahya 5 ayat 31.
AW: Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Jikalau Aku menyaksikan dari hal diriku, maka kesaksianku tidak benar.”
BM: Nah, saudara membuktikan sendiri perselisihan di dua ayat ini. Di satu ayat menyebutkan: “Kesaksianku benar,” sedangkan di ayat lain menyebutkan “Kesaksianku tidak benar.” Dua ayat yang berselisih itu, tersebut di kitab suci. Dan yang berbicara adalah seorang. Manakah yang benar antara dua ayat ini. Wajarkah di dalam kitab suci mengandung ayat-ayat yang berlawanan antara yang satu dengan yang lain.
AW: Ya, saya akui memang tidak cocok.
BM: Bukan saja tidak cocok, tetapi adalah satu selisih yang menyolok.
AW: Tetapi mungkin salah satu dari ayat tersebut salah cetak.
BM: Sekiranya salah cetak, tentunya ada ralat; tetapi di kitab ini tidak disebutkan apa-apa.
AW: Bibel ini berbahasa Indonesia, permisi sebentar, saya akan memeriksa Bibel yang berbahasa Inggris.
BM: Itu lebih baik, sayakah yang akan memeriksa ataukah saudara?
AW: Oleh karena bapak banyak hafal ayat-ayat Bibel maka saya serahkan agar bapak saja memeriksanya, supaya lebih cepat.
BM: Baiklah; harap saudara memperhatikan juga saudara-saudara yang hadir, kitab yang saya pegang ini adalah Bibel berbahasa Inggris ialah “The Holy Bible,” “Containing the Old and New Testaments (American Bible Society).” Saya serahkan kitab ini kepada saudara Antonius dan saya akan menunjukkan pasal dan ayatnya untuk diteliti bersama.
AW: Baik, saya terima kitab Bibel yang berbahasa Inggris.
BM: Silahkan saudara periksa di Yahya pasal 8 ayat 14 pada halaman 104.
AW: Baik, dihalaman 104 kitab Yahya pasal 8 ayat 14 disini ada menyebutkan: “THOUGH I BEAR RECORD OF MY SELF, YET MY RECORD IS TRUE.”
BM: Kalau susunan ayat ini kita salin kedalam bahasa Indonesia, adalah demikian: “Jikalau aku menyaksikan dari hal diriku sendiripun, benar juga kesaksianku itu.” Betulkah begitu artinya?
AW: Ya, betul begitu.
BM: Jadi sama artinya dengan Injil yang berbahasa Indonesia di Yahya pasal 8 ayat 14, harap saudara cocokkan dulu.
AW: Betul, artinya sama kuatnya
BM: Sekarang silahkan periksa di Yahya pasal 5 ayat 31.
AW: Disini menyebutkan: “IF BEAR WITNES OF MYSELF, MY WITNES IS NOT TRUE.”
BM: Ayat ini kalau kita salin kedalam bahasa Indonesia akan demikian: “Jikalau aku menyaksikan dari hal diriku, maka kesaksianku itu tiada benar.” Betulkah begitu?.
AW: Ya, benar
BM: Silahkan saudara periksa lebih teliti lagi di kitab Bibel yang berbahasa Inggris ini. Di satu ayat menyebutkan “IS TRUE,” adalah benar, sedangkan di ayat lain menyebutkan “IS NOT TRUE,” adalah tidak benar.
AW: Ya, memang berbeda
BM: Kalau begitu, di Injil yang berbahasa Indonesia maupun yang berbahasa Inggris tidak ada perbedaan arti dan maksudnya?
AW: Betul Demikian.
BM: Jadi tidak salah cetak, yang salah ialah yang mengisi kitab suci itu. Kalau betul kitab suci (Injil) itu wahyu dari Tuhan, mustahil ayat-ayatnya akan berselisih antara yang satu dengan yang lain. Jadi kitab itu telah dicampuri oleh tangan manusia.
AW: Menurut pendapat saya, dua ayat itu bukan berlawanan, mungkin ayat yang satu dicabut, lalu kemudian diganti dengan ayat yang lain. Jelasnya, ayat yang satu di hapus diganti dengan ayat yang lain (yang baru). Setahu saya dalam ayat-ayat Al-Qur’an terdapat apa yang disebut “Nasich dan Mansuch” ialah satu ayat terhapus hukumnya, lalu diganti dengan ayat yang lain (hukum yang baru).
BM: Di dalam Al-Qur’an terdapat “Nasich dan Mansuch” ada disebutkan ayatnya tetapi di kitab Injil sama sekali tidak disebutkan.
AW: Dimanakah di dalam Al-Qur’an yang menyebutkan ayat tentang Nasich dan Mansuch itu
BM: Sebetulnya sayalah yang harus bertanya kepada saudara, oleh karena dari saudaralah timbulnya ucapan Nasich-Mansuch itu. Akan tetapi sekalipun demikian saya tunjukkan, ialah di surat Al Baqarah ayat 106. Susunan ayat itu ada ulama yang menafsirkan tentang adanya “Nasich dan Mansuch.” Sebagian lagi ada yang menafsirkan bahwa susunan ayat tersebut tidak menunjukkan adanya Nasich-Mansuch. Kalau saudara memerlukan, akan saya terangkan tafsirnya ayat tersebut.
AW: Hal itu, baiklah kita tangguhkan dulu. Tetapi sehubungan dengan dua ayat di Bibel yang tadi, saya berpendapat bukan berlawanan, melainkan satu ayat digantikan dengan ayat lain, sehingga nampaknya ada berlawanan. Bolehkah saya berikan misal.
BM: Silahkan, saudara berhak penuh berbicara dengan saya dalam pertemuan kita ini.
AW: Saya sebutkan misal: Dikeluarkan suatu peraturan, setiap pengendara sepeda diwaktu malam diharuskan memakai lampu. Kemudian datang lagi peraturan tidak boleh pakai lampu, karena ada peperangan misalnya. Disini ada dua peraturan, yang pertama: “Diharuskan memakai lampu.” sedang yang kedua “Dilarang.” Dua perintah itu, yang terpakai adalah yang kemudian. Demikian juga dua ayat di Bibel tadi tidak berlawanan, melainkan salah satu diantaranya sudah tidak berlaku lagi (dicabut). Ini menurut pendapat saya.
BM: Baiklah, tetapi tentunya saudara mengerti, apabila suatu peraturan yang diganti, mestinya harus diikuti penjelasan, bahwa artikel nomer sekian ayat sekian, tahun sekian dicabut, diganti dengan artikel nomer sekian dan selanjutnya. Akan tetapi dua ayat di Bibel itu, tidak ada sebutan ayat yang satu diganti, dengan lain kata dua ayat tetap berlawanan antara yang satu dengan yang lain. Tidak ada penjelasan bahwa salah satu telah dicabut, atau diganti.
=======================
PERTEMUAN YANG KEDELAPAN
Perselisihan Ayat-ayat Dalam Bibel
BM: Pada pertemuan kemarin malam saya telah terangkan ayat yang berlawanan dalam Bibel. Pada pertemuan sekarang apakah masih ada pertanyaan saudara yang akan disampaikan kepada saya.
AW: Kalau masih ada ayat-ayat dalam Bibel yang berlawanan antara satu ayat dengan yang lain, saya minta diterangkan untuk menambah keyakinan saya sampai dimanakah kesucian kitab Bibel itu ada dicampuri oleh tangan manusia.
BM: Kemarin malam saudara mengakui sudah puas. Apakah tidak lebih baik, kita bicarakan saja pasal-pasal yang saudara pandang terpenting.
AW: Ya, tetapi keterangan bapak mengenai ayat-ayat yang berlawanan di kitab Bibel itu baru sedikit membuka hati saya. Karena itulah saya bawa lagi kitab Bibel ini.
BM: Baiklah, saya akan tunjukkan, demi kepuasan saudara.
AW: Terima kasih. Harapan, Bapak sudi tunjukkan lagi bukti-bukti ayat-ayat yang berlawanan. Saya ingin mengetahui lebih banyak lagi.
BM: Silahkan saudara periksa di Yahya pasal 1 ayat 18.
AW: Dipasal dan ayat ini menyebutkan: “Maka Allah belum pernah dilihat oleh seorang juapun, tetapi Anak yang tunggal yang diatas pengakuan Bapa, ialah yang sudah menyatakan Dia.”
BM: Bagaimanakah menurut tafsiran saudara susunan ayat ini.
AW: Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak pernah dilihat oleh siapapun juga, melainkan hanya Yesus saja yang pernah melihatnya.
BM: Kalau begitu silahkan saudara periksa di kitab Kejadian pasal 18 ayat 1.
AW: Disini menyebutkan: “Hatta, maka kemudian dari pada itu kelihatanlah Tuhan kepada Ibrahim hampir dengan pohon jati mamre tatkala duduklah di pintu kemahnya ketika hari panas.”
BM: Nah, disini saudara membuktikan sendiri perselisihan di dua ayat ini, di satu ayat menyebutkan Tuhan hanya dinyatakan oleh Yesus saja, tidak seorang juapun melihatnya. Sedang di ayat yang lain ada menyebutkan bahwa Ibrahim juga melihat Tuhan. Bukankah dua ayat ini berlawanan. Yang manakah yang benar di dua ayat ini.
AW: Ya, saya mengakui memang tidak cocok.
BM: Saya lanjutkan. Silahkan periksa lagi di kitab: “Kejadian pasal 32 ayat 30.”
AW: Ya, di sini menyebutkan: “Maka dinamai oleh Yakub akan tempat itu Peniel karena katanya: ‘Sudah kulihat Allah muka dengan muka, maka nyawaku selamatlah.’”
BM: Perhatikan: di satu ayat menyebutkan, tidak seorangpun melihat Tuhan, melainkan Yesus. Di ayat yang lain menyebutkan bahwa Ibrahim melihat Tuhan. Di ayat yang lain lagi ada menyebutkan Yakub melihat Tuhan malah bertemu muka dengan muka. Yang manakah yang benar diantara tiga ayat tersebut? Mustahillah benar semuanya, karena jelas sekali susunan ayatnya yang nyata-nyata mengandung ayat yang berselisih antara yang baru dengan yang lain. Kalau dikatakan salah satu dari pada ayat-ayat itu yang benar, maka yang dua ayat tentunya salah semuanya. Pantaskah suatu kitab suci mengandung ayat yang salah? Dan kalau dikatakan salah semuanya, maka apakah kitab itu dapat dipertahankan kesuciannya, kalau ayat-ayatnya terdapat berlawanan.
AW: Ya, saya mengakui ayat-ayat tersebut tidak cocok antara yang satu dengan yang lain.
BM: Pengakuan saudara itu memang penting, tetapi lebih utama kalau diikuti dengan kesadaran.
AW: Saya harap tunjukkan lagi ayat-ayat di kitab Injil yang berselisih.
BM: Baiklah, silahkan periksa di kitab Samuel yang ke-II pasal 8 ayat 9, 10.
AW: Di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Bermula, maka setelah kedengaranlah kabar kepada TOI, raja Hamat, mengatakan Daud sudah mengalahkan segenap balatentara Hadar Ezar, disuruhkan TOI akan YORAM anaknya menghadap raja Daud akan bertanyakan selamat baginda dan menyampaikan berkat selamat kepada baginda …”
BM: Cukup dibaca sampai disitu, bagaimana menurut pendapat saudara maksud ayat itu, siapakah nama raja Hamat?
AW: Menurut ayat ini, raja Hamat bernama “Toi”
BM: Sekarang silahkan periksa Kitab Tawarikh yang pertama, pasal 18 ayat 9.
AW: Di sini menyebutkan: “Hatta apabila kedengaranlah kabar kepada TOHU, raja Hamat, mengatakan Daud sudah mengalahkan segenap balatentara Hadar Ezar raja Zoba itu.”
BM: Di ayat ini siapakah nama raja Hamat.
AW: Menurut ayat ini, nama raja Hamat ialah “Tohu.”
BM: Nah, perhatikanlah: disuatu ayat menyebutkan nama Raja Hamat ialah “Toi” sedangkan di ayat lain menyebutkan “Tohu.” Yang manakah namanya benar Tohukah atau Toi.
AW: Ya, namanya memang berselisih. Akan tetapi hanya selisih tentang nama saja. Jadi hanya perselisihan yang kecil saja.
BM: Kalau kesalahan dari manusia biasa, tentu kita tidak keberatan, akan tetapi ini adalah kesalahan “Wahyu” atau “Ilham.”
AW: Betul juga pendapat bapak, Ini adalah kesalahan wahyu atau ilham. Mustahil wahyu atau ilham dari Tuhan terdapat kesalahan walaupun kesalahan yang sedikit dan sekecil-kecilnya. (pada halaman ini terdapat footnote: Al Kitab edisi 1994, kata Tohu diganti Tou. Mungkin pada tahun berikutnya kata Tou akan diganti dengan Toi)
BM: Bukan itu saja, Silahkan periksa lagi kitab Samuel yang kedua pasal 8 ayat 9 dan 10.
AW: Di sini menyebutkan: “Bermula, maka setelah kedengaranlah kabar kepada TOI, raja Hamat, mengatakan Daud sudah mengalahkan segenap balatentara Hadar Ezar, disuruhkan TOI akan YORAM anaknya menghadap raja Daud …”
BM: Cukup dibaca sampai disitu dulu, di ayat itu ada tersebut seseorang bernama Yoram, siapakah Yoram menurut ayat tersebut?
AW: Menurut ayat tersebut Yoram itu anaknya Toi, raja Hamat.
BM: Betul, sekarang lanjutkan periksa di Kitab Tawarikh yang pertama pasal 18 ayat 9 dan 10.
AW: Di sini ada menyebutkan: “Hatta apabila kedengaranlah kabar kepada TOHU, raja Hamat, mengatakan Daud sudah mengalahkan segenap balatentara Hadar Ezar raja Zoba itu. Disuruhnyalah Hadoram puteranya pergi menghadap baginda raja Daud …”
BM: Cukup dibaca sampai disitu. Di ayat itu ada disebutkan seorang bernama Hadoram, Siapakah Hadoram itu menurut susunan ayat tersebut?.
AW: Menurut susunan ayat tersebut orang yang bernama Hadoram itu adalah anak Tohu, raja Hamat.
BM: Buktikan, di satu ayat menyebutkan bahwa Yoram itu anaknya Toi, sedangkan di ayat lain menyebutkan anaknya Toi itu bukan Yoram, melainkan Hadoram.
AW: Saya tidak tahu
BM: Saya bertanya bukan tentang tahu atau tidaknya, melainkan tentang kebenaran di dua ayat itu.
AW: Saya tidak tahu yang mana yang benar.
BM: Bukan saudara saja yang tidak mengetahui kebenarannya, malah yang menulis ayat itupun tidak bisa menunjukkan yang tepat tentang kebenarannya nama anaknya Toi itu; padahal yang dinamakan kitab suci pasti benar isinya, bersih dari segala macam kesalahan, sampai kepada kesalahan yang sekecil-kecilnya, sesuai dengan pengakuan saudara tadi.
AW: Mestinya begitu.
BM: Tetapi kenyataannya tidak begitu. Buktinya, silahkan saudara periksa lagi di Kitab Samuel ke II pasal 8 ayat 8.
AW: Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Maka dari dalam Betach dan dari dalam Berotai, dua buah negeri Hadar Ezar, diambil raja Daud akan banyak Tembaga.”
BM: Bagaimana maksud ayat ini menurut tafsiran saudara?
AW: Maksudnya ialah raja Daud mengambil banyak tembaga dari dua tempat bernama Betach dan Berotai.
BM: Silahkan periksa di Kitab Tawarich yang pertama pasal 18 ayat 8.
AW: Baik disini ada menyebutkan: “Maka dari dalam Tibchat dan dari dalam Chun, negeri Hadar Ezar itu diambil Daud amat banyak tembaga.”
BM: Buktikan di satu ayat menyebutkan dua tempat yang diambil tembaganya oleh Daud ialah Betach dan Berotai, sedangkan di ayat lain menyebutkan dua tempat itu ialah Tibchat dan Chun. Di dua ayat itu tempat manakah yang sebenarnya diambil tembaganya oleh Daud. Kalau betul kitab Injil itu mestinya suci dari pada kesalahan dan perselisihan atau berlawanan tentang ayat-ayatnya.
AW: Betul, dua ayat ini memang tidak cocok, yang satu dengan yang lain bertentangan.
BM: Apakah saudara masih memerlukan lagi ayat-ayat yang berlawanan didalam Bibel.
AW: Saya merasa beruntung kalau bapak masih bersedia menunjukkan demi untuk meningkatkan kesadaran saya.
BM: Baiklah saya ikuti kehendak saudara. Silahkan periksa lagi di Kitab Raja-raja kedua pasal 8 ayat 26.
AW: Baik, dipasal dan ayat ini menyebutkan: “Adapun umur raja Ahazia pada masa ia naik raja itu dua puluh dua tahun, maka kerajaanlah ia Jerusalem setahun lamanya, adapun nama bunda-bunda baginda itu Atalia anak Omri raja orang Israil.”
BM: Menurut susunan ayat ini, berapakah umur raja Ahazia pada waktu ia menjadi raja.
AW: Berdasarkan ayat ini diwaktu umur 22 tahun.
BM: Silahkan saudara periksa lagi di Kitab Tawarikh ke II pasal 22 ayat 2.
AW: Di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Adapun pada masa ia naik raja itu empat puluh dua tahun, dan kerajaanlah ia di Jerusalem setahun lamanya, maka nama bunda baginda itu Atalia anak Omri.”
BM: Di ayat ini menyebutkan berapakah umur Ahazia diwaktu menjadi raja?
AW: Di ayat ini menyebutkan diwaktu berumur 42 tahun.
BM: Nah Di dua ayat ini yang manakah yang benar, diwaktu berumur 22 tahunkah atau berumur 42 tahun. Di satu ayat menyebutkan Ahazia menjadi raja di waktu berumur 22 tahun, dan di ayat yang lain menyebutkan pada waktu berumur 42 tahun. Bukankah ini menunjukkan perselisihan yang menyolok sekali di kitab Injil yang dikatakan suci itu.
AW: Ya, perselisihan di dua ayat ini tak dapat dipungkiri lagi.
BM: Supaya makin bertambah tak dapat dipungkiri lagi oleh saudara tentang ayat-ayat yang berlawanan di kitab Bibel itu. Silahkan saudara periksa lagi di kitab Raja-raja II pasal 24 ayat 8.
AW: Baik, disini ada menyebutkan: “Jojachin pada masa ia naik raja itu delapan belas tahun, maka kerajaanlah ia di Jerusalem tiga tahun lamanya dan nama bunda baginda itu Nehusta anak Elmatan dari Jerusalem.”
BM: Siapakah nama raja di ayat ini?
AW: Namanya Jojachin.
BM: Silahkan saudara periksa di Kitab Tawarikh yang kedua pasal 36 ayat 9.
AW: Di sini ada menyebutkan: “Adapun umur Jehojachin pada masa ia naik raja itu delapan belas tahun, maka kerajaanlah ia di Jerusalem tiga bulan dan sepuluh hari lamanya, maka diperbuatnya barang yang jahat kepada pemandangan Tuhan.”
BM: Buktikan perselisihan yang menyolok pada dua ayat ini; di satu ayat menyebutkan Jojachin dan di ayat yang lain menyebutkan Jehojachin. Selanjutnya di satu ayat menyebutkan kerajaan Jojachin di Jerusalem tiga tahun lamanya dan di ayat yang lain menyebutkan 3 bulan 10 hari. Yang manakah yang benar di dua ayat ini, Jojachinkah atau Jehojachin, dan kerajaan Jerusalem selama 3 tahunkah atau 3 bulan 10 hari? Harap saudara periksa lagi dengan teliti susunan dua ayat yang saudara baca tadi.
AW: Betul, memang tidak cocok antara dua ayat ini. (Catatan kaki: Al Kitab yang diterbitkan tahun 1994, Kata “Yehoyakhin” diganti dengan “Yoyakhin” dan di Alkitab edisi tahun 1994, kata “tiga tahun” diganti “tiga bulan.”)
BM: Aneh, lagi-lagi tidak cocok dan memang tidak cocok.
AW: Memang mustahil di kitab suci mengandung ayat-ayat yang berlawanan antara yang satu dengan yang lain.
BM: Supaya lebih nyata kemustahilannya, teruskan saudara periksa di kitab Saul yang kedua pasal 23 ayat 8.
AW: Di ayat ini tersusun sebagai berikut: “Bermula, maka inikah nama segala pahlawan yang mengiringi Daud, Josech Basjebet bin Tachkemoni, kepala segala penghulu iapun bergelar penyucuk dan penikam lembing, sebab ditikamnya akan kedelapan ratus orang dalam sekali saja berperang.”
BM: Berdasarkan ayat ini saya ingin bertanya pada saudara siapakah nama pahlawan yang mengiringi Daud menurut ayat ini?
AW: Namanya Josech Basjebet bin Tachkemoni.
BM: Menjabat apakah ia?
AW: Kepala segala penghulu
BM: Berapa orangkah yang ditikamnya dalam sekali berperang?
AW: Delapan ratus orang.
BM: Kalau begitu, silahkan saudara periksa di Kitab Tawarikh yang pertama pasal 11 ayat 11.
AW: Di ayat ini susunan kalimatnya seperti berikut: “Maka inilah bilangan segala pahlawan yang mengiringi Daud, Yasobam bin Hachmoni, kepala orang tiga puluh, yang melayangkan lembingnya kepada orang tiga ratus, ditikamnya akan mereka itu sekalian dalam sekali berperang.”
BM: Berdasarkan ayat ini saya ingin bertanya pada saudara siapakah nama pahlawan yang mengiringi Daud menurut ayat ini?
AW: Namanya Yasobam bin Hachmoni.
BM: Menjabat apakah ia?
AW: Kepala dari orang tiga puluh.
BM: Berapa orangkah yang ditikamnya dalam sekali berperang?
AW: Sebanyak Tiga ratus orang.
BM: Cocokkan dua ayat ini antara yang satu dengan yang lain?
AW: Terlalu tidak cocok malah dalam dua ayat ini terdapat 3 macam selisih yang jelas sekali.
BM: Memang. Di satu ayat menyebutkan pahlawan yang mengiringi Daud bernama Josech Basjebet bin Tachkemoni dan di ayat yang lain bernama Yasobam bin Hachmoni. Di ayat inipun menyebutkan Kepala orang tiga puluh. Di ayat itupun ada menyebutkan lagi Menikam 800 (delapan ratus) orang dalam sekali berperang dan di ayat yang lain menyebutkan menikam 300 (tiga ratus) orang dalam sekali berperang.
AW: Intermezzo sedikit pak Kyai.
BM: Ya, boleh intermezzo jenis apa?
AW: Saya merasa sungguh kagum, karena Bapak Kyai hapal diluar kepala tentang ayat-ayat Bibel. Padahal kalau tidak salah ayat-ayat dikitab Bibel itu ada ribuan. Dengan cara bagaimana Bapak menghafalnya.
BM: Lain waktu saya bisa terangkan pada saudara.
AW: Menghafalkannya saja tentu amat berat, Yang betul-betul mengherankan saya, dapat bapak menunjukkan dengan tepat letaknya ayat-ayat di Bibel dan tambah mengherankan lagi hafalnya ayat-ayat Bibel yang berlawanan antara satu dengan yang lain. Baik tentang nama-nama suratnya, pasalnya, maupun ayat-ayatnya, kesemuanya dengan tepat sekali bapak menunjukkannya. Betul saya bertanya; malah diantara saudara-saudara yang hadir kemarin malam ada yang membisikkan pada telinga saya, memberikan dorongan supaya menanyakan kepada bapak.
BM: Supaya tidak banyak makan waktu, saya jawab dengan singkat saja, saya kalau menghafalkan sesuatu tidak hanya menggunakan alat pancaindera lahir (sensus exterior) semata-mata, akan tetapi juga alat-alat pancaindera bathin (sensus interior). Keterangan mengenai soal ini cukup panjang, membutuhkan antara dan waktu tersendiri. Kalau saudara ada hasrat, lain waktu akan saya jelaskan.
AW: Baiklah kalu begitu, sekarang kita lanjutkan.
BM: Sebagai bukti, bahwa alat pancaindera bathin itu dapat menembus, maka saya tembuskan pandangan bathin saya ke dalam kitab Bibel, untuk saya tunjukkan lagi pada saudara ayat-ayat di Bibel yang berlawanan.
AW: Terima kasih.
BM: Silahkan saudara periksa lagi di kitab Samuel yang kedua pasal 24 ayat 1.
AW: Di pasal dan ayat ini ada menyebutkan: “Bermula maka kembali pula bangkitlah murka Tuhan akan orang Israil, diajaknya Daud akan lawan mereka itu katanya: ‘Bilangkanlah olehmu akan orang Israil dan akan orang Jehuda.’”
BM: Menurut ayat ini, siapakah yang mengajak Daud membilang dan melawan orang Israil?
AW: Menurut susunan ayat ini yang mengajak Daud ialah Tuhan.
BM: Betul, sekarang silahkan saudara periksa di kitab Tawarikh yang pertama pasal 21 ayat 1.
AW: Baik, dipasal dan ayat ini ada menyebutkan: “Sebermula, maka pada masa itu, berbangkitlah syetan akan celaka orang Israil, diajaknya Daud supaya dia membilang banyak orang Israil.”
BM: Menurut ayat ini siapakah yang mengajak Daud membilang orang Israil.
AW: Berdasarkan ayat ini yang mengajak Daud, ialah Syetan.
BM: Nah, perhatikan; di satu ayat menyebutkan yang mengajak Daud adalah Tuhan. Kemudian di satu ayat yang lain menyebutkan, yang mengajak Daud adalah Syetan. Yang manakah yang benar diantara dua ayat ini, Tuhankah atau syetan.
AW: Ya, betul; ini adalah suatu perselisihan yang menyolok sekali.
BM: Kalau demikian tentunya saudara dapat membayangkan, apakah Bibel yang sekarang ini masih tetap dikatakan sucikah atau sudah dicampuri oleh tangan manusia.
AW: Kalau sudah terang-terangan begini, tentunya sulit untuk dipertahankan kesuciannya.
BM: Apakah saudara masih belum merasa puas bukti-bukti yang saya tunjukkan tentang ayat-ayat Bibel yang berlawanan antara yang satu dengan yang lain itu?
AW: Sudah cukup jelas.
BM: Jangankan di kitab suci itu sampai terdapat beberapa ayat yang berlawanan malah satu ayat saja terdapat ayat yang berselisih dengan ayat lain, sudah cukup alasan untuk tidak dapatnya dipertahankan dan diyakinkan tentang kesuciannya.
AW: Kalau begitu kitab Bibel yang dianggap suci oleh penganutnya itu lantas bagaimana?
BM: Sebetulnya pertanyaan saudara itu harus dijawab oleh saudara sendiri karena saudara saudara sendiri masih mempunyai kitab itu. Tetapi saya tolong menjawabnya. Setiap agama mempunyai kitab suci. Akan tetapi kalau di kitab sucinya itu ternyata terdapat beberapa ayatnya yang berselisih atau berlawanan dan tidak cocok antara yang satu dengan yang lain, apakah penganut-penganut agama itu masih berkeyakinan bahwa kitab sucinya itu tetap suci. Padahal yang dinamai kitab suci adalah wahyu, ilham dari Tuhan. Mustahil sekali kalau wahyu Tuhan itu tidak cocok. Di satu ayat Tuhan berkata YA lalu di ayat yang lain lagi menyatakan TIDAK. Di satu ayat Tuhan berkata “A” lalu di ayat lain Tuhan berkata lagi bukan “A” tetapi “B.” Kalau sampai terjadi demikian, tidak mustahil bahwa tangan manusia sudah ikut campur di dalamnya.
AW: Betul begitu, Tetapi maaf. Kalau Bapak tidak berkeberatan, saya minta lagi.
BM: Minta yang mana lagi yang dimaksudkan oleh saudara?
AW: Minta satu ayat lagi yang berselisih di Bibel.
BM: Agaknya saudara akan menguji saya tentang Bibel.
AW: Tidak, betul-betul tidak. Hanya minta satu saja. Betul-betul saya hanya minta satu ayat saja lagi.
BM: Saudara minta satu ayat lagi atau lebih, saya bisa tunjukkan. Tetapi waktunya sudah jauh malah. Kecuali kalau saudara suka menerima sampai pagi.
AW: Tidak, betul-betul hanya minta satu ayat lagi. Setelah itu kita lanjutkan pasal-pasal yang lain. YANG HADIR: Teruskan sampai waktu subuh, kita setuju dan akan tetap tenang.
BM: Baiklah saya penuhi pengharapan saudara Antonius. Silahkan saudara periksa di kitab Samuel yang kedua pasal 10 ayat 18.
AW: Baik, di pasal dan ayat ini ada menyebutkan: “Tetapi kemudian, larilah segala orang syam itu dari hadapan orang Israil, maka daripada orang Syam itu dibinasakan Daud tujuh ratus ekor kuda kereta dan empat puluh ribu orang berkuda, tambahan pula dikalahkannya Sobach, panglima perang mereka itu, sehingga matilah ia di sana …”
BM: Cukup dibaca sampai disitu dulu, saya akan bertanya pada saudara, di ayat ini ada berapakah jumlahnya kuda kereta yang dibinasakan oleh Daud.
AW: Di ayat ini menyebutkan 700 (tujuh ratus) banyaknya yang dibinasakan oleh Daud.
BM: Di ayat itu juga ada berapakah jumlahnya orang berkuda yang dibinasakan oleh Daud?
AW: Menurut ayat ini ada 40.000 (empat puluh ribu) orang berkuda yang dibinasakan oleh Daud.
BM: Dan di ayat itu juga, siapakah namanya panglima perang yang dibunuh?
AW: Menurut ayat ini panglima perang yang dibunuh bernama Sobach.
BM: Betulkah semuanya itu, silahkan periksa lagi.
AW: Betul demikian jawaban-jawaban saya berdasarkan ayat ini.
BM: Kalau begitu silahkan saudara periksa di Kitab Tawarikh yang pertama pasal 19 ayat 18.
AW: Di sini ada menyebutkan: “Maka larilah segala orang Syam dari hadapan orang Israil, maka dibinasakan Daud daripada orang Syam itu tujuh ribu ekor kuda kereta, dan empat puluh ribu orang yang berjalan kaki, tambahan pula dibunuhnya Sofach panglima perang itu…”
BM: Saya akan bertanya; Ada berapakah jumlah kuda kereta yang dibinasakan oleh Daud menurut ayat ini?
AW: Menurut ayat ini, menyebutkan ada 7000 (tujuh ribu).
BM: Di ayat ini juga yang dibinasakan oleh Daud apakah 40.000 orang yang berkuda atau 40.000 orang yang berjalan kaki.
AW: Di ayat ini yang dibinasakan oleh Daud ada menyebutkan 40.000 yang berjalan kaki, bukan orang berkuda.
BM: Pun di ayat ini juga, disebutkan siapakah namanya panglima perang, apakah bernama Sobach-kah atau Sofach?
AW: Di ayat ini disebutkan bernama Sofach.
BM: Coba saudara perhatikan dengan seksama perselisihan di dua ayat ini. Satu ayat saja sudah terdapat 3 macam selisih. Di kitab Samuel yang kedua pasal 10 ayat 18 menyebutkan; yang dibinasakan oleh Daud sebanyak 700 (tujuh ratus) kuda kereta, sedangkan di kitab Tawarikh yang pertama pasal 19 ayat 18 menyebutkan 7.000 (tujuh ribu) kuda kereta. Yang manakah yang benar di dua ayat itu. Di kitab Samuel yang kedua itu juga ada menyebutkan 40.000 (empat puluh ribu) orang berkuda, sedangkan di kitab Tawarikh I, 40.000 orang berjalan kaki. Yang manakah yang benar, 40.000 orang berkudakah yang dibinasakan oleh Daud atau 40.000 orang berjalan kaki. Di kitab Samuel yang kedua itu juga ada menyebutkan panglima perangnya bernama Sobach sedangkan dikitab Tawarikh yang pertama menyebutkan panglimanya bernama Sofach. Yang manakah yang benar, Sobach-kah atau bernama Sofach?
AW: Sudah cukup puas; saya sudah menyadari dan saya sudah mulai insyaf.
BM: Mulai sadar dan insyaf yang bagaimana yang saudara maksudkan?
AW: Jiwa dan kesadaran saya mulai terbuka. Besok malam saya akan lukiskan kandungan hati saya, setelah saya menerima jawaban-jawaban pertanyaan-pertanyaan saya yang lain pada Bapak.
BM: Baiklah saya persilahkan.
AW: Apakah sebabnya orang-orang pandai (sarjana) di negeri Barat banyak yang memeluk agama Kristen? Kalau agama Islam suatu agama yang benar dan ajran-ajarannya sesuai dengan Ilmu pengetahuan dan modern, tentunya mereka masuk Islam.
BM: Sebelumnya saya memberikan jawaban, saya akan bertanya, saudara sendiri termasuk sarjana. Mengapa saudara memeluk (tertarik pada, red) agama Islam?
AW: Ya, karena hasil diskusi ini yang membawa saya lebih menyelami dan memilih ajaran-ajaran agama Islam.
BM: Sekiranya tanpa diskusi yang menghasilkan tambahnya meneliti ajaran-ajaran Islam, apakah mungkin saudara menjadi pemeluk agama Islam yang sadar?
AW: Menurut pikiran saya tidak mungkin.
BM: Orang-orang di negeri barat yang saudara sebut itu sekiranya seperti saudara pula dalam menganut suatu agama.
AW: Ya, betul.
BM: Memang betul, Karena di zaman ini dari mereka ada banyak yang sudah memeluk agama Islam atas hasil penyelidikan dan penelitian yang mendalam.
AW: Akan tetapi ada orang-orang Islam yang berpindah agama menjadi pemeluk agama Kristen.
BM: Dari manakah saudara ketahui.
AW: Di negeri kita sendiri. Buktinya dengan bertambahnya pembangunan Gereja, sekolah Kristen nampaknya sementara senantiasa bertambah jumlahnya.
BM: Apakah orang-orang Islam yang masuk agama Kristen itu terdiri dari sarjana-sarjana Islam.
AW: Saya tidak mengetahuinya, hanya dari kata-kata saja. Akan tetapi saya sendiri sampai saat ini belum menemukan malah belum mendengar sarjana-sarjana Islam masuk Kristen.
BM: Kalau begitu orang-orang Islam di Indonesia yang berpindah agama bukan dari hasil penelitian; jadi masuknya bukan karena keyakinannya.
AW: Mengapa bapak berpendapat demikian.
BM: Saudara membuktikan sendiri bahwa orang-orang Islam di Indonesia ada banyak sekali, yang miskin, melarat dan menderita dalam hidupnya. Mereka butuh uang, makan, pakaian dan obat-obatan, Kesempatan ini dipergunakan oleh beberapa orang penganut Kristen untuk mempengaruhi mereka dengan jalan membagi-bagikan makanan, pakaian, obat-obatan dan lainnya kalau tidak keliru.
AW: Ya, saya pernah baca di majalah Kiblat.
BM: Di zaman ini ada beberapa orang di negeri barat yang mulanya beragama Kristen setelah menyelidiki dan meneliti ajaran-ajaran Islam, yang menunjukkan kebenaran ajaran Islam mereka berterusterang berpindah menjadi penganut Islam; mereka itu golongan sarjana, malah diantaranya terdapat pendeta Kristen yang menjadi pemeluk agama Islam.
AW: Betul, saya sendiri pernah membaca di Majalah Kiblat.
BM: Jadi sudah jelas, bahwa orang-orang di negeri yang beragama Kristen lalu berpindah menjadi pemeluk Islam disebabkan dari hasil penelitiannya tentang kebenaran ajaran-ajaran Islam, umumnya orang-orang yang di negeri barat kalau melakukan sesuatu penelitian dan penyelidikan menggunakan kecerdasan otaknya secara ilmiah. Mereka menjadi penganut Islam dengan kesadaran dan keyakinannya.
AW: saya menerima keterangan bapak.
BM: Sedangkan orang-orang Islam di Indonesia yang berpindah agama menjadi pemeluk agama Kristen umumnya bukan dari hasil penyelidikan dan penelitiannya yang tentunya bukan di atas dasar kesadaran dan keyakinannya, melainkan karena perut lapar, karena hidupnya yang Senin Kamis, butuh makan, uang, pakaian, maupun obat-obatan. Dengan keterangan saya ini Saudara bisa bandingkan sendiri sebab musababnya orang-orang Kristen di negeri Barat yang masuk Islam dan orang-orang Islam di Indonesia yang masuk agama Kristen.
AW: Tetapi tentu ada juga orang-orang Indonesia yang tidak miskin masuk agama Kristen
BM: Tetapi tentu itu umumnya bukan berasal dari penganut agama Islam, mungkin dari agama yang lain lagi. Jadi masih ada yang akan ditanyakan lagi.
AW: Ya, sedikit, besok malam saja. Sekarang sudah jauh malam.
BM: Baiklah, besok malam, agar lebih sempurna.
================
PERTEMUAN YANG KESEMBILAN
MASUK ISLAM
BM: Pertemuan kita sudah berlangsung beberapa kali dan berjalan lancar. Pada pertemuan yang sekarang ini, apakah masih ada pertanyaan-pertanyaan saudara yang akan diajukan.
AW: Sejak siang tadi, saya telah pikirkan dan pertimbangkan secara mendalam tentang hasil-hasil pertemuan kita yang menimbulkan kesadaran saya untuk menentukan pendirian saya agar memilih agama yang mana yang harus saya ikuti.
BM: Alhamdulillah, kalau saudara sudah dapat menentukan sendiri. Jadi bagaimana kepercayaan saudara sekarang ini terhadap Trinitas (Tuhan Bapak, tuhan Anak dan Ruhul Kudus).
AW: Memang soal inilah yang sedang saya renungkan sejak tadi siang, oleh karena saya masih merasa terikat oleh satu “Patokan” yang hingga saat ini belum dapat saya pecahkan. Padahal keterangan bapak sangat memuaskan sejak semula kita bertemu.
BM: Sekiranya saudara tidak berkeberatan, cobalah saudara terangkan. Mungkin saya dapat membantu saudara.
AW: Ialah soal Trinitas. Soal ini masih berbekas dalam jiwa saya.
BM: Baiklah, saudara terangkan saja.
AW: Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Rohul Kudus itu walaupun tersusun dari tiga oknum, tetapi tetap pada hakekatnya Tunggal juga. Karena yang satu tidak dapat terpisah dengan yang lain. Persoalan inilah yang masih berbekas dalam keyakinan saya. Sedangkan soal-soal lain, mengenai ayat-ayat di Bibel, dosa waris, kebenaran Al-Qur’an, Kebenaran Nabi Muhammad selaku utusan tuhan, teristimewa perselisihan ayat-ayat di Bibel dan keterangan-keterangan serta penjelasan-penjelasan bapak yang berdasarkan fakta objektif dan interesant itu bagi saya sudah beres dan saya menyerah.
BM: Baiklah, lanjutkan.
AW: Tetapi soal Trinitas itu masih terlukis saja dalam keyakinan saya. Sehingga belum dapat secara bulat (ikhlas) bagi saya untuk mengorbankan keyakinan saya begitu saja tanpa penjelasan-penjelasan yang cukup luas yang sungguh mengatasi keyakinan saya.
BM: Jadi yang tiga oknum itu, saudara masih mempercayai bahwa ketiga-tiganya itu adalah Tuhan semuanya.
AW: Ya, begitulah, tetapi sudah mulai tipis.
BM: Jadi Tuhan Bapak itu Tuhan?
AW: Ya.
BM: Tuhan Anak, Yesus, apakah Tuhan?
AW: Ya.
BM: Apakah Rohul Kudus juga Tuhan?
AW: YA, semuanya tiga tetapi tetap satu (tunggal), seperti telah saya terangkan tadi. Supaya lebih jelas, saya buatkan misal.
BM: Baiklah, silahkan saudara buatkan misal.
AW: Bapak sekarang sedang menghisap rokok
BM: Ya sekarang sedang merokok. Saudara-saudara yang hadir melihat juga. Saya sekarang sedang merokok.
AW: Rokok yang bapak isap itu, terdiri dari tiga susunan ialah: Batang Rokoknya, Apinya, Merah api pada rokok
BM: Ya betul, teruskan.
AW: Batang rokok, apinya dan merahnya itu menjadi satu juga walaupun terdiri dari pada 3 susunan, akan tetapi pada hakekatnya satu juga, ialah rokok, ketiganya tidak dapat terpisah, melainkan berpadu menjadi satu (tunggal). Demikian juga halnya dengan Trinitas itu.
BM: Misal atau perumpamaan yang saudara berikan walaupun dianggap benar, tetapi tidak tepat.
AW: Jadi bagaimana, saya minta dibantah kalau tidak tepat.
BM: Saya tidak akan membantah, malah saya hargai pendapat saudara itu. Saya hanya ingin bertanya mengenai perumpamaan yang saudara kemukakan tadi. Tetapi pertanyaan saya ini, minta diberi jawaban yang tepat.
AW: Baik, semoga saya bisa menjawabnya.
BM: Tadi saudara memberikan perumpamaan tentang rokok dalam hal persamaan dengan Trinitas.
AW: ya, betul begitu.
BM: Saya ingin bertanya, dan saya sekarang sedang merokok. Apakah batang rokok ini, rokok-kah atau bukan.?
AW: Ya. Betul batang rokok
BM: Apakah apinya rokok ini, rokok-kah atau bukan?
AW: Bukan.
BM: Apakah merahnya api pada rokok ini rokok-kah atau bukan?
AW: Bukan.
BM: Nah, sekarang saya tanyakan lagi: Apakah Tuhan Bapak itu Tuhan atau Bukan?
AW: Ya, betul Tuhan.
BM: Apakah Anak Tuhan (Yesus) itu Tuhankah (Tuhan bapak) atau bukan?
AW: Bukan
BM: Apakah Rohul Kudus itu Tuhankah atau bukan?
AW: Mestinya bukan juga.
BM: Kalau saudara mengatapan apinya rokok itu bukannya Rokok dan merahnya rokok ini bukan rokoknya, maka jelaslah bahwa Yesus itu bukan Tuhan dan Rohul Kuduspun bukan Tuhan.
AW: Ya,
BM: Kecuali sekiranya saudara ada menyebutkan: Apinya rokok ini adalah rokok, maka adalah saudara berkata: Yesus itu adalah Tuhan dan Rohul Kudus itu pun Tuhan juga.
AW: Ya, betul tepat sekali jawaban bapak.
BM: Sekarang bagaimana kepercayaan saudara, apakah Yesus itu Tuhan atau bukan.
AW: Bukan!
BM: Apakah Rohul Kudus itu Tuhankah atau bukan.
AW: Terang bukan Tuhan!
BM: Kalau begitu masihkah saudara berkeyakinan terhadap Trinitas.
AW: Sudah Lenyap!
BM: Kalau sudah lenyap, lantas bagaimana?
AW: Ya, keyakinan saya sekarang, hanya ada SATU TUHAN.
BM: Jadi saudara mempercayai bahwa TUHAN TUNGGAL?
AW: Seharusnya demikian; saya percaya bahwa Tuhan itu Tunggal, Tidak ada Tuhan yang lain lagi.
BM: Yang dimaksudkan Tuhan oleh saudara, apakah Tuhan Allah atau bagaimana?
AW: Tentu saja Tuhan ALLAH
BM: Pada pertemuan yang lalu, saudara telah mengaku kebenaran Nabi Muhammad SAW selaku utusan Allah.
AW: Ya, saya tidak berdusta
BM: kalau begitu saudara telah mengakui bahwa: “Tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan Muhammad adalah Utusan Allah.”
AW: Betul, saya mulai saat ini masuk Islam, menjadi penganut Agama Islam, dan termasuk ummatnya Nabi muhammad SAW.
HADIRIN DENGAN SUARA SERENTAK: Alhamdulillah, Alhamdulillah, saudara Antonius sekarang menjadi saudara kita.
BM: Saudara yang hadir ikut menyaksikan sendiri, bahwa pada malam ini tangal 18 Maret 1970 jam 10.15 menit malam, saudara Antonius telah masuk Islam.
HADIRIN: Kami telah menyaksikan.
BM: Saya minta saudara Antonius membacakan “Kalimah Syahadah,” saya bacakan dulu lalu saudara diharap mengikutinya menyebutkan pengakuan.
“Asyhadu Anlaa ilaa ha Illallah Wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah.”
Tahukah saudara artinya?
AW: Ya, tetapi sebaiknya saya minta dituntun membacanya, pertama-tama bapak, supaya tidak keliru. “Saya menyaksikan bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan saya mengaku sesungguhnya Nabi Muhammad adalah Pesuruh Allah.”
BM: Betulkah saudara-saudara yang hadir?
HADIRIN: Betul. Cukup, sudah sah Islamnya.
BM: Marilah kita bersama-sama berdo’a dan memanjatkan syukur kehadirat Allah SWT dan diharap saudara Antonius dan saudara-saudara yang hadir semuanya mengucapkan Amien. Setelah doa dibacakan, saya harap saudara-saudara yang hadir berjabatan tangan dengan saudara Antonius selaku saudara kita yang baru. Apakah nama saudara Antonius masih ada lanjutannya.?
AW: Nama saya yang sebenarnya “Antonius Widuri.”
BM: Bolehkah saya tambah tanpa mengubah nama yang asal (aslinya)?
AW: Ya, saya setuju.
BM: Saya tetapkan nama saudara sekarang “Antonius Muslim Widuri.” Jadi ditambah dengan kata Muslim.
AW: Saya terima namanya menjadi namanya dan cocok buat saya.
BM: Saudara-saudara yang hadir tentu sudah mendengar juga tambahan nama ini.
HADIRIN: Nama itu wajar dan cocok, bagus.
BM: Bersediakah saudara melakukan Shalat, Puasa, Zakat dan ajaran-ajaran Islam lainnya?
AW: Selaku seorang Islam, saya wajib mentaati ajaran-ajaran Islam menurut kemampuan (kemampuan saya).
BM: Terima kasih. Apakah saudara ingin memberikan sekedar sambutan atau menyampaikan beberapa buah kata besok malam, karena ada kawan yang akan mengadakan sekedar selamatan?
AW: Baiklah, saya penuhi besok malam.
=================
Sambutan
========
SAMBUTAN PADA MALAM SELAMATAN
SDR. ANTONIUS MUSLIM WIDURI
Ass. Wr. Wb.
Bapak Kyai Bahaudin Mudhary dan saudara-saudara yang kami muliakan, saudara-saudara yang telah ikut serta menyaksikan pertemuan (diskusi) antara bapak Kyai Bahaudin Mudhari dengan kami, antara seorang Islam dan Kristen Roma Katolik yang telah berlangsung selama beberapa malam yang diakhiri masuknya saya dalam agama Islam, ajaran agama Allah SWT. Yang Maha Tunggal, menjadi penganut ajaran Nabi Muhammad SAW, maka dengan ini kami menyatakan syukur ke hadirat Allah SWT. Dan terima kasih yang sebesar-besarnya kami haturkan kepada bapak Kyai Bahaudin Mudhary yang memberikan waktunya selama beberapa malam, yang membawa manfaat kepada kita bersama.
Disamping itu kami harus mengakui pula, selama diskusi berlangsung dengan tertib dan lancar, kami merasa kagum atas keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dari bapak Kyai Bahaudin Mudhary.
Kagum kami rasakan oleh karena beliau hafal diluar kepala tentang ayat-ayat Bibel dan logika yang digunakan oleh beliau adalah logika debat, jujur dan obyektif dan didikuti pula penjelasan-penjelasan ilmiah yang kesemuanya itu tak mungkin ditolak oleh akal dan jiwa yang sadar untuk membuktikan kesadaran lahir dan batin, mengetuk dan membuka jiwa kami dan akhirnya membawa keyakinan kami kepada agama Islam.
Saudara-saudara menyaksikan sendiri, bahwa kami menjadi pemeluk dan penganut agama islam, adalah bukan karena paksaan, bukan karena pengaruh dari dari siapapun, bukan karena tekanan, bukan karena keadaan, bukan karena ada maksud yang lain dan bukan karena ajakan, diminta atau meminta, melainkan adalah dari hasil pertemuan, pertumbuhan dari hasil diskusi dengan tujuan mencari kebenaran dan keyakinan beragama.
Kebenaran dan keyakinan beragama yang kami miliki sekarang ini, adalah hasil dari penelitian dan penyelidikan serta pertimbangan-pertimbangan dari hasil diskusi yang menggunakan waktu tidak sedikit berlangsung beberapa malam lamanya. Dan disamping itu pula kami menggunakan kitab-kitab agama maupun kitab-kitab lainnya dan majalah-majalah yang senantiasa memuat artikel-artikel tentang agama Kristen, yang ikut membantu kami dalam meneliti ajaran ajaran agama Islam, bukan karena ikut-ikutan melainkan dengan penyelidikan,penelitian dan pertimbangan-pertimbangan dengan mempergunakan waktu yang tidak sedikit sebagaimana saudara-saudara telah menyaksikan sendiri. Malah bagi saudara-saudara yang mengikuti “diskusi” dari muali sampai pada malam ini, saudara-saudara menyaksikan sendiri betapa gigihnya kami mempertahanakan keyakinan kami selaku pemeluk agama Kristen Roma Katolik dalam pertemuan itu. Namun kegigihan kami itu lama-lama menjadi pudar setelah dikikis sedikit demi sedikit oleh bapak Kyai Bahaudin Mudhary. Beliau hanya menggunakan kitab Bibel untuk menghadapi sanggahan-sanggahan kami. Namun akhirnya kami sendiri yang menyerah. Tidak salah kalau beliau pernah menyinggung dengan ucapan “senjata makan tuan.” Kami akhiri sampai disini saja dan selanjutnya kami mohon dengan hormat, sudi bapak-bapak dan saudara-saudara memberikan bimbingan kepada kami yang masih hijau dalam ajaran-ajaran Islam.
Dengan bimbingan bapak-bapak dan saudara-saudara itu pasti akan membawa kami menjadi pemeluk agama Islam yang setia, taat, taqwa sehingga kelak dihadapkan Alloh SWT.
Sekali lagi kami menghaturkan terima kasih
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
SAMBUTAN H. BAHAUDIN MUDHARY
Ass. Wr. Wb.
Saudara-saudara, Kami bersyukur kehadirat Alloh SWT. diikuti panjatan do’a semoga saudara Antonius Muslim Widuri selaku pemeluk Islam menambah ilmu pengetahuan tentang keislaman sehingga dapat juga ikut serta melakukan da’wah Islamiyah di kemudian hari.
Kami menyatakan terima kasih kepada:
Saudara Markan dengan keikhlasannya mendampingi saudara Antonius Muslim Widuri memberikan penjelasan-penjelasan selama diskusi berlangsung. Dan disamping itu, saudara Markan dengan foto tustelnya telah mengabadikan diskusi ini selaku kenang-kenangan.
Saudara Abd. Latif, Stenograf berijazah, yang telah mencatat, membuat weslag, naskah,sejak dari mula pertama kali hingga diskusi ini berakhir.
Saudara Suroto yang memberikan bantuannya berupa tape recorder.
Saudara-saudara pengurus Yayasan Pesantren Sumenep dan saudara-saudara yang telah menyaksikan walaupun diskusi ini sengaja kami tidak dengan undangan malah oleh kami direncanakan dengan cara bersembunyi (tertutup), hanya pertemuan biasa pribadi dengan pribadi saja, akan tetapi oleh karena saudara-saudara mungkin mendengar selentingan kabar lalu ingin menyaksikan. Syukur diskusi ini berlangsung dengan lancar dan tertib, disebabkan bantuan saudara-saudara.
Saudara A. Zainudin dengan ikhlas telah menyediakan tempat dan sekedar penawar haus.
Saudara A. Rofiq dan saudara Muhd. Nawir Rasyidi dengan ikhlas pula telah menyediakan santapan sekedar selamatan.
Semoga amal-amal saudara yang kami sebutkan, dikaruniai ganti lipat ganda dari Alloh SWT. Amin.!
Saudara-saudara, perasaan kami sulit dilukiskan dengan kata-kata, namun perasaan itu tetap tinggal di dalam badan rasa (gevolehslichaam) tak mungkin lenyap dan dilenyapkan.
Saudara-saudara, merubah kepercayaan, merubah keyakinan hidup seseorang bukan pekerjaan enteng. Akan tetapi bukan pekerjaan mustahil untuk diusahakan. Karena yang mustahil itu tidak mesti mustahil untuk mencapai hasil yang diinginkan. Akan tetapi usaha semacam itu membutuhkan tidak sedikit ketabahan dan kesabaran,tidak sedikit energi, tidak sedikit pengorbanan.perasaan dan waktu. Sebab usaha dalam hal itu Alloh melarang paksaan, namun Alloh SWT. selalu menganugrahkan karunia dan petunjukNya atas hamba yang dikehendakiNya.
Selanjutnya kita harus selalu menyadari untuk memupuk toleransi agama. Kita tidak mempersoalkan “mayoritas” atau “minoritas” di bidang agama, melainkanperanan kita ialah di bidang “dakwah” dengan segala macam corak dan bentuk yang dibenarkan oleh hukum yang berlaku.
Setiap individu masyarakat, bangsa yang memperuncing perbedaan agama dalam lingkungan maupun di dalam negara, akan senantiasa mengalami kesulitan didalam seluruh bangsa itu sendiri.
Dulu Pemerintah kolonial Belanda sangat meperhatikan toleransi, sehingga ke daerah yang kuat keislamannya, pemerintah Kolonial tidak memberikan izin masuk agama Kristen baik Katolik maupun Protestan, padahal Ratu Belanda adalah Protestan dan Pemerintah Belanda kerap kali dipegang oleh orang Katolik. Presiden Soeharto (ketika masih menjabat Presiden) dalam pidato kenegaraan pada tgl 17 Agustus 1967 antara lain beliau berkata: “Bangsa Indonesia sungguh-sungguh merasa bahagia,bahwa kita mempunyai tradisi yang baik mengenai toleransi agama ini.”
Semoga dicukupkan sekedar sambutan kami ini.
Wass. Wr. Wb.
===============
SAMBUTAN H. BAHAUDIN MUDHARY
Ass. Wr. Wb.
Saudara-saudara, Kami bersyukur kehadirat Alloh SWT. diikuti panjatan do’a semoga saudara Antonius Muslim Widuri selaku pemeluk Islam menambah ilmu pengetahuan tentang keislaman sehingga dapat juga ikut serta melakukan da’wah Islamiyah di kemudian hari.
Kami menyatakan terima kasih kepada:
Saudara Markan dengan keikhlasannya mendampingi saudara Antonius Muslim Widuri memberikan penjelasan-penjelasan selama diskusi berlangsung. Dan disamping itu, saudara Markan dengan foto tustelnya telah mengabadikan diskusi ini selaku kenang-kenangan.
Saudara Abd. Latif, Stenograf berijazah, yang telah mencatat, membuat weslag, naskah,sejak dari mula pertama kali hingga diskusi ini berakhir.
Saudara Suroto yang memberikan bantuannya berupa tape recorder.
Saudara-saudara pengurus Yayasan Pesantren Sumenep dan saudara-saudara yang telah menyaksikan walaupun diskusi ini sengaja kami tidak dengan undangan malah oleh kami direncanakan dengan cara bersembunyi (tertutup), hanya pertemuan biasa pribadi dengan pribadi saja, akan tetapi oleh karena saudara-saudara mungkin mendengar selentingan kabar lalu ingin menyaksikan. Syukur diskusi ini berlangsung dengan lancar dan tertib, disebabkan bantuan saudara-saudara.
Saudara A. Zainudin dengan ikhlas telah menyediakan tempat dan sekedar penawar haus.
Saudara A. Rofiq dan saudara Muhd. Nawir Rasyidi dengan ikhlas pula telah menyediakan santapan sekedar selamatan.
Semoga amal-amal saudara yang kami sebutkan, dikaruniai ganti lipat ganda dari Alloh SWT. Amin.!
Saudara-saudara, perasaan kami sulit dilukiskan dengan kata-kata, namun perasaan itu tetap tinggal di dalam badan rasa (gevolehslichaam) tak mungkin lenyap dan dilenyapkan.
Saudara-saudara, merubah kepercayaan, merubah keyakinan hidup seseorang bukan pekerjaan enteng. Akan tetapi bukan pekerjaan mustahil untuk diusahakan. Karena yang mustahil itu tidak mesti mustahil untuk mencapai hasil yang diinginkan. Akan tetapi usaha semacam itu membutuhkan tidak sedikit ketabahan dan kesabaran,tidak sedikit energi, tidak sedikit pengorbanan.perasaan dan waktu. Sebab usaha dalam hal itu Alloh melarang paksaan, namun Alloh SWT. selalu menganugrahkan karunia dan petunjukNya atas hamba yang dikehendakiNya.
Selanjutnya kita harus selalu menyadari untuk memupuk toleransi agama. Kita tidak mempersoalkan “mayoritas” atau “minoritas” di bidang agama, melainkanperanan kita ialah di bidang “dakwah” dengan segala macam corak dan bentuk yang dibenarkan oleh hukum yang berlaku.
Setiap individu masyarakat, bangsa yang memperuncing perbedaan agama dalam lingkungan maupun di dalam negara, akan senantiasa mengalami kesulitan didalam seluruh bangsa itu sendiri.
Dulu Pemerintah kolonial Belanda sangat meperhatikan toleransi, sehingga ke daerah yang kuat keislamannya, pemerintah Kolonial tidak memberikan izin masuk agama Kristen baik Katolik maupun Protestan, padahal Ratu Belanda adalah Protestan dan Pemerintah Belanda kerap kali dipegang oleh orang Katolik. Presiden Soeharto (ketika masih menjabat Presiden) dalam pidato kenegaraan pada tgl 17 Agustus 1967 antara lain beliau berkata: “Bangsa Indonesia sungguh-sungguh merasa bahagia,bahwa kita mempunyai tradisi yang baik mengenai toleransi agama ini.”
Semoga dicukupkan sekedar sambutan kami ini.
Wass. Wr. Wb.
===============
SURAT PENGAKUAN
Kami pembuat surat pengakuan ini,
Bernama: Antonius Widuri
Kelahiran: Yogja
Umur : 30 tahun (1970)
Agama: Kristen
Sejak tanggal 9 Maret 1970 sampai dengan 18 Maret 1970 (selama waktu 9 malam) terus-menerus, atas kemauan sendiri kami telah bersoal-jawab (berdiskusi) dengan bapak Kyai Bahaudin Mudhary, guru pesantren di Sumenep (Madura), maka dengan ini kami menyatakan dengan ikhlas, mulai tanggal 18 Maret 1970, kami telah berpindah agama dari penganut agama Kristen Roma Katolik menjadi penganut agama Islam dengan mengucapkan kalimat Syahadat:
“Asyhadu Alla Ilaaha Illallahu, Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah ” (Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Alloh, dan saya mengakui bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Alloh)
Pengakuan, dan kepindahan kami dari penganut agama Kristen Roma Katolik menjadi pemeluk agama Islam kami nyatakan sebenarmya dengan rasa penuh keikhlasan dan kesadaran lahir batin, tanpa ada paksaan maupun pengaruh dari siapapun, melainkan dari hasil penelitian dan pertimbangan yang menimbulkan keikhlasan, setelah bersoal-jawab yang cukup memuaskan, disamping menelaah buku-buku agama Islam dan majalah Islam.
Semoga Alloh SWT. memberikan taufik dan petunjuknya atas kami dalam mengamalkan perintah-perintah dan ajaran-ajaran agama Islam.
Yang meng-Islam-kan Sumenep, tgl 18 Maret 1970
Kami yang membuat pengakuan
( Kyai Bahaudin Mudhary ) ( Antonius Muslim Widuri )
Saksi:
A. Marzuki
Muh. Nawir Rasyidi
Abd. Latif
M. Ahya
Muh. Hatta
M. Markan
R.H. Abd. Azis
A. Zainuddin.
============
PERJALANAN ROHANI ANTONIUS MUSLIM WIDURI
Sebagaimana yang dia tuturkan pada Editor (waktu tidak disebutkan dalam buku).
Setelah kesaksianku bahwa tiada tuhan yang haq disembah selain Alloh, dan Muhammad adalah RasulNya, kesan yang teramat dalam menyapa rohaniku. Saya semakin yakin akan kebenaran Islam. Semakin pasrah tiada tugas yang dapat terselesaikan selain atas ridhoNya jua.
Sebelum menjadi muslim, saya sering dihantui perasaan ragu, kurang puas dan bimbang, sehingga membuatku mengambang dan kecewa. Tak ada target yang terarah apalagi kokoh. Ibarat orang mandi yang tidak merata airnya, hingga tidak mendapatkan kesegaran. Siraman rohani keislaman menjadikan saya dan keluarga benar-benar merasakan kenikmatan dan kemantapan hidup. Segala persoalan dan ganjalan kehidupan yang dulunya tidak teratasi, seakan lenyap dan mudah, lantaran mendapat ridho Alloh SWT. Saya selalu teringat pesan Bapak Kyai Bahaudin (almarhum) yang menganjurkan padaku untuk terus meningkatkan ilmu keislaman sekaligus berdakwah dengannya, agar amal-amalku senantiasa meningkat pula. Beliau nasihatkan itu kepadaku dengan penuh kasih sayang hingga membuatku begitu terharu dan merasakan kehangatannya, seakan saya sebagai anaknya. Oleh karena itu, betapa saya merasa sangat kehilangan sepeninggal Beliau. Rasanya tidak ada lagi tenpat untuk bertanya, yang mampu memberikan jawaban yang teduh dan pas.
Ada banyak nasehat dan pesan-pesan yang disampaikan oleh bapak Kyai Bahaudin kepadaku yang hingga kini masih terngiang-ngiang ditelingaku. Akan tetapi ada satu pesan dari Kyai Bahaudin yang hingga kini masih saya amalkan yaitu sholat tahajjud di malam hari. Setelah saya benar-benar istiqomah (selalu) denganNya, rasanya amaliah yang satu ini tumbuh menjadi kebutuhan yang tak dapat ditunda. Alhasil, semua itu ikut membekali ketenangan dan kedamaian hidup saya.
Sungguh kedamaian itu saya terima dan saya nikmati sebagai karunia yang begitu agung dalam kehidupanku. Tanpa terasa, kiranya saya telah membuktikan janji Alloh dalam firmanNya:
“Dan pada sebagian malam hari, bersembahyang tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS,Al-Isra:79)
Semakin dalam agama Islam saya masuki, semakin meyakinkan padaku bahwa Islam agama yang maha sempurna, tidak satupun agama lain yang memiliki hal serupa. Contoh kecil, dengan hadirnya doa-doa dalam detik-detik kehidupan, sesederhana apapun, semua dibahas dan diajarkan. Dari doa berkumpul (suami istri), saat bangun tidur, hingga pada setiap aktifitas kerja lainnya.
Akhirnya, saya sikapi hidup ini dengan ikhlas dan berpasrah dengan ridhoNya. Tugas sehari-hari kami di kantor yang cukup melelahkanpun bisa terselesaikan dengan sukses dan memuaskan.
Sungguh, saya telah mencermati Islam dan merasakan adanya perpautan kental antara akal dengan kedalaman rasa di hati, perpaduan usaha denga takdir dan keserasian antara fikir dengan zikir.
Alhamdulillah.
=============
RIWAYAT HIDUP KYAI HAJI BAHAUDIN MUDHARY
(1920-1979)
Lahir di Sumenep 23 April 1920 dan berpulang ke Rahmatullah 4 Desember 1979 di Surabaya. Meski ia belum pernah mereguk pendidikan alam pesantren, namun kadar kebesarannya berangkat dari benih pengaruh kuat ayahandanya –KH. Ahmad Sufhansa Mudhary– yang ulama dan teman berbincang dari kakaknya alm. K.H. Abdul Hamid Mudhary, yang sama sekali tidak pernah mengenyam sekolah formal ataupun Pesantren, kecuali berkhidmat kepada ayahandanya saja. Alhasil, beliaupun mampu mereguk ilmu keislaman disamping mahir bahasa Arab, Belanda dan Jepang.
Jabatan yang pernah diembannya antara lain, Komandan Sudanco, Ketua Muhammadiyah, Ketua Masyumi, Wedana di Bangkalan serta ketua Perserikatan Muslim Tionghoa di Madura (sekarang PITI).
Almarhum dalam kesehariannya sangat sederhana lagi bersahaja. Ia juga humoris dengan petuah yang penuh warna “parigan” (sesemon Madura). Ada pesan menjelang akhir hayatnya yang hingga kini menjadi pegangan putra dan cucu-cucunya; “Jangan sesekali meninggalkan sholat, selalu rukun dan memelihara tali silaturahim serta jangan berebut harta pusaka, usahakan setiap malam sholat lail (tahajjud).”
Seusai menamatkan Kweek School Muhammadiyah di Yogjakarta tahun 1940, tokoh ulama jawa timur ini terus menimba ilmu sambil menekuni buku literatur berbahasa Arab, Inggris, Jerman, Belanda, Perancis, Cina dan Jepang, teristimewa yang erat kaitannya dengan filsafat dan kerohanian.
Ulama ahli metafisika yang memiliki “kasyf” tersebut juga amat terampil memafhumi hampir seluruh alat musik mulai petik,gesek, tiup sampai tuts piano. Muasal kelangkaan ilmunya, alhasil orang menyebut “Tera Ta Adamar” (bhs Madura) bermakna benderang tanpa pelita, lantaran bertumpu pijak yang berkhidmat pada ladang spiritual terutama ibadah sholat sebagai mi’rajnya kaum muslimin menuju titik sumbu Rabbul Izzati. Itulah sebabnya hakikat ilmu letaknya bukan di kepala tetapi di hati.
Semasa hayatnya diamalkan untuk pendidikan dan dakwah Islamiyah. Tahun 1947 memangku sebagai Komandan Resimen Hizbullah, dua tahun kemudian mendirikan Yayasan Pesantren Sumenep. Selama perjuangan fisik bersama-sama rekan-rekannya setahun lebih meringkuk di Penjara Kalisosok Surabaya. Berikutnya tahun 1954 Ketua Muhammadiyah cabang Sumenep, Kepala SMA Yayasan Pesantren, mengajar bahasa Jerman dan Perancis di SMA Sumenep sekitar tahun 1960-1965 serta dosen di IKIP Negeri dan pernah mendirikan Akademi Metafisika. Hingga akhir hayatnya, selain mengasuh Pesantren Kepanjin Sumenep juga menjabat Kepala Kantor Departemen Agama Sumenep, Ketua Umum GUPPI Jawa Timur, Ketua MUI Jawa Timur dan anggota DPRD Tingkat I Jawa Timur. Banyak buah penanya, senantiasa mewarnai langgam kehidupan rohaninya yang mapan.